7 Cara Simpel Bersosialisasi dengan Tetangga buat Introver

- Imbangi kurangnya bahasa verbal dengan bahasa non-verbal
- Tetap ikut kegiatan warga
- Gabung dalam obrolan meski lebih banyak mendengarkan
Kamu lebih ke introver atau ekstrover? Jika dirimu berkepribadian introvert, pasti suasana yang terlalu ramai dan banyak orang membuatmu mudah lelah. Sebaliknya, kamu memperoleh energi justru ketika sendirian serta suasananya tenang.
Namun, jangan menggunakan dalih kepribadianmu introver buat gak bersosialisasi. Apalagi setelah dirimu tinggal terpisah dari orangtua. Kamu wajib menjadi bagian dari warga setempat serta tak sekadar menempati salah satu rumah di lingkungan itu.
Bangun hubungan antara dirimu dengan para tetangga. Kalian tidak harus akrab sekali, kok. Namun, hindari kalian merasa begitu asing satu sama lain. Ada cara simpel bersosialisasi dengan tetangga buat introver yang bisa kamu praktikkan. Berikut ini penjelasan lengkapnya!
1. Imbangi kurangnya bahasa verbal dengan bahasa non-verbal

Orang yang introver memang biasanya tidak berbicara sebanyak pribadi ekstrover. Namun, tetap terdapat perbedaan individual di antara tiap orang. Ada pula pribadi introvert yang cukup luwes saat berbicara.
Kalau kebetulan kamu pendiam, gunakan kekuatan bahasa non-verbal. Tujuannya supaya dirimu tak tampak angkuh dan gak mau bergaul. Beri senyuman pada tetangga, lambaian dari kejauhan saat berjumpa, dan sebagainya. Itu cukup buat menunjukkan kamu mengenal serta menghargai mereka.
2. Tetap ikut kegiatan warga

Kegiatan warga harus tetap diikuti walaupun sesekali mungkin kamu gak bisa hadir ke pertemuan. Seperti ada rapat RT, sedangkan dirimu sedang lembur di kantor atau tugas ke luar kota. Itu tidak masalah.
Terpenting kamu tak seolah-olah menarik diri dari berbagai kegiatan warga. Kalau ada arisan, ikutlah. Demikian pula kerja bakti, jalan sehat, piknik bersama, dan sebagainya. Keberadaanmu di tengah-tengah tetangga membuat dirimu terlihat nyata. Kamu tak terlalu misterius yang dapat membuat mereka kurang nyaman.
3. Gabung dalam obrolan meski lebih banyak mendengarkan

Melibatkan diri dalam percakapan tak bermakna kamu harus seramai orang lain. Dirimu lebih banyak diam, tetapi tetap menyimak orang-orang berbincang juga sudah termasuk bergabung. Bukan malah kamu mengucilkan diri dengan duduk sendirian agak jauh dari para tetangga.
Kamu sekadar mengangguk-angguk dan berkomentar singkat asal tetap nyambung juga tak masalah. Bukan jumlah katamu yang dihitung oleh mereka. Para tetangga lebih memperhatikan usahamu buat gak jaga jarak dengan mereka. Bila dirimu terkesan terlalu menjaga jarak dengan tetangga, sikapmu justru disalahartikan sebagai ketidaksukaan.
4. Belanja di warung tetangga

Bila ada tetangga yang buka warung, mampirlah sesekali. Mungkin memang tidak semua kebutuhanmu tersedia di sana. Akan tetapi, dengan dirimu sesekali berbelanja di situ otomatis jadi kenal tetangga. Demikian pula tetangga mengenalmu.
Gak cuma pemilik warung yang menandaimu. Tetangga lain yang juga tengah berbelanja atau hanya melihatmu dari jauh akan memperhatikan. Meski kamu tak pernah berlama-lama saat berbelanja, tapi tetap bisa membaur dengan warga. Dirimu gak terlampau tertutup yang bikin orang curiga.
5. Rumah jangan selalu tertutup dan beraktivitas di luar

Sekalipun rumahmu memakai AC, harus ada saat pintu rumah dan jendela tampak terbuka. Misalnya, pada pagi atau sore hari. Tak sekadar pintu dan jendela dibuka lebar-lebar. Dirimu pun mesti terlihat beraktivitas di depan.
Seperti kamu menyiram tanaman, mencuci kendaraan, memotong rumput, menyapu dan mengepel, atau menikmati kopi di teras. Rumah yang sesekali terbuka serta pemiliknya santai di depan mengesankan sikap welcome pada tetangga sekitar. Tidak ada yang hendak disembunyikan bahkan dirimu siap menerima tamu. Minimal kamu siap menyapa dan disapa tetangga yang lewat.
6. Wajib kondangan dan takziah

Kedua hal di atas bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban. Toleransi ketidakhadiranmu di acara hajatan atau layatan tetangga hanya saat kamu sakit berat atau tidak ada di rumah. Tentu bukan lantaran dirimu sengaja menghindarinya, ya.
Bahkan walau kamu masih lajang, tak ada alasan untuk mengabaikan undangan pernikahan. Datanglah barang sebentar. Dirimu hanya perlu memasukkan amplop sumbangan, bersalaman dengan mempelai, makan sambil mengobrol dengan tetangga, kemudian pulang.
Di acara takziah pun demikian. Kalau bisa kamu memang sebaiknya mengantarkan jenazah sampai ke tempat peristirahatan terakhirnya. Akan tetapi, hanya datang ke rumah duka pun sudah jauh lebih baik daripada dirimu sama sekali tak terlihat. Malah dalam suasana duka begini kamu tidak perlu banyak bicara.
7. Kasih tanggapan secukupnya di grup warga

Selain dalam interaksi langsung, kamu juga mesti cukup responsif di grup warga. Apalagi di grup warga yang hanya satu RT atau satu blok. Seharusnya tidak ada rasa terlalu canggung untukmu ikut berkomentar.
Hindari apa pun kabar di grup warga, kamu diam terus. Itu mengesankan ketidakpedulianmu terhadap para tetangga dan lingkungan. Meski kamu membaca serta memperhatikan setiap pesan, ketiadaan respons darimu menyebalkan bagi orang lain.
Introvert tidak sama dengan antisosial. Jangan berlebihan dalam membatasi diri di lingkungan tempat tinggal. Kalau kamu bingung bagaimana memulainya, pakailah cara simpel bersosialisasi dengan tetangga buat introver agar kamu mudah bergaul. Usahakan untuk tetap membaur, sekali pun kamu bukan tipe orang yang dapat berjam-jam nongkrong bareng mereka.