Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi melihat uang (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Ilustrasi melihat uang (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Pernahkah merasa ada sesuatu yang mengganggu cara kamu mengelola uang, meskipun sudah mencoba sebaik mungkin? Mungkin, ada pengaruh yang lebih dalam dari sekadar kebiasaan atau pengetahuan finansial. Trauma finansial masa kecil, yang sering kali tak disadari, bisa memengaruhi pola pengelolaan keuangan kita saat ini.

Apa yang kita alami di masa lalu, terutama tentang uang, bisa membentuk cara kita berpikir dan bertindak dalam hal finansial. Tidak jarang, kita terbawa oleh pola-pola lama yang dipelajari tanpa sadar. Jika kamu merasa ada hambatan dalam mencapai kestabilan finansial, mungkin ini saatnya untuk menelisik kembali masa kecilmu dan bagaimana trauma finansial itu membentuk keuanganmu sekarang. Yuk, simak beberapa cara trauma ini memengaruhi pola keuangan kita.

1. Kecenderungan untuk menyimpan terlalu banyak

Ilustrasi tangan memegang uang (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Trauma finansial masa kecil sering kali membuat kita merasa takut kehilangan kontrol atas uang. Jika kamu tumbuh dalam keluarga dengan ketidakpastian finansial, kamu mungkin jadi cenderung menyimpan uang lebih dari yang diperlukan, bahkan hingga berlebihan. Ini bisa muncul sebagai bentuk proteksi diri dari rasa takut kekurangan di masa depan.

Namun, kebiasaan ini dapat membatasi potensi keuanganmu. Menyimpan uang memang penting, tetapi jika terlalu banyak disimpan dan tidak diinvestasikan atau digunakan secara bijak, kamu mungkin kehilangan peluang untuk berkembang. Ini adalah cara pikiran kita yang dipengaruhi masa lalu bertindak tanpa kita sadari.

2. Takut mengambil risiko

Ilustrasi seorang pria sedang duduk (Pexels.com/cottonbro studio)

Jika kamu pernah menyaksikan keluarga atau orang terdekat mengalami kerugian finansial yang besar, trauma itu bisa menciptakan ketakutan yang mendalam terhadap risiko. Kecenderungan untuk menghindari investasi atau peluang finansial yang melibatkan ketidakpastian sering kali muncul akibat pengalaman masa lalu. Kamu mungkin merasa lebih nyaman dengan kondisi keuangan yang statis dan aman, meskipun itu membatasi potensi pertumbuhan.

Namun, hidup di zona aman bisa menyebabkan stagnasi. Mengambil risiko yang terukur dan memahami instrumen finansial dengan bijak adalah kunci untuk mencapai kemajuan. Jangan biarkan trauma masa kecil mengendalikan keputusan finansialmu, karena peluang besar sering kali datang dari ketidakpastian yang terkendali.

3. Gengsi dan pemborosan untuk menutupi kekurangan

Ilustrasi seorang wanita shopping (Pexels.com/freestocks.org)

Saat kita tumbuh dalam lingkungan yang kurang mampu, sering kali ada perasaan malu atau rendah diri yang terhubung dengan uang. Hal ini bisa membuat kita terjebak dalam kebiasaan pemborosan atau berusaha menunjukkan status sosial yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. Misalnya, berbelanja berlebihan untuk mengikuti tren atau menjaga citra, meskipun secara finansial itu tidak sehat.

Pola ini berakar pada kebutuhan untuk merasa cukup, agar tidak terlihat kekurangan. Namun, pemborosan hanya akan memperburuk keadaan finansial kita. Dibutuhkan keberanian untuk menerima kondisi keuanganmu yang sebenarnya dan membuat keputusan yang lebih bijak dengan cara hidup yang lebih sederhana, tanpa harus menutupi kekurangan dengan konsumsi yang berlebihan.

4. Overthinking atau kecemasan terhadap uang

Ilustrasi seorang wanita overthinking (Pexels.com/Ron Lach)

Trauma finansial dapat menumbuhkan pola pikir yang penuh kecemasan tentang uang. Jika masa kecil kamu penuh dengan ketidakpastian finansial, kamu mungkin terbiasa berpikir berlebihan tentang setiap keputusan keuangan. Setiap pengeluaran kecil bisa menjadi sumber stres, dan kamu merasa selalu harus memeriksa ulang atau merencanakan secara berlebihan.

Kecemasan yang berlebihan terhadap uang justru bisa membuatmu kehilangan kendali. Kamu menjadi terjebak dalam lingkaran ketakutan, membuat keputusan secara impulsif atau justru menghindari keputusan sama sekali. Mengelola kecemasan ini dengan cara yang lebih sehat adalah kunci untuk menciptakan hubungan yang lebih baik dengan keuangan.

5. Kesulitan dalam mengelola utang

Ilustrasi seorang wanita sedang stres (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Jika kamu tumbuh dalam keluarga yang sering terjerat utang, kamu mungkin membawa rasa takut atau kebencian terhadap utang tersebut hingga dewasa. Ini bisa membuatmu menghindari segala bentuk utang, meskipun kadang-kadang utang yang dikelola dengan baik bisa menjadi alat yang efektif untuk investasi atau pengembangan diri.

Namun, jika kamu terlalu terfokus pada menghindari utang, kamu bisa kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan leverage yang sehat. Belajar untuk memahami jenis-jenis utang yang aman dan bagaimana mengelolanya dengan bijak sangat penting untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang.

Trauma finansial masa kecil mungkin membentuk banyak aspek kehidupan kita yang tidak kita sadari, namun itu tidak berarti kita harus terjebak di dalamnya. Dengan kesadaran dan pemahaman, kamu bisa mulai mengubah pola-pola lama yang tidak sehat dan menggantinya dengan kebiasaan finansial yang lebih produktif.

Menghadapi trauma finansial mungkin bukan hal yang mudah, tetapi setiap langkah kecil yang kamu ambil untuk memahami dan mengelola keuangan dengan bijak adalah investasi untuk masa depan yang lebih cerah. Jangan biarkan masa lalu menentukan masa depanmu—kamu punya kekuatan untuk mengubahnya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team