Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
image6(1).jpg
Ilustrasi pertemanan memperkuat toleransi (Freepik/Pressfoto)

Intinya sih...

  • Toleransi politik meliputi permission conception, coexistence, respect, dan esteem.

  • Toleransi sosial-ekonomi menghindari diskriminasi di tempat kerja atau sekolah.

  • Toleransi budaya dan suku-etnik membutuhkan penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaan.

Ternyata toleransi itu gak melulu soal hal-hal besar. Pada zaman yang serba cepat dan makin beragam kayak sekarang, toleransi justru dibutuhkan di banyak aspek kehidupan sehari-hari. Mulai dari perbedaan budaya, pandangan politik, sampai soal gaya hidup dan kondisi sosial-ekonomi, semuanya butuh sikap saling menghargai.

Nah, biar kamu makin peka dan gak salah langkah dalam hidup bermasyarakat, yuk kenali lima jenis toleransi yang wajib kamu pahami dan praktikkan setiap hari! Cari tahu sampai bawah ya!

1. Berbeda pilihan bukan bermusuhan ketika menjalani toleransi politik

Ilustrasi pemilu (vectenzeey.com/Deni Prasetya)

Pemilu bukan medan perang, dan beda partai juga bukan alasan buat unfollow teman. Ternyata toleransi politik adalah kemampuan kita menerima keberagaman pandangan politik tanpa harus menyerang atau mendiskreditkan yang berbeda, guys.

Penelitian dari seorang mahasiswa UIN menjelaskan bahwa bentuk toleransi ini mencakup permission conception (mengizinkan pandangan berbeda), coexistence (hidup berdampingan secara damai), respect (menghargai pilihan orang lain), dan esteem (menganggap pandangan berbeda tetap layak dihormati) lho.

“Toleransi menyiratkan kesediaan untuk menerima hal-hal yang saling bertolak belakang,” tulis penelitian tersebut.

Nah bagaimana contoh untuk lebih melakukan toleransi politik? Coba deh kamu dengarkan debat politik tanpa emosi. Ketahuan kan kadang kamu terpancing di momen itu? Selain itu, coba kembali pahami semua kritik yang kamu dapat tidak adalah serangan lho.

2. Saling mendukung demi toleransi sosial-ekonomi

Ilustrasi mengobrol dengan teman (Freepik.com)

Kalau toleransi sosial-ekonomi ini lebih berbicara soal bagaimana kita memperlakukan orang lain di tempat kerja, sekolah, atau lingkungan sosial tanpa diskriminasi karena latar belakang, jenis kelamin, agama, disabilitas, atau status ekonomi nih.

Nah, belum lama ini marak fenomena pembatasan usia kerja yang kerap dilakukan banyak perusahaan. Hal ini bahkan bisa masuk ranah intoleransi dan diskriminasi. Kementerian Ketenagakerjaan RI lewat panduan Kesetaraan dan Non-Diskriminasi di Tempat Kerja bahkan menegaskan penghapusan diskriminasi adalah kunci keadilan sosial dan pembangunan berkelanjutan 

“Diskriminasi menyangkal integritas seseorang dengan mengecilkan mereka jadi hanya satu karakteristik saja,” tulis laporan tersebut.

Contohnya lainnya, pernah gak, kamu mendengar ada perempuan yang ditolak kerja karena dianggap nantinya akan hamil. Hal ini nyatanya bukan cuma nggak adil, melainkan juga merugikan secara ekonomi dan sosial lho.

3. Toleransi budaya dan suku-etnik, karena meski berbeda kita tetap satu

Ilustrasi menggunakan baju daerah. (Instagram/smbilanci)

Perlu kamu ketahui, Indonesia punya lebih dari 1.300 kelompok etnik, 700 bahasa daerah, dan ribuan ekspresi budaya. Namun, kadang kita masih mendengar ada konflik antarsuku di wilayah perbatasan, bahkan diskriminasi terhadap kelompok etnik minoritas. Miris mendengar ya!

Nyatanya, ada satu penelitian mengingatkan toleransi antarsuku harus melampaui sekadar “hidup berdampingan”. Dari situ, harus ada penghargaan, rasa hormat, dan kesediaan melihat dari berbagai sudut pandang.

“Konsep toleransi bukan sekadar menyangkut kesediaan untuk hidup berdampingan tanpa konflik, tetapi juga melibatkan penghargaan terhadap perbedaan,” jelas penelitian tersebut.

Maka itu, Bhinneka Tunggal Ika bukan slogan belaka. Kalau kita mengenali kekhasan budaya lain, kita bisa ikut juga menjaga warisan bangsa.

4. Toleransi agama walau iman berbeda

Ilustrasi toleransi (Pexels.com)

Indonesia dikenal dengan keberagaman agama yang luar biasa. Namun jangan salah, kamu perlu memahami bahwa toleransi antarumat beragama mengajarkan kita untuk menghargai keyakinan orang lain.

Menurut salah satu penelitian, toleransi agama sangat penting ditanamkan sejak dini, termasuk melalui pendidikan dan kebijakan negara. Yakni, toleransi tidak hanya sekadar saling menghargai perbedaan keyakinan, tetapi juga membangun suasana harmonis di mana setiap orang dapat menjalankan kepercayaannya tanpa rasa takut atau diskriminasi.

Sayangnya, saat ini masih banyak potensi konflik akibat kesalahpahaman dalam keberagamaan, terutama di media sosial yang penuh ujaran kebencian. Ini sebabnya, kesadaran toleransi harus ditumbuhkan terus-menerus, terutama oleh generasi muda. Yuk, ambil peranmu juga di ranah ini.

5. Toleransi terhadap penyandang disabilitas, setara bukan sekadar kasihan

Ilustrasi penyandang disabilitas. (Dok. Kementerian PUPR)

Pernah nggak sih kamu lihat penyandang disabilitas kesulitan naik transportasi umum? Itulah realita yang bikin kita harus sadar pentingnya toleransi terhadap disabilitas. Bukan cuma soal empati, melainkan juga soal hak dan kesetaraan.

Ada penelitian dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menyebutkan toleransi kepada penyandang disabilitas bisa dimulai dari penerapan nilai-nilai Pancasila, khususnya “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Ini bukan sekadar norma sosial, melainkan juga kewajiban negara dan masyarakat, guys.

“Toleransi terhadap penyandang disabilitas berarti menghormati martabat dan hak asasi mereka tanpa diskriminasi,” jelas penelitian itu.

Sayangnya, hambatan seperti akses ke pendidikan, pekerjaan, transportasi, dan fasilitas publik masih jadi kendala. Padahal, UU No. 8 Tahun 2016 sudah dengan jelas menyatakan penyandang disabilitas berhak atas perlakuan yang sama nih.

Nah, dari politik, sosial, budaya, agama, sampai isu disabilitas, toleransi nyatanya bukan cuma soal “nurut” atau “nahan marah” ‘kan. Ini soal keberanian untuk mengakui keberagaman dan menjadikannya kekuatan. Jadi, masih mau cuek soal toleransi? Kalau kamu merasa jenis toleransi tertentu belum banyak dikenal, yuk bantu share artikel ini ke temanmu. (WEB)

Sumber:

Leny, Musfiroh, & Raharja, R. M. (2024). Implementasi Nilai Pancasila Dalam Mewujudkan Toleransi Kepada Penyandang Disabilitas. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Pendidikan, 1(1). 

Koto, H. H., Muzaki, I. A., & Kholifah, A. (2025). Pentingnya Toleransi dan Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia. Al Mau’izhoh: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 7(1). Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Singaperbangsa Karawang.

Azzahra, L., Ardiansyah, R., Kurniasih, L., Nafiza, B., Habibah, A., & Yusnaldi, E. (2024). Toleransi Keanekaragaman Suku dan Budaya Bangsa. JIPMuktj: Jurnal Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kramat Jati, 5(1), 98. 

Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. (n.d.). Panduan Kesetaraan dan Non Diskriminasi di Tempat Kerja di Indonesia. Jakarta: Kemnaker.

Reyhan, E. (2022). Toleransi Politik dan Kontrol Sosial (Studi Atas Konsepsi dan Peran Komite Nasional Pemuda Indonesia [KNPI] Pada Pemilihan Umum Tahun 2019 di Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten) (Skripsi Sarjana, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta). Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.


Editorial Team