5 Ciri Burnout pada Orang High Achiever, Sering Tidak Disadari

High Achiever adalah istilah yang menggambarkan seorang individu yang berambisi dan memiliki komitmen kuat terhadap kualitas kerja yang tinggi. Tipe orang seperti ini selalu mendorong diri sendiri untuk memperluas kapasitas dan mencapai hasil terbaik. Tapi tentu saja, sosok ini tetap bisa mengalami burnout.
Mereka bisa terlihat tenang dan seperti biasa, padahal di dalam merasa lelah. Ia bisa tetap mengerjakan tugas, ikut kegiatan ini dan itu, tapi sebenarnya merasa hampa. Apa kamu salah satunya? Agar lebih aware dengan kondisi diri sendiri, ini lima ciri burnout yang wajib diantisipasi pada seorang high achiever.
1. Tetap hadir meeting walau di dalam merasa hampa

Seorang high-achiever sangat mulus menyembunyikan fakta bahwa dirinya kesulitan. Dari luar, ia bisa tetap hadir rapat, diskusi ini dan itu, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal bila dilihat lebih lanjut, ia sedang kebas atau mati rasa.
Pekerjaan jadi rutinitas yang tidak lagi membuahkan gairah dan rasa semangat. Kesibukan datang silih-berganti, tapi hal itu sama sekali tidak membuatnya tertarik. Ini adalah sinyal dari tubuh bahwa kamu sebenarnya merasa lelah.
2. Mengambil lebih banyak tanggung jawab walau sebenarnya kewalahan

Sisi buruk high achiever adalah tidak tahu kapan harus berhenti. Saat sebenarnya ia merasa kewalahan, justru itu dianggap tanda untuk bekerja semakin keras.
Kamu harus bisa mengenal dirimu sendiri. Tidak ada yang salah dengan mengakui bahwa kamu sedang lelah dan kewalahan. Bila dipaksa, malah akan berbahaya bagi fisik dan emosional.
3. Mengabaikan tanda stres fisik

Tubuh juga dapat memberi sinyal saat kita merasa stres dan lelah. Ini tanda bahwa kamu butuh istirahat.
Tapi, seorang high achiever biasanya mengabaikan tanda-tanda ini. Sudah sering sakit kepala, merasa tegang, sering sakit, tapi enggan memberi waktu untuk istirahat. Kamu berpikir mengambil waktu istirahat justru akan membuatmu ketinggalan jauh. Padahal, memaksa diri saat kondisi tidak fit justru memberi hasil yang tidak optimal.
4. Merasa bersalah saat lelah

Ciri burnout lain ialah, kamu sering dihantui rasa bersalah karena tidak mampu mengemban semua tugas dan tanggung jawab yang ada. Tidak jarang pula kamu membandingkan diri dengan orang, dan bertanya-tanya mengapa orang lain lebih mampu dari padamu.
Percayalah, ini bukan solusi yang benar. Setiap orang punya kapasitas yang berbeda-beda, dan tidak seharusnya kamu merasa tertinggal karena mengambil jeda atau istirahat.
5. Membebani diri dengan standar tidak realistis

Justru di kala burnout, seorang ambisius biasanya semakin membebani diri dengan lebih banyak ekspetasi. Ini disebabkan oleh rasa bersalahnya merasa lelah, ia kemudian semakin membebani diri dengan beragam tuntutan.
Sayangnya, bukan ini yang kamu butuhkan. Alih-alih memaksa diri bekerja lebih keras, beri waktu untuk dirimu istirahat.
Keberhargaanmu bukan terletak pada seberapa besar kontribusimu akan sesuatu, seberapa banyak pencapaianmu, atau seberapa tinggi jabatanmu. Justru, keberhargaan diri yang sejati bisa dilihat kala kamu berhasil menerima dirimu apa adanya.