Apa Itu Manifestation Burnout, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Kamu pernah melihat, bahkan mungkin mempraktikkannya, apa yang disebut dengan manifestasi. Ini menjadi tren yang membanjiri media sosial, menjanjikan kelimpahan jika kamu mengikuti langkah yang tepat.
Menulis angka dengan tinta tertentu di tangan, menulis jurnal, membisikkan afirmasi ke dalam segelas air, dan lainnya. 'Ritual' manifestasi ini bisa menjadi alat yang ampuh untuk memfokuskan niat, tetapi apa yang terjadi ketika gagasan ini menjadi obsesi?
Ketika memperlakukan manifestasi seperti formula yang kaku, kamu akan mudah tersesat dalam prosesnya. Bukannya merasa berdaya, kamu mungkin mendapati diri terus-menerus mencari tanda-tanda, menganalisis setiap pikiran secara berlebihan, dan bertanya-tanya mengapa segala sesuatunya tidak berjalan cukup cepat.
Artinya, kemungkinan kamu mengalami yang namanya manifestation burnout. Apa yang seharusnya membawa kemudahan dan kelancaran dari teknik afirmasi ini, justru dapat berubah menjadi tekanan dan frustrasi. Simak ulasan selengkapnya mengenai manifestation burnout, hingga cara mengatasinya. Check this out!
1. Apa itu manifestation burnout?

Manifestasi adalah gagasan bahwa kamu dapat mewujudkan tujuan dengan sering memikirkannya dan memancarkan energi positif ke alam semesta. Semakin jelas kamu membayangkan masa depan ideal, semakin besar kemungkinannya untuk terwujud.
Itulah sebabnya banyak orang menambahkan manifestasi ke dalam rutinitas harian, yang sekaligus jadi tren di medsos belakangan ini. Kedengarannya sederhana, tetapi hasrat yang terus-menerus dapat menyebabkan "manifestation burnout" (kelelahan manifestasi).
Manifestasi terwujud dari energi positif. Jika kamu merasa lelah atau bosan saat melakukannya, kamu tidak akan bisa bermanifestasi dengan semangat yang sama. Pada akhirnya, kamu tidak melihat hasil yang diinginkan.
2. Apa penyebab manifestation burnout?

Istilah manifestation burnout dicetuskan oleh Shawna Thibodeau, seorang spiritual coach, guru meditasi, dan penulis buku The Light That Shines Through.
Menurut Thibodeau, kelelahan manifestasi dapat terjadi jika manifestasi tidak benar-benar selaras dengan dirimu. Misalnya, jika afirmasi selalu terasa sia-sia, wajar saja jika kamu mengulanginya setiap hari, dan pada akhirnya akan membuatmu lelah.
Hal ini juga bisa terjadi jika kamu sudah tidak cocok lagi dengan praktik manifestasi seperti menulis jurnal, dan menginginkan sesuatu yang baru. Bagi Thibodeau, inilah yang membuat gagasan ini kurang menarik. Rasanya seperti bukan lagi "miliknya".
"Hanya berfokus pada hal-hal positif juga dapat menyebabkan kelelahan. Jika kamu mencoba mewujudkannya dengan bersikap ceria dan optimis, tetapi di saat yang sama kamu terus mengabaikan kesedihan di benakmu, rasanya kamu tidak akan pernah mencapai apa pun. Mengabaikan bagian dirimu itu bisa melelahkan," ujarnya mengutip Bustle.
Memikirkan masa depan sepanjang hari, setiap hari, juga bisa menyebabkan manifestation burnout. Bahkan berpikir, 'Hariku akan menyenangkan' pun orientasinya pada masa depan, 'kan? Kita bisa lelah jika terus-menerus mencari sesuatu yang akan lebih baik.
3. Tanda mengalami manifestation burnout

Kamu mungkin mengalami manifestation burnout jika praktik andalanmu, misalnya seperti membuat vision board atau melafalkan afirmasi, tidak lagi membuat kamu bersemangat. Tanda lainnya bisa termasuk; merasa bosan, buntu, atau lelah.
Ada perbedaan besar antara memercayai proses dan mencoba mengendalikan setiap detail kecil. Manifestasi seharusnya tentang keyakinan, memercayai diri sendiri, alam semesta, dan waktu alami segala sesuatu. Namun, ketika kamu stres memikirkan apakah kamu "melakukannya dengan benar", kepercayaan itu lenyap.
Bukannya merasa selaras, kamu merasa putus asa. Bukannya percaya pada kelimpahan, kamu berfokus pada apa yang hilang.
"Ketika hasrat untuk berprestasi berubah menjadi obsesi, hal itu dapat menyebabkan kelelahan dan keraguan diri. Wujud sejati dimulai dengan keyakinan diri, bukan stres memikirkan tenggat waktu dan hasil," ungkap Dr. Meenakshi Jain, konselor dan mind coach, mengutip Cosmopolitan.
Tekanan untuk mewujudkan kehidupan yang "sempurna" bisa membuat kamu merasa terus-menerus gagal. Kamu bahkan mungkin mulai menyalahkan diri sendiri atas 'keterlambatan' terwujudnya tujuan.
4. Cara mengatasi manifestation burnout

Jika kamu merasa mengalami manifestation burnout, Thibodeau menyarankan untuk memulai dengan hari istirahat. Tidak apa-apa untuk meluangkan waktu untuk tidak melakukan apa pun, untuk merenung, dan yang terpenting, untuk menghargai posisimu saat ini.
"Kalau kamu sudah lama bermanifestasi, sebaiknya kamu mencoba untuk tidak mengejar apapun untuk sementara waktu," ujarnya.
Melepaskan juga merupakan hal yang penting. Sulit untuk mengakuinya, tetapi mewujudkannya adalah bentuk kendali. Daripada mencoba menciptakan masa depan ideal kamu 24/7, Thibodeau menyarankan untuk terbuka terhadap apa pun.
Percayalah pada prosesnya, bukan ritualnya. Manifestasi dimaksudkan untuk membuat kamu merasa nyaman, bukan seperti 'camp' pelatihan emosional. Keajaiban sesungguhnya terjadi ketika kamu menetapkan niat dan kemudian menjalani hidup, bukan berpegang teguh pada 'ritual' seolah-olah itu adalah satu-satunya cara untuk mewujudkannya.
Jika ingin "memastikan" keinginanmu terwujud, berhentilah sejenak dan tanyakan pada diri sendiri: 'Apakah saya sedang mewujudkannya, atau saya hanya mengejarnya?'
Ingatlah, bahwa manifestasi sejati bukanlah tentang mengendalikan setiap detail; melainkan tentang menyelaraskan diri dengan diri sendiri dan jalan hidupmu. Selamat bermanifestasi dengan tenang dan semoga bermanfaat!