ilustrasi wanita trauma (Unsplash.com/ Danie Franco)
Pada akhirnya, victim blaming merupakan sikap yang merugikan dan gak adil. Sebab, pada situasi seperti itu korban malah mendapat ejekan. Sedangkan di sisi lain pelaku justru menghindari hukuman, alih-alih mendapatkan keadilan yang pantas mereka dapatkan. Akibatnya, korban sendiri yang justru cenderung ketakutan dan menyalahkan diri.
Misalnya, pada kasus pelecehan seksual. Menurut Jen Marsh, wakil presiden layanan korban untuk RAINN, atau Jaringan Nasional Pemerkosaan, Penyalahgunaan, dan Incest yang dilansir Health US News, menyebut dalam beberapa kasus pelecehan, faktanya dapat diperdebatkan secara sah, para ahli sering mengatakan bahwa kebenaran yang jelas dikaburkan oleh niat tidak jelas. Seperti ketika keluarga korban berusaha untuk merahasiakan masalah ini, karena pelakunya adalah anggota keluarga. Padahal, tidak ada seorang pun yang pantas untuk disakiti.
Perlu diingat bahwa berbagai jenis kekerasan, baik fisik maupun verbal, keduanya bukan sebuah aib dan keselahan korban. Sebagai masyarakat, kita perlu mendukung dan melindungi korban ketika berani speak up akan kejahatan pelaku.