Apakah Pengorbanan Seorang Dokter di Pedalaman Setimpal dengan Sebuah Nyawa?

Selamat Jalan Dr Andra..

Dionisius Giri Samudra, atau yang biasa dipanggil Dr Andra telah kembali ke pangkuan Tuhan. Almarhum dokter muda ini, baru saja ramai diperbincangkan di media sosial karena kepergiannya menghadap Tuhan dalam masa menjalankan tugas sebagai seorang dokter.

Apakah Pengorbanan Seorang Dokter di Pedalaman Setimpal dengan Sebuah Nyawa?Sumber Gambar: sulsel.pojoksatu.id

Almarhum merupakan peserta program internship yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Program ini berjalan selama satu tahun, dirancang untuk para dokter yang ingin mengabdi di daerah-daerah terpencil Indonesia. Peserta internship mendapatkan bantuan 2,5 juta per bulan sebelum di potong pajak.

Apakah Pengorbanan Seorang Dokter di Pedalaman Setimpal dengan Sebuah Nyawa?Sumber Gambar: bandung.pojoksatu.id

Dr. Andra meninggal akibat virus campak. Bagi sebagian orang, virus campak adalah penyakit yang biasa terjadi. Namun, kasus berbeda terjadi pada Dr Andra, virus campak menjalar ke bagian otaknya. Sehingga menyebabkan Dr Andra meninggal dunia pada hari Rabu (11/11/2015), sekitar pukul 18.18 WIT.

Apakah Pengorbanan Seorang Dokter di Pedalaman Setimpal dengan Sebuah Nyawa?Sumber Gambar: mittsu-sekai.blogspot.com
dm-player

Sontak kabar ini mengundang perhatian dari banyak pihak. Dr Andra diduga tidak dapat diselamatkan karena kekurangan dana dan fasilitas untuk mengakses rumah sakit terdekat.

Pada awalnya, Dr. Andra mendapatkan perawatan di RSU Cenderawasih, Dobo, Kepulauan Aru. Rekan dan pihak rumah sakit sudah mempunyai rencana untuk merujuk Dr Andra ke Tual agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Namun pada saat itu, kondisi Dr Andra tidak memungkinkan untuk melewati jalur laut, dan almarhum tidak punya dana yang cukup untuk menempuh jalur udara.

Apakah Pengorbanan Seorang Dokter di Pedalaman Setimpal dengan Sebuah Nyawa?Sumber Gambar: nasional.republika.co.id

Dr. Andra bukanlah dokter pertama yang meninggal saat bertugas. Berniat untuk mengabdi ke pelosok Indonesia justru membuat Dr Andra menjadi korban minimnya akses dan fasilitas kesehatan di Indonesia.

Apakah Pengorbanan Seorang Dokter di Pedalaman Setimpal dengan Sebuah Nyawa?Sumber Gambar: republika.co.id

Melihat kasus ini, siapa seharusnya yang bertanggungjawab? Mereka diutus untuk menjalankan tugas tetapi tidak dijamin kesehatan dan keselamatannya. Bantuan yang diberikan kepada mereka setiap bulannya juga tidak mampu menjamin kesejahteraan mereka. Pemerintah diharapkan segera membuka mata dan menunjukkan aksi nyata untuk kasus ini. Kesejahteraan Kesehatan sudah harus disebarkan secara merata kepada seluruh masyarakat Indonesia. Jangan sampai kasus serupa memakan korban lebih banyak. Selamat jalan Dr Andra, terima kasih untuk pengabdianmu.

Topik:

Berita Terkini Lainnya