Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Doa Iftitah Muhammadiyah dan Artinya, Sunah yang Dianjurkan!

Ilustrasi ibadah (pexels.com/Alena Darmel)
Ilustrasi ibadah (pexels.com/Alena Darmel)
Intinya sih...
  • Bacaan iftitah versi Muhammadiyah
  • Hukum dan kedudukannya dalam salat
  • Bacaan iftitah lain yang diajarkan Rasulullah SAW

Dalam rangkaian salat, membaca doa iftitah memang bukan kewajiban, tapi sangat dianjurkan untuk menyempurnakan ibadah. Doa ini dibaca tepat setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca surah Al-Fatihah. Menariknya, umat Islam memiliki beberapa versi bacaan iftitah berdasarkan riwayat hadis sahabat Nabi.

Warga Muhammadiyah sendiri punya bacaan iftitah yang umum digunakan. Bacaan ini berasal dari hadis Abu Hurairah RA dan dipilih karena kesesuaiannya dengan tuntunan Rasulullah SAW. Yuk, kenali lebih dalam tentang bacaan dan keistimewaannya!

1. Bacaan iftitah versi muhammadiyah

Ilustrasi ibadah (pexels.com/Abdulmeilk Aldawsari)
Ilustrasi ibadah (pexels.com/Abdulmeilk Aldawsari)

Bacaan iftitah yang dipakai oleh warga Muhammadiyah dikenal ringkas namun penuh makna. Berikut bacaan iftitah Muhammadiyah dilansir dari situs resmi Suara Muhammadiyah:

Allahumma baaid baynii wa bayna khotoyaaya kamaa baa'adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khotoyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khotoyaaya bil maa-iwats tsalji wal barod

Artinya: "Wahai Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara timur dan barat, ya Allah bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana bersihnya baju putih dari kotoran, ya Allah basuhlah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan air dingin."

2. Hukum dan kedudukannya dalam salat

Ilustrasi ibadah (pexels.com/Alena Darmel)
Ilustrasi ibadah (pexels.com/Alena Darmel)

Para ulama sepakat bahwa doa iftitah bukan bagian dari rukun salat. Artinya, salat tetap sah meski tanpa membacanya. Namun mayoritas ulama dari mazhab Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali menganggap bacaan ini sebagai sunah yang sangat dianjurkan. Dalam pandangan Muhammadiyah, doa iftitah adalah amalan sunah yang dianjurkan karena terdapat dalil sahih tentangnya.

Pendekatan ini membuat umat Islam tetap bisa menjaga kesempurnaan salat tanpa menambah beban kewajiban. Selain itu, dengan memahami artinya, kita bisa menambah kekhusyukan dan makna saat mengawali salat, menjadikan ibadah terasa lebih mendalam secara spiritual.

3. Bacaan iftitah lain yang diajarkan Rasulullah SAW

Ilustrasi salat Id (pexels.com/Abid Ali)
Ilustrasi salat Id (pexels.com/Abid Ali)

Selain versi Muhammadiyah, Rasulullah SAW juga pernah membaca berbagai bacaan iftitah lain yang diriwayatkan oleh para sahabat. Setiap bacaan memiliki nuansa makna yang dalam dan umat Islam dibebaskan memilih salah satu berdasarkan hadis sahih. Berikut beberapa di antaranya:

a. Hadis Umar bin Khattab RA (Versi Ringkas)

Subhaanaka allaahumma wa bihamdika, tabaarakasmuka, wa ta'aalaa jadduka, wa laa ilaaha ghayruka

Artinya: “Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu, Maha tinggi kekuasaan-Mu, dan tidak ada Tuhan selain Engkau.”

b. Hadis Umar bin Khattab RA (Versi Panjang)

Allahu akbaru kabiiraa, walhamdu lillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa asiilaa

Artinya: “Allah Maha Besar dengan kebesaran yang agung, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang.”

c. Hadis Ali bin Abi Thalib RA

Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas-samaawaati wal-ardha haniifan...

Artinya: “Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh keikhlasan...” (lanjutan doanya panjang dan penuh makna mendalam)

Setiap versi memiliki makna spiritual yang mendalam. Kamu bisa memilih salah satu bacaan yang paling kamu pahami dan nyaman dibaca. Semua bacaan tersebut sah dan pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Yang terpenting adalah niat yang tulus dan kekhusyukan dalam mengawali salat.

Membaca doa iftitah, meskipun tidak wajib, adalah cara indah untuk membuka salat dengan pujian dan permohonan kepada Allah. Baik versi Muhammadiyah maupun yang lainnya, semuanya memiliki keutamaan tersendiri. Semoga kita bisa memahami dan mengamalkannya dengan lebih khusyuk.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us