Ilustrasi salat Id (pexels.com/Abid Ali)
Selain versi Muhammadiyah, Rasulullah SAW juga pernah membaca berbagai bacaan iftitah lain yang diriwayatkan oleh para sahabat. Setiap bacaan memiliki nuansa makna yang dalam dan umat Islam dibebaskan memilih salah satu berdasarkan hadis sahih. Berikut beberapa di antaranya:
a. Hadis Umar bin Khattab RA (Versi Ringkas)
Subhaanaka allaahumma wa bihamdika, tabaarakasmuka, wa ta'aalaa jadduka, wa laa ilaaha ghayruka
Artinya: “Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu, Maha tinggi kekuasaan-Mu, dan tidak ada Tuhan selain Engkau.”
b. Hadis Umar bin Khattab RA (Versi Panjang)
Allahu akbaru kabiiraa, walhamdu lillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa asiilaa
Artinya: “Allah Maha Besar dengan kebesaran yang agung, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang.”
c. Hadis Ali bin Abi Thalib RA
Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas-samaawaati wal-ardha haniifan...
Artinya: “Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh keikhlasan...” (lanjutan doanya panjang dan penuh makna mendalam)
Setiap versi memiliki makna spiritual yang mendalam. Kamu bisa memilih salah satu bacaan yang paling kamu pahami dan nyaman dibaca. Semua bacaan tersebut sah dan pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Yang terpenting adalah niat yang tulus dan kekhusyukan dalam mengawali salat.
Membaca doa iftitah, meskipun tidak wajib, adalah cara indah untuk membuka salat dengan pujian dan permohonan kepada Allah. Baik versi Muhammadiyah maupun yang lainnya, semuanya memiliki keutamaan tersendiri. Semoga kita bisa memahami dan mengamalkannya dengan lebih khusyuk.