6 Buku Fiksi sebagai Pengingat Pentingnya Demokrasi

Jangan sia-siakan kebebasan berpendapat dan berpikirmu

Kebebasan berpendapat adalah elemen krusial dalam sebuah sistem pemerintahan demokrasi. Mencapainya bukan hal mudah. Banyak negara di dunia harus melalui revolusi berdarah untuk memperoleh jaminan hukum atas hak dasar tersebut. Tak terkecuali Indonesia yang pernah berada di bawah kuasa pemimpin diktator selama lebih dari tiga dekade. 

Untuk mengapresiasi dan mengingatkan kita akan pentingnya demokrasi, sejarah soal reformasi tak boleh dilupakan. Pun kamu bisa memperkaya diri dengan membaca buku-buku yang membahas bahayanya otoritarianisme. Tak harus buku teks, buku-buku fiksi alias novel juga bisa jadi referensi yang mencerahkan. Bagaimanapun mereka ditulis dari cerminan realitas. Berikut enam buku fiksi sebagai pengingat pentingnya demokrasi.

1. Laut Bercerita

6 Buku Fiksi sebagai Pengingat Pentingnya DemokrasiLaut Bercerita (instagram.com/penerbitkpg)

Laut Bercerita merupakan salah satu novel fiksi sejarah terlaris asal Indonesia. Ditulis penulis kawakan, Leila S. Chudori, buku ini berlatarkan tahun 1998--2000 dan meliput peristiwa penculikan serta penghilangan paksa para aktivis pada era reformasi. Chudori menulis sejarah pahit itu lewat sudut pandang aktivis mahasiswa bernama Laut dan orang-orang terdekatnya. Menggugah dan isunya krusial, buku ini sudah diterbitkan dalam versi bahasa Inggris untuk merangkul lebih banyak pembaca.  

Baca Juga: Susah Konsisten? Ini 6 Tips Rajin Ngonten untuk Content Creator Pemula

2. Pulang

6 Buku Fiksi sebagai Pengingat Pentingnya DemokrasiPulang (instagram.com/penerbitkpg)

Chudori juga merilis novel Pulang yang masih berkutat pada sejarah kelam bangsa Indonesia. Ia terinspirasi kisah para cendekiawan dan jurnalis Indonesia yang paspornya dicabut pemerintah karena dianggap sebagai bagian dari partai komunis. Peristiwa itu terjadi pada 1965--1970-an, tetapi menyisakan trauma antargenerasi yang menghantui keturunan-keturunan para eksil politik tersebut. Chudori menulis novel ini lewat beberapa sudut pandang sekaligus. 

3. Animal Farm

6 Buku Fiksi sebagai Pengingat Pentingnya DemokrasiAnimal Farm (dok. pribadi/Dwi Ayu Silawati)

Membaca novel-novel George Orwell juga bisa membuatmu makin mengapresiasi privilese demokrasi. Salah satu novelnya yang paling berpengaruh adalah Animal Farm. Meski dikemas ala fabel, novel ini sarat simbolisasi. Ia mencoba mengulik proses terciptanya sistem pemerintah otoritarianisme lewat sebuah peternakan.

Dimulai dengan pemberontakan terhadap pengelola peternakan, para hewan mencoba membentuk sistem baru yang awalnya berprinsip pada kesetaraan. Namun, dengan absennya demokrasi, sistem baru mereka berubah jadi sesuatu yang tak ada bedanya dengan monarki absolut. Animal Farm sedikit banyak terinspirasi proses terbentuknya Uni Soviet yang perlahan menjelma jadi kepatuhan buta pada sosok pemimpin bernama Stalin. 

4. 1970

6 Buku Fiksi sebagai Pengingat Pentingnya Demokrasi1970 (instagram.com/marjinkiri)

Sesuai judulnya, novel ini berlatarkan Brasil tahun 1970 saat negeri itu sibuk dengan euforia final Piala Dunia sepak bola. Namun, di tengah gegap gempita itu, seorang pemuda pegawai kantoran biasa baru saja mengalami kejadian yang tak pernah bisa ia lupakan. Ia diculik dan dipaksa mengakui kejahatan yang tak pernah ia lakukan. Dari situ, ia baru sadar kalau sikap apatisnya di tengah pemerintahan otoriter militer ternyata harus dibayar mahal. 

5. The Hunger Games

6 Buku Fiksi sebagai Pengingat Pentingnya DemokrasiThe Ballad of Songbirds and Snakes (instagram.com/scholastic_uk)

Meski bergenre distopia dan menyasar pembaca muda, novel berseri The Hunger Games adalah cerminan dari pemerintah otoritarianisme yang mencerabut kehidupan dan kebebasan sebagian warganya. Diceritakan lewat sudut pandang remaja bernama Katniss yang terpaksa mengikuti sebuah sayembara ala battle royale, Suzanne Collins mengajak kita menyelami beberapa isu sosial politik. Termasuk di antaranya, ketimpangan ekonomi dan monopoli kekerasan di sebuah semesta antah berantah. 

6. Fahrenheit 451

6 Buku Fiksi sebagai Pengingat Pentingnya DemokrasiFahrenheit 451 (instagram.com/shakespearebookstore)

Novel klasik karya Ray Bradbury juga bisa kamu baca sebagai pengingat pentingnya kebebasan berpikir dan berpendapat. Ia ditulis lewat perspektif pria bernama Guy Montag yang bekerja untuk pemerintah. Tugasnya membakar komoditas ilegal yang berupa buku-buku cetak. Awalnya tak menganggap itu aneh, kompas moralnya mulai bergejolak kala ia tahu kalau beberapa tahun lalu orang bebas mengakses buku, bukannya terjebak dalam siaran televisi buatan pemerintah seperti sekarang. 

Kebebasan berpendapat mungkin dianggap hal lumrah buat kita yang tinggal di negara demokrasi. Namun, kita tak pernah tahu apa yang bakal terjadi di masa depan. Ancaman kehadiran pemimpin serta elite yang hendak mengubah tatanan negara jadi otoriter masih ada. Pertanyaannya, sudikah kamu kembali ke masa-masa kelam itu? Bila tidak, manfaatkan kebebasan berpikir dan berpendapatmu melalui sejumlah buku fiksi sebagai pengingat pentingnya demokrasi.

Baca Juga: 4 Film Adaptasi Novel yang Awalnya Cerita Fiksi Penggemar

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya