6 Rekomendasi Buku Men Written by Women, Angin Segar dalam Sastra

Ketika lakon laki-laki dalam buku ditulis perempuan

Pernah dengar istilah "men written by women" sebelumnya? Terma itu sempat populer di media sosial, terutama bagi penggemar buku. Hingga kini, men written by women masih jadi salah satu tipe buku yang punya basis penggemar besar. Inti dari bacaan tersebut merujuk pada buku dengan lakon laki-laki yang ditulis pengarang perempuan.

Dengan perspektif itu, karakter laki-laki dalam buku jadi jauh dari red flag dan kesan toksik. Bahkan cenderung menggambarkan sifat-sifat ideal yang diinginkan perempuan dari laki-laki seperti instrospektif, tidak egois, dan menghargai orang lain. Kalau trope macam ini menarik perhatianmu, coba baca enam rekomendasi buku men written by women di bawah ini.

1. Frankenstein

6 Rekomendasi Buku Men Written by Women, Angin Segar dalam SastraFrankenstein karya Mary Shelley (instagram.com/penguinclassics)

Frankenstein bisa dibilang pelopor tren "men written by women" di dunia. Novel yang dipublikasi pertama kali pada 1818 ini ditulis Mary Shelley saat usianya masih 18 tahun. Ceritanya tentang seorang ilmuwan yang berhasil menciptakan sosok monster.

Dari sini cerita keduanya akan saling bertumpuk, bahkan terasa seperti satu orang yang sama. Frankenstein dan sang monster ciptaannya diceritakan sebagai dua sosok yang punya sifat manusiawi macam egois dan dengki, tetapi di satu sisi memiliki kesadaran tentang empati dan keinginan untuk terkoneksi dengan orang lain. Kompleksitas dan kepekaan itu yang bikin novel karangan Mary Shelley ini berbeda dari novel-novel lain yang pernah diterbitkan pada masa itu. 

2. Clover

6 Rekomendasi Buku Men Written by Women, Angin Segar dalam SastraClover karya Na Hyerim (instagram.com/penerbitbaca)

Clover adalah novel karya penulis Korea Na Hyerim yang berlakonkan seorang remaja yatim piatu bernama Jeong In. Bersama sang nenek, Jeong In sering memungut kardus dan kertas bekas untuk dijual lagi. Ia juga harus bekerja paruh waktu di sebuah restoran kecil untuk mencukupi kebutuhan. 

Hingga satu hari, seekor kucing yang bisa mengabulkan segala keinginan Jeong In datang dalam hidupnya. Ditulis seorang perempuan, Jeong In digambarkan sebagai bocah yang penuh empati dan mengingat hidupnya berat, ia memang terkesan lebih dewasa dari rekan-rekan sebayanya.  

3. Pachinko

6 Rekomendasi Buku Men Written by Women, Angin Segar dalam SastraPachinko karya Min Jin Lee (instagram.com/grandcentralpub)

Rekomendasi buku men written by women selanjutnya adalah Pachinko. Tokoh-tokoh laki-laki dalam novel Min Jin Lee ini juga seru untuk dianalisa. Ada beberapa karakter pria di novel Pachinko dan semuanya punya sifat yang beragam. Realistis, ada beberapa yang digambarkan Lee layaknya laki-laki pada umumnya yakni memiliki ego dan gengsi yang tinggi seperti Koh Hansu dan Baek Yoseb. 

Namun, di sisi lain Lee membuat karakter laki-laki yang lebih kalem, perasa, dan penuh empati seperti ayah Sunja, Kim Hoonie, Baek Isak, serta dua putranya Noa dan Mozasu. Ini seperti cara Lee menghipnotis pembacanya selain tentu dengan plotnya yang seru, ya. 

dm-player

Baca Juga: 3 Rekomendasi Novel Tema Feminisme: Lawan Patriarki!

4. Heaven

6 Rekomendasi Buku Men Written by Women, Angin Segar dalam SastraHeaven (instagram.com/picadorbooks)

Kawakami juga berhasil melakukan praktik "man written by a woman" dalam novel Heaven. Berbeda dari dua novel lainnya, Breasts and Eggs dan All the Lovers in the Night, lakon dalam buku tipisnya ini seorang remaja laki-laki tanpa nama. 

Ia merupakan korban perundungan yang membangun koneksi dengan Kojima, teman sekelas perempuannya yang juga bernasib sama. Sang lakon digambarkan Kawakami sebagai sosok yang antikekerasan dan selalu berusaha menghargai perempuan di sekitarnya, termasuk Kojima dan ibu tirinya. 

5. A Little Life

6 Rekomendasi Buku Men Written by Women, Angin Segar dalam SastraA Little Life karya Hanya Yanagihara (instagram.com/doubledaybooks)

Hanya Yanagihara melakukan hal serupa lewat novel bertajuk A Little Life. Tak tanggung-tanggung, ia mendapuk empat lakon laki-laki sekaligus dalam karyanya ini. Mereka digambarkannya sebagai empat sekawan yang penuh empati dan selalu berusaha untuk ada satu sama lain.

Meski tak dapat dipungkiri, konstruksi sosial, minimnya kebiasaan saat kecil, hingga bias gender membuat mereka sering kesulitan mengungkapkan perasaan masing-masing. A Little Life bukan tipe buku yang mudah dibaca, ada banyak trigger warning yang harus diantisipasi, tetapi isunya penting untuk didiskusikan. 

6. To Kill a Mockingbird

6 Rekomendasi Buku Men Written by Women, Angin Segar dalam SastraTo Kill A Mockingbird karya Harper Lee (instagram.com/harperperennial)

Datang dari karya klasik, To Kill a Mockingbird yang ditulis Harper Lee juga diramaikan karakter laki-laki yang penuh empati dan jauh dari kesan toksik. Ditulis dari pengamatan  seorang bocah perempuan terhadap ayahnya yang bekerja sebagai pengacara di sebuah kota di Alabama. 

Satu hari sang ayah dapat kasus yang cukup sulit, yakni menyakinkan hakim bahwa tuduhan yang menjerat seorang pria kulit hitam adalah fitnah belaka. Dengan bias rasial yang masih kuat pada masa itu, pekerjaan sang ayah tidak bisa dibilang mudah. Sang ayah, Atticus digambarkan Harper Lee seorang yang penuh belas kasihan, punya pendirian kuat, dan bijak. 

Sudut pandang penulis perempuan terhadap lakon laki-laki ternyata bisa menciptakan sebuah tren baru dalam dunia sastra. Buktikan sendiri dengan membaca rekomendasi buku men written by women di atas. Benar-benar angin segar buat penikmat buku. 

Baca Juga: 5 Buku dari Penulis Indonesia untuk Perempuan Modern: Jadi Lebih Baik

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya