Eka Siti Rosidah Azhariah, sebagai Co-Founder sekaligus Educator dan Consultant Babywearing di Indonesian Babywearers (instagram.com/ekamufie)
Sesuai dengan namanya, babywearing merupakan ilmu, metode, teknik, atau cara menggendong anak dengan alat tertentu. Meski istilah ini asing di telinga, namun kegiatan menggendong pada dasarnya sudah menjadi budaya yang lekat bagi orang Indonesia.
Terlebih, Indonesia sendiri memiliki kain khas untuk menggendong anak yang biasa disebut dengan jarik. Oleh karena itu, konsep babywearing lebih fokus diadopsi oleh negara-negara yang gak memiliki budaya menggendong dalam proses pengasuhan anak.
"Babywearing itu sebenarnya menggendong tapi pakai alat. Sebetulnya budaya gendong itu sudah kuat di Indonesia karena kita bisa lihat orangtua yang sehari-hari pakai jarik. Nah, ilmu babywearing ini diadopsi dari negara yang gak mengenal istilah dan budaya menggendong," kata Eka.
Meski demikian, masih banyak orang yang kerap melakukan kesalahan dalam menggendong anak. Hal ini disebutkan oleh Eka, yang dibuktikan dengan banyaknya orangtua yang kerap merasa pegal saat menggendong anaknya.
Itu pula yang dirasakan oleh Eka. Dalam ceritanya kepada IDN Times, ia menjelaskan bahwa alasan dirinya mempelajari ilmu babywearing atau bahkan terjun ke dunia babywearing adalah berkat dari anak bungsunya yang spesial.
"Saya dikasih amanah anak yang spesial. Anak saya tuli, yang ketiga ini, tapi dia juga yang membukakan pintu untuk saya belajar banyak soal babywearing. Kebetulan waktu itu, fisioterapi gak ada di Cianjur dan saya harus ke Sukabumi. Pakai kendaraan umum dan harus berdiri lama menunggu bus, sekali dua kali gak masalah, tapi beberapa bulan setelahnya saya divonis cedera bahu sehingga gak boleh menggendong lagi. Karena kebetulan saya beli ring sling di salah satu produsen alat menggendong, dikenalkanlah untuk masuk ke komunitas Indonesian Babywearers," ujarnya.