Aktivitas kak Eklin bersama Rumah Dongeng Damai (instagram.com/kak_eklin)
Mengangkat cerita-cerita fabel, ia dan boneka puppet-nya yang diberi nama Dodi (Dongeng Damai) akhirnya mulai berkeliling menyampaikan dongeng kisah-kisah damai pada anak-anak. Ia berjalan dari satu tempat ke tempat lain, dari desa satu ke desa lain, dari pedalaman satu ke pedalaman lain.
Tempat pertama yang ia kunjungi adalah wilayah pedalaman suku di Pulau Seram. Sayangnya, langkah pertamanya gagal. Ia ditolak dan diusir oleh masyarakat setempat karena dianggap akan melakukan proses kristenisasi melalui anak-anak.
Tanpa rasa tersinggung atau patah semangat, kak Eklin pun melanjutkan aktivitasnya keesokan harinya di tempat yang berbeda. Langkah keduanya ini ternyata mendapat sambutan yang positif dari masyarakat setempat. Ia diterima dengan sangat baik bahkan dihadirkan di tempat-tempat upacara adat atau keagamaan.
Respons hangat ini juga ia terima ketika mengunjungi wilayah-wilayah rawan konflik, seperti Saleman dan Horale. Di sana, ia bisa melihat anak-anak bertemu, berkumpul, tertawa, dan berpelukan. Dongeng menyatukan mereka kembali setelah sekian lama.
"Saya tidak pernah dapat uang dari situ (kegiatan mendongeng), saya tidak pernah dapat sesuatu yang berharga dari situ. Tapi ketika melihat anak-anak bersatu seperti itu, saya merasa kepuasan tersendiri dan merasa bahagia."
Aktivitas-aktivitas perdamaian tersebut kemudian ia unggah di media sosial Facebook, yang ternyata mendapat respons yang luar biasa dari berbagai kalangan. Inilah yang kemudian menjadi batu loncatannya untuk terus bergerak menyebarkan nilai-nilai perdamaian hingga waktu yang tak bisa ia tentukan.
Dari hari ke hari, ia terus berkeliling. Sebelum masuk ke wilayah baru, ia biasanya mengunjungi kenalannya terlebih dahulu di tempat tersebut sebagai pendekatan awal agar bisa masuk untuk mendongeng. Lambat laun, perjuangannya membuahkan hasil. Banyak orang yang mulai mengenalnya dan menyukai cerita dongengnya. Kak Eklin tak perlu lagi mencari anak-anak dan tempat untuk mendongeng, semuanya sudah disediakan oleh masyarakat.
Tak hanya berdongeng untuk perdamaian, kak Eklin dan Dodi juga turun langsung dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Mereka biasanya juga mendongeng di rumah sakit, tempat-tempat yang dilanda bencana, hingga kampus dan sekolah untuk menghibur anak-anak yang sakit atau terkena bencana, serta membantu biaya pengobatannya.
Dongeng tak hanya mempersatukan mereka yang terpisah, tetapi juga membangun kedekatan batin yang luar biasa di antara anak-anak. Inilah yang ingin disampaikan kak Eklin, bahwa cerita-cerita kelam masa lalu itu bisa dikubur dengan cerita-cerita yang menghidupkan nilai.