"Dari awal kan, kita harus tahu dulu apa yang mau kita inginkan. Sebenarnya, kita datang ke suatu kelompok apa?" ujarnya pada Sabtu (6/12/2025) di Paragon Community Hub, Jakarta Selatan setelah sesi Bright League Main Conference 2025.
El Putra Sarira Bagi Tips Aktif di Komunitas buat Introvert

- El Putra Sarira menekankan pemahaman tujuan bergabung di komunitas atau kegiatan volunterisme
- Pengalaman El dengan berbagai komunitas membawa pada inovasi dan pengembangan diri
- Bright League dapat menjadi komunitas positif untuk mengembangkan diri anak muda masa kini
Jakarta, IDN Times - Masa muda adalah masa yang tepat untuk mencari jati diri, terlebih mengenai minat, bakat, dan passion. Hal tersebut dapat kita ketahui dengan bantuan komunitas di bidang tertentu. Akan tetapi, rasa segan atau malu kerap menghalangi. Sebagian anak muda cukup merasa tertutup atau introvert untuk masuk ke komunitas, situasi, dan mengenal orang-orang baru. Bayangan tidak bisa membaur atau tidak menemukan kecocokan, kerap menghantui.
Kamu familier dengan hal tersebut? Tim IDN Times mencari tips mengatasinya dari aktor El Putra Sarira. Jauh sebelum dikenal sebagai Rangga dalam film musikal Rangga & Cinta, ia telah berkecimpung di sejumlah komunitas, organisasi, dan kegiatan volunterisme. Salah satunya di Indonesian Youth Diplomacy. Lalu, apa tips darinya?
1. Saat hendak mengikuti komunitas atau kegiatan volunterisme, El menekankan pemahaman yang jelas tentang tujuan kita bergabung di dalamnya

Saat ditanya tips bergabung ke komunitas maupun volunter bagi introvert, El mengaku tidak punya cara yang spesifik. Meski begitu, ia menyarankan agar kita mengetahui tujuan utama mengikuti suatu komunitas atau kegiatan volunterisme.
Menurut pengalamannya sendiri, El juga berpikir keras soal topik obrolan saat bergabung di lingkungan atau komunitas yang baru. Meski begitu, itu bukanlah hal utama yang ia tekankan.
"Saya datang ke sana mempunyai tujuan yang sama, memilih memberi dampak yang sama. Jadi, itu sih yang paling saya pikirkan. Kita sama-sama berkumpul dan belajar bersama," ujar pria yang juga fasih bernyanyi itu.
2. Pada momen terpisah, El pun berbagi bagaimana pengalamannya dengan komunitas di sekitar bisa membawa pada sebuah inovasi

Seperti yang kita ketahui, El sempat hidup dan menimba ilmu di Papua. Begitu menempuh pendidikan tinggi di universitas, ia tinggal di Makassar. Perubahan komunitas dan lingkungan tersebut tentunya memberikan dampak besar dalam kehidupannya.
"Yang paling saya belajar banyak tentang kehidupan di Papua adalah bagaimana mereka memiliki empati yang sangat besar. Kekeluargaan di Papua itu sangat sangat-sangat erat sekali. Mereka sangat menghargai adanya perbedaan karena di Papua juga banyak ras, suku, agama juga," kisah dia pada sesi pertama Bright League Main Conference 2025.
Begitu berpindah ke Makassar, ia tidak melupakan ilmu yang dipelajarinya di Papua begitu saja. Ia menjadikan pengalamannya tersebut sebagai bekal.
"Saya bertemu orang-orang baru yang pemikirannya berbeda, cara hidup yang berbeda juga. Jadi, ketika saya sudah belajar adanya perbedaan di setiap suku dan kemudian saya di Makassar, ternyata inovasi yang dibuat bukan hanya soal teknologi, tapi manusianya justru," sambungnya.
3. Brand Activation Wardah menyampaikan bahwa Bright League dapat menjadi komunitas positif untuk mengembangkan diri anak muda

Brand Activation Wardah, Dilla menyampaikan rasa syukurnya atas antusiasme peserta Bright League yang sangat tinggi. "Kemaren waktu kita upload flyer acara ini, dalam waktu sehari sudah lebih dari 1.000 pendaftar," katanya. Meski pada akhirnya hanya ada 150 peserta yang beruntung terpilih, sisanya tetap bisa menyaksikan acara secara live dari YouTube.
"Bright League ini dibangun untuk menemani teman-teman tumbuh dan berkembang. Kita ada mini conference, ada guest star macam-macam. Kita juga baru menyelesaikan business competition," sambungnya.
Kehadiran Bright League bukan tanpa tujuan. Anak muda masa kini, khususnya gen Z, mendapatkan tantangan yang kompleks dan berbeda dibanding masa-masa sebelumnya. Bright League dapat menjadi komunitas yang mewadahinya.
"Kita pengin encourage teman-teman. Sekarang, tekanan sosial semakin tinggi. ekspektasi datang dari mana saja. Rasanya kita dituntut udah jadi, padahal baru memulai. Pengennya, Bright League jadi community. Harapannya, teman-teman bisa terkoneksi satu sama lain. Setelah ini, Bright League ada kelas self development lainnya," tutup Dilla.


















