facebook.com/Fadilla M Apristawijaya
Salah satu hal yang mengusik benak Dila sejak dahulu adalah sistem pendidikan di Indonesia yang berpusat pada kebutuhan pabrik dan masyarakat urban saja. Ia mengambil contoh, di daerah yang lekat dengan kekayaan alamnya pun, kurikulumnya tetap disamakan dengan yang ada di perkotaan.
"Kita bisa saling mengisi kebutuhan-kebutuhan yang ada. Kita membutuhkan pengalaman mereka dan sebaliknya. Jadi, kita sadar banget bahwa Sokola Rimba itu adalah komunitas tempat bertukar pengetahuan," ujar perempuan yang hobi menyelam ini.
Berhubungan dengan sistem online learning yang digencarkan dalam situasi pandemik, Dila berkomentar bahwa gak bisa dipungkiri masih ada banyak masalah di dalamnya. Termasuk, ketimpangan akses dan kesenjangan di bidang ekonomi sampai infrastruktur.
Menurutnya, pendidikan tak hanya berhenti pada pertemuan guru dan murid atau kurikulum akademik saja. Tapi, juga bagaimana anak bisa memecahkan masalah dan menggali potensi dirinya.
"Misalnya, dia mau belajar bercocok tanam, jangan hentikan itu! Di masa depan, mungkin kita akan menghadapi kelangkaan pangan. Dan, ternyata dengan menanam satu tanaman saja, mereka sudah dalam proses pendidikan yang real dan berguna," pungkasnya.