Langkah Mengatasi Haters ala The Benjamin Franklin Effect Theory

Dari benci jadi cinta...

Kamu barangkali sudah pernah mendengar Benjamin Franklin, seorang politikus, jurnalis, dan tokoh revolusi Amerika Serikat. Namun, apakah kamu pernah mendengar istilah The Benjamin Franklin Effect Theory?

Teori ini lahir dari pengalaman pribadi Benjamin yang saat itu memiliki banyak musuh karena berseberangan dengan ideologinya. Percaya gak percaya, ia berhasil membuat beberapa orang yang membencinya, berbalik arah menjadi tertarik, bahkan bersahabat.

Lantas, bagaimana teori ini bekerja? Apakah kamu juga bisa menerapkannya pada orang yang membencimu? Yuk, kita ulik langkah mengatasi haters ala The Benjamin Franklin Effect Theory di bawah ini!

1. Benjamin Franklin Effect Theory bermula dari pengalaman Benjamin dalam menghadapi lawan politik yang berseberangan

Langkah Mengatasi Haters ala The Benjamin Franklin Effect TheoryIDN Times/Rizka Yulita & Anjani Eka Lestari

Dilansir dari Brainpickings, konsep teori dari Benjamin Franklin berawal dari delusi tentang manusia yang memperlakukan baik orang yang disukai dan memerlakukan buruk pada mereka yang tidak disukai.

Efek ini memiliki konsep psikologi yang justru sebaliknya, bahwa manusia tumbuh untuk menyukai orang yang berlaku baik dan kurang menyukai orang yang tidak ramah. 

Melalui buku memoar yang berjudul Memoires de la vie Privee de Benjamin Franklin, Benjamin menceritakan bagaimana ia meluluhkan lawan politik dengan meminjam buku. Ia meminjam buku pada orang yang membencinya.

Alih-alih menolak, para pembenci justru merasa senang. Ini karena bukunya dipinjam oleh kritikus sastra yang handal. 

Setelah mengembalikan buku pada orang tidak menyukainya, Benjamin sengaja menyelipkan secarik kertas dengan ucapan terima kasih. Alhasil, orang yang tadinya membenci Benjamin, kemudian bersikap baik, bahkan bersahabat dengannya. 

2. Pada ilmu psikologi, teori ini dikenal dengan prinsip disonansi kognitif

Langkah Mengatasi Haters ala The Benjamin Franklin Effect TheoryIDN Times/Rizka Yulita & Anjani Eka Lestari

Prinsip disonansi kognitif mengatakan bahwa perasaan tak nyaman seseorang adalah akibat dari sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan. Perilaku ini memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu.

Secara sederhana, disonansi kognitif mengarah pada ketidakselarasan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Pada kasus Benjamin, pemilik buku yang dipinjamnya, mengalami disonansi kognitif.

Pemilik buku mengalami ketidakselarasan antara pikiran yang awalnya menganggap Benjamin itu buruk, ternyata justru berperilaku baik dengan mau meminjam bukunya. Bias terjadi ketika pemikiran pemilik buku tidak selaras dengan kenyataan yang terjadi.

Adanya dualisme pemikiran membuat peminjam buku merasa tidak nyaman. Itulah alasan kenapa ia ingin menyelaraskan pemikiran lama dengan barunya, bahwa Benjamin sebenarnya tidak seburuk yang diasumsikan sebelumnya.

Efek seperti ini tidak secara langsung membuat orang menyukaimu. Namun, setidaknya bisa meredakan emosi negatif dan menambah perspektif baru bagi orang yang tidak menyukaimu. 

3. Bagaimana menerapkan Benjamin Franklin Effect Theory dalam kehidupan sehari-hari?

dm-player
Langkah Mengatasi Haters ala The Benjamin Franklin Effect TheoryIDN Times/Rizka Yulita & Anjani Eka Lestari

Konsep ini mengatakan bahwa ketika seseorang memberi kebaikan padamu, maka orang tersebut akan lebih siap memberikan kebaikan lagi setelahnya. Inilah kenapa si pemilik buku, pada akhirnya, justru mau berteman dengan Benjamin. 

"He that has once done you a kindness will be more ready to do you another, than he whom you yourself have obliged.”  -Benjamin Franklin-

Dalam beberapa kasus, teori ini juga menjelaskan kenapa orang yang pada awalnya saling benci menjadi cinta. Dalam dunia politik, prinsip disonansi kognitif seperti Benjamin Franklin Efffect juga muncul pada partai yang awalnya berseberangan lalu sejalan.

Bagaimana para politikus yang tadinya memiliki ideologi berbeda, akhirnya belajar, menemukan titik balik, dan menerapkan ideologi yang berbeda.Pada kehidupan sehari-hari, kamu juga bisa menerapkan ini pada orang-orang yang tidak menyukaimu.

Misalnya saja, pada pengajar atau dosen. Cobalah pinjam salah satu bukunya dan kembalikan dengan ulasan. Konsep ini juga bisa diterapkan secara lebih sederhana seperti seperti meminta tolong memberi feedback atasan pada hasil pekerjaanmu.

Baca Juga: Ini 6 Cara Memanfaatkan Haters untuk Meningkatkan Kualitas Dirimu

4. Berhasil dalam beberapa kasus, bukan berarti efek ini mampu bekerja pada setiap orang

Langkah Mengatasi Haters ala The Benjamin Franklin Effect TheoryIDN Times/Rizka Yulita & Anjani Eka Lestari

Apabila kamu memiliki orang yang membenci karena asumsinya, kamu dapat menerapkan teori ini secara perlahan. Hal yang perlu diingat bahwa tidak setiap orang akan memberikan respons sama dengan menunjukkan timbal balik positif yang serupa. 

Setiap orang memiliki kadar keyakinan yang berbeda. Bisa jadi, orang yang kamu jadikan objek punya karakter keras kepala dan menganggap bahwa ini adalah sebuah ajakan 'berteman'. Inilah kenapa teori ini tidak serta merta bisa digunakan pada semua orang. 

5. Meski demikian, konsep ini menguatkan Cognitive Behavioral Therapy di mana manusia selalu bisa menerapkan perilaku yang lebih adaptif

Langkah Mengatasi Haters ala The Benjamin Franklin Effect TheoryIDN Times/Rizka Yulita & Anjani Eka Lestari

Meski tak bisa berhasil pada semua orang, konsep ini sebenarnya menguatkan teori Cognitive Behavioral Therapy. Di mana pikiran seseorang masih bisa diubah dengan cara penguatan perilaku tertentu, sehingga menghasilkan perilaku baru yang lebih adaptif.  

"Our thoughts become our words, our words become our actions, our actions become our character, our character becomes our destiny." -Gandhi-

Gandhi menguatkan padangan bahwa pikiran, perkataan, dan perbuatan manusia pada dasarnya adalah selaras.

Ketika terjadi disonansi kognitif pada pembenci Benjamin, ketidaknyamanan itu yang mendorong mereka menyeimbangkan ketiga aspek tersebut. Lantas, mereka menghasilkan perilaku baru yang lebih ramah terhadap Benjamin.

Kamu juga bisa menerapkannya pada orang yang memiliki prasangka terhadapmu. Pada intinya, apa yang kamu lakukan pada mereka, akan memberi pandangan baru bahwa kamu bukan seperti apa yang mereka pikirkan sebelumnya.

Baca Juga: Cara Melawan Haters dari Social Media Influencer, Sarah Ayu

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya