Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sosok ambis (vecteezy.com/volodymyr ivash)
ilustrasi sosok ambis (vecteezy.com/volodymyr ivash)

Intinya sih...

  • Standar yang tidak realistis menjadi jebakan perfeksionisme

  • Kesulitan merayakan pencapaian kecil menghambat perkembangan

  • Perfeksionisme menghambat kreativitas dan inovasi secara tidak disadari

Membahas perfeksionisme memang tidak ada habisnya. Kita kerap mendapati seseorang yang gila akan kesempurnaan. Mereka memiliki target pencapaian tertinggi, namun tidak mentolerir adanya kekurangan sedikitpun. Bahkan kekurangan kecil dianggap sebagai kegagalan seluruhnya.

Memiliki sikap perfeksionis sebenarnya menjadi beban tersendiri. Seringnya sikap perfeksionis justru menjadi jebakan tanpa disadari. Seseorang menganggap kesempurnaan sebagai standar yang ideal. Padahal, terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa perfeksionisme sering menjadi jebakan. Inilah yang harus diketahui.

1. Keberadaan standar yang tidak realistis

ilustrasi sosok ambisius (pexels.com/RDNE Stock Project)

Pada kenyataannya masih banyak orang membenarkan sikap perfeksionis. Mereka menganggap kesempurnaan sebagai target pencapaian yang wajib dipenuhi. Seolah tidak menyadari jika sikap perfeksionis sejatinya merupakan jebakan yang akan membawa pengaruh dalam jangka panjang.

Terdapat fakta yang menunjukkan bahwa perfeksionisme merupakan jebakan tanpa disadari. Pertama, seseorang terpaku pada keberadaan standar yang tidak realistis. Sosok perfeksionis sering menetapkan target terlalu tinggi sehingga sulit dicapai. Ketika gagal, mereka merasa tidak cukup baik, padahal standar itu sendiri tidak realistis.

2. Kesulitan dalam merayakan pencapaian kecil

ilustrasi merasa pusing (pexels.com/Yan Krukov)

Setiap hari kita tentu memiliki pencapaian kecil atas proses yang sudah dilewati. Bagaimanapun juga, pencapaian yang dalam skala kecil ini menjadi salah satu simbol dari kemajuan. Kita harus mengapresiasi untuk menjaga semangat sekaligus kinerja.

Namun, ini menjadi situasi yang sulit diterapkan oleh seorang perfeksionis. Mereka tipe orang yang kesulitan dalam merayakan pencapaian kecil. Fokus utamanya tertuju pada visi-misi dalam skala besar yang menguras pikiran sekaligus energi.

3. Mendorong seseorang terjatuh dalam tindakan prokrastinasi

ilustrasi bermalasan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tidak banyak orang yang menyadari bahwa perfeksionisme merupakan jebakan. Mereka justru menganggap ini sebagai pedoman hidup yang ideal dan wajib dianut. Seolah mengesampingkan fakta yang dapat diamati secara langsung.

Salah satu dari sekian fakta tersebut, perfeksionisme mendorong seseorang terjatuh dalam tindakan prokrastinasi. Takut gagal atau membuat kesalahan membuat perfeksionis sering menunda pekerjaan karena merasa hasilnya belum sempurna. Padahal tindakan tersebut justru membuat sosok perfeksionis tidak kunjung berkembang.

4. Menganggap sama kesalahan dengan kegagalan secara utuh

ilustrasi pusing bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Pernahkah merasa gagal karena tidak dapat meraih yang diinginkan? Tapi ada situasi yang patut direnungkan kembali. Apakah di titik ini kita memang mengalami kegagalan. Atau justru sikap perfeksionis berlebihan yang menganggap kekurangan sebagai kegagalan.

Meski terlihat sebagai fenomena sederhana, pada kenyataannya masih banyak orang terjebak dalam situasi tersebut. Mereka menganggap sama kesalahan dengan kegagalan secara utuh. Sosok perfeksionis tidak memberi kesempatan bagi diri sendiri untuk berbenah dan mentolerir situasi.

5. Mengaburkan apresiasi terhadap proses

ilustrasi sosok ambisius (pexels.com/RDNE Stock Project)

Pernahkah mengamati perfeksionisme yang terdapat di lingkungan sekitar? Atau mungkin yang lebih mengherankan, kita justru salah satu dari sekian orang yang sedang berusaha mengendalikan sisi perfeksionis.

Di sinilah fakta bahwa perfeksionisme sering menjadi jebakan tanpa disadari. Ketika seseorang mengedepankan sikap prefeksionis, secara otomatis mengaburkan apresiasi terhadap proses. Perfeksionisme membuat seseorang terlalu fokus pada hasil akhir, sehingga melupakan proses belajar dan perkembangan yang seharusnya dinikmati.

6. Tanpa disadari menghambat kreativitas dan inovasi

ilustrasi orang perfeksionis (pexels.com/MART PTODUCTION)

Perfeksionis memang menjadi pembahasan yang tidak pernah ada habisnya. Kita tidak bisa memungkiri fakta orang-orang yang sedang menikmati sikap perfeksionis tanpa disadari. Bahkan menolak fakta bahwa perfeksionisme sejatinya adalah jebakan.

Mengapa dapat dikatakan demikian? Karena sikap perfeksionis tanpa disadari menghambat inovasi dan kreativitas. Takut membuat kesalahan membuat sosok perfeksionis enggan mencoba hal baru atau mengambil risiko, sehingga perkembangan diri terhambat.

Tidak banyak orang yang menyadari bahwa dirinya sedang terjebak dalam sisi perfeksionis. Seringnya justru menganggap ini sebagai standar tertinggi yang dapat dijadikan sebagai motivasi. Padahal, sikap perfeksionis yang berlebihan justru menghancurkan diri secara perlahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian