poster film Di Bawah Lindungan Ka'bah (hotstar.com)
Di samping merupakan aktivis Islam, Hamka memiliki potensi yang luar biasa dalam menulis di berbagai genre, termasuk fiksi maupun nonfiksi. Beberapa roman yang pernah Beliau tulis di antaranya Di Bawah Lindungan Ka’bah, Merantau ke Deli, dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Setelah merampungkan roman-roman tersebut, Beliau tak berhenti menulis roman dan menghasilkan karya, di antaranya Di Lembah Sungai Nil, Di Tepi Sungai Dajlah, dan Mandi Cahaya di Tanah Suci.
Tercatat bahwa saat Orde Baru pada 1966, Hamka lebih banyak berperan sebagai ulama. Kemudian di tahun 1975, Beliau menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Meskipun demikian, bukan berarti Beliau berhenti menulis. Beliau tetap menulis dengan tulisan yang lebih menonjolkan keulamaannya.
Dari beberapa fakta menarik tentang Buya Hamka di atas, kita jadi tahu perjalanan hidup Buya Hamka dan potensi yang dimiliki Beliau sungguh luar biasa, ya. Tentunya, ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan Beliau, termasuk bagaimana Beliau memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Teringat salah satu kutipan Beliau yang mengatakan, “Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan kesempatan untuk berhasil.”