Tim Fish Go pergi ke laut untuk memperoleh data yang akan diolah. (dok. Fish Go Indonesia)
Meski hasil informasi yang digunakan oleh nelayan bisa diperoleh semudah menggeser-geser jarinya dari layar smartphone, ternyata proses pengumpulan data untuk informasi nelayan oleh tim Fish Go tidak semudah itu. Ada rangkaian proses panjang yang harus Yoga dan tim lakukan agar data lokasi dan pergerakan ikan dapat ditunjukkan secara akurat. Proses ini meliputi pengambilan data secara berkala, pengolahan data, hingga uji coba di lapangan.
Ditambah lagi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi lokasi ikan berkumpul. Seluruh faktor itu cukup sulit dipetakan karena kondisinya tidak konstan, melainkan terus berubah tiap waktu. Oleh karena itu, tim Fish Go menggunakan dua sistem yang berbeda untuk menentukan posisi ikan secara akurat.
"Untuk sistem yang kami buat itu ada dua sistem, ya. Yang pertama itu menggunakan sistem prediksi dan yang kedua menggunakan sistem real time. Untuk yang prediksi itu, kita pakai data citra harian selama 10 tahun."
Terkait tentang data mana yang paling tepat untuk menunjukkan keberadaan ikan, Yoga menjawab, "Sebenarnya ada 5 data yang kita pakai (untuk menentukan posisi ikan), tapi dari hasil analisis kami hanya 2 data yang mendominasi keberadaan ikan, yaitu suhu permukaan air laut itu sebagai salah satu indikator kondisi fisiologis ikan (dan) yang kedua itu adalah klorofil A. Klorofil A ini mengindikasikan di mana, sih, ikan mencari makan."
Ada berbagai cara bagi tim Fish Go untuk memperoleh data yang mereka butuhkan. Data dapat diperoleh dari data koordinat penangkapan sebelumnya dari para nelayan, misalnya, kemudian data itu diolah agar bisa menjadi sistem prediksi keberadaan ikan pada hari mendatang. Sementara, untuk kebutuhan data untuk sistem real time, tim Fish Go memperolehnya dari Internet of Things (IoT ) dengan sensor akustik. Artinya, tim Fish Go perlu untuk memasang alat khusus pada kapal-kapal nelayan.
"Jadi, kita buat alat semacam fish finder cuma dia dibuat untuk nelayan-nelayan kecil. Dia fungsinya adalah untuk menembakkan gelombang akustik di bawah air, kemudian setiap objek ikan yang terdeteksi dia akan memantulkan target strength, tuh. Nah, itu yang kita analisis untuk mengetahui jarak (ikan dengan nelayan)."
Total ada tiga inovasi berbeda yang digunakan Yoga bersama timnya untuk membantu nelayan. Selain Fish Go, alat fish finder yang disebutnya di atas itu diberi nama Patriot. Pendeteksi keberadaan ikan ini dapat melacak keberadaan ikan hingga kedalaman 40 meter di bawah permukaan laut. Lalu, ada pula alat bernama Blue Tang yang berfungsi untuk membantu nelayan menarik kapal-kapalnya ke tepi laut dengan mudah.
Seluruh data yang telah diperoleh dari alat-alat dan metode yang dilakukan Yoga dan timnya dielaborasi secara berkala hingga menghasilkan informasi yang akurat. Walaupun demikian, karakteristik yang berbeda-beda dari tiap jenis ikan jadi tantangan bagi tim Fish Go untuk memetakan lokasi gerombolan jenis ikan tertentu secara spesifik. Oleh karena itu, kemungkinan hasil informasi yang kurang akurat masih dapat terjadi pada Fish Go. Menurut Yoga, hingga hari ini, Fish Go punya tingkat akurasi data tertinggi sebesar 73 persen.
Di luar hal itu semua, kehadiran Fish Go ini diharapkan membantu para nelayan di Bali dalam tiga aspek. Pertama, pemetaan lokasi ikan yang lebih akurat. Kedua, penyediaan informasi waktu melaut paling ideal bagi para nelayan. Ketiga, rute mana yang paling mudah dan cepat yang bisa diambil nelayan untuk melaut. Ketika itu semua berhasil terwujud, nelayan di Bali tak perlu lagi pusing mencari lokasi ikan. Durasi melaut pun pastinya akan jauh lebih singkat dengan tangkapan yang maksimal.