#MahakaryaAyahIbu Berbelanja ke Pasar Tradisional: Kebiasaan Sederhana Sewaktu Kecil yang Diperkenalkan Ayah dan Ibu

Segala hal yang diajarkan Ayah dan Ibu didasari cinta dan kasihnya termasuk mengenal pasar tradisional.

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


 

Belajar dari Ayah dan Ibu, sama dengan mencintai hidupku sendiri. 

 

Banyak Hal yang Baru Disadari Saat Berkunjung Kembali ke Pasar Tradisional.

#MahakaryaAyahIbu Berbelanja ke Pasar Tradisional: Kebiasaan Sederhana Sewaktu Kecil yang Diperkenalkan Ayah dan Ibumarketeers.com

Sewaktu kecil, mungkin kita terpaku pada suasana ramai pasar tradisional. Lapak-lapak pedagang memasarkan berbagai macam kebutuhan rumah tangga, terutama rempah-rempah, seperti kunyit, kemiri, jintan, dan kapulaga. Membuat mata kita yang masih anak-anak berbinar seperti menemukan hal baru untuk dipahami.

Melalui pengalaman hidup yang semakin banyak, ketika kita kembali ke pasar tradisional, kita akan melihat dengan cara pandang yang berbeda. Begitu pula kenanganku saat berkunjung kembali ke pasar tradisional, dengan pengalaman sebagai seorang penulis. Aku ikut Ibu ke pasar tradisional, untuk mengais inspirasi yang akan ku toreh lewat pena. Begitulah sebuah maha karya seorang penulis.

Dulu aku senang sekali mendengar suara tawar- menawar yang menggelegar seisi pasar. Para ibu kekeh mendapatkan harga yang sesuai. Seperti ibuku, wanita hebat yang mampu mem-pas-kan ramuan dapur. Aku bisa melihat para pedagang memegang uang segepok, sambil menunggu para ibu memilih bumbu dapur. Pendapatan yang terus mengalir sebanding dengan kepadatan pasar. Banyak cemilan-cemilan laris pemanja lidah di simpang pasar, yang baru kusadari kini, itu adalah makanan-makanan tradisional yang cukup sulit aku temukan saat ini.

Aku juga bisa membeli serenceng permen dengan uang recehan lima ratus rupiah di Agen pemasok hasil produk industri. Di depan pasar sudah ada angkutan umum beruntun ngetem menjemput ibu-ibu yang selesai belanja. Roda perekonomian yang sangat besar, yang baru kusadari saat ini. Aku bersyukur kepada Ayah dan Ibu, membawaku ke tempat-tempat sederhana tetapi kaya, sehingga ketika dunia berkembang, aku sempat merasakan banyak hal disana.

Saat Berkunjung Kembali ke Pasar Tradisional, Aku Mengerti Segala Hal yang Diajarkan Ayah dan Ibu Tidak Pernah Sia-Sia.

#MahakaryaAyahIbu Berbelanja ke Pasar Tradisional: Kebiasaan Sederhana Sewaktu Kecil yang Diperkenalkan Ayah dan Ibuellentv.com

dm-player

Aku tidak pernah mengerti awalnya mengapa Ayah dan Ibu mewajibkanku setidaknya dua kali dalam seminggu ke pasar tradisional, yang pada akhirnya jatuh di waktu liburanku, yang membuatku ngambek, karena jam nonton film kartu era tahun 90-an seperti Doraemon dan Shinchan jadi kepotong. Sebagian besar anak-anak mungkin memiliki masalah yang sama saat berkunjung ke pasar tradisional, yakni karena becek dan kurang bersih. Selokan yang bau bercampur bekas jeroan ayam dan sirip ikan, diinjak langsung sama kaki-kaki orang. Aku pun sering protes,

“Kenapa Ayah dan Ibu enggak beli kebutuhan rumah di Mall saja.”

Biasanya Ayah dan Ibu hanya tersenyum dan berkata,

“Kalau disini masih ada sisa untuk beli mainan kamu.”

Sekarang, dengan statusku sebagai pelajar dan pekerja paruh waktu, aku bisa berbelanja kebutuhanku sendiri, tetapi aku rasa aku lebih suka menabung. Jadi, ada baiknya memilah barang-barang yang akan dibeli, untuk apa membeli dengan harga yang lebih mahal kalau produknya sama? aku jadi bisa memenuhi semua kebutuhanku dengan mudah dan mengatur keuangan cukup baik. Lagi pula kalo ada hal seru seperti mendadak hangout bareng teman-teman, kita punya pegangan. Aku juga bercita-cita memiliki usaha dari tabunganku, mumpung masih muda! Walaupun menabung sedikit-sedikit, kan lama-lama bisa jadi bukit!

Banyak hal bermanfaat yang dapat diambil di pasar tradisional, termasuk kearifan lokal, berinteraksi dengan baik, dan intim oleh pedagang. Sikap ramah-tamah dan terselip senda gurau, Indonesia sekali! Ibu sengaja minta bantuanku berinteraksi dengan pedagang saat belanja disana. Di sana kita juga bisa menemukan tradisi Indonesia yang mengakar, tradisi barter yang biasa digambarkan dibuku sekolah. Itu mengapa aku suka yang beraroma  Indonesia, karena bisa menceritakan sejarah. 

Kamu Bisa Ikut Membantu Rutinitas Ibu.

#MahakaryaAyahIbu Berbelanja ke Pasar Tradisional: Kebiasaan Sederhana Sewaktu Kecil yang Diperkenalkan Ayah dan Ibutheberry.com

Dengan kembali berkunjung ke pasar tradisional, kamu bisa membantu ibu menjalankan rutinitasnya, setidaknya kini membawa kantung kresek yang isinya lebih berat hehe..

Begitulah fase hidup, sewaktu kecil untuk menggenggam mainan yang dibeli di pasar saja aku butuh bantuan Ayah dan Ibu, kini barangkali tanganku  lebih kuat menopang beban belanjaan, mataku lebih jeli melihat daftar makanan yang akan dibeli. Membantu Ibu menjalankan rutinitasnya adalah salah satu cara untuk berbakti. Tanpa bisa membalas pengorbanannya. Ibu yang berulangkali mengganti pakaianku yang ketumpahan ice cream, dan Ayah yang setiap hari antar-jemputku pulang sekolah, itu hanya secuil hal yang dilakukan untukku.

Pengorbanan Ayah dan Ibu bukan hanya harta, waktu, dan tenaga, tetapi juga hidup dan matinya. Aku percaya kalau mereka masih memiliki kekuatan sepanjang hidup, mereka tetap mencurahkannya untuk kepentingan anak-anaknya. Berkunjung kembali ke pasar tradisional, ikut berbelanja atau sekadar mengantarkan ibu sangat membantu rutinitasnya. Bagi anak wanita sepertiku, membantu berbelanja sangat berguna untuk bekal dikemudian hari. Mengetahui resep makanan yang akan diolah, mengolahnya, bahkan menghidangkan makanannya untuk Ayah dan Ibu.

Di Pasar Tradisional Kamu Bisa Mengenang Kasih Sayang Ayah dan Ibu yang Tidak Pernah Habis.

#MahakaryaAyahIbu Berbelanja ke Pasar Tradisional: Kebiasaan Sederhana Sewaktu Kecil yang Diperkenalkan Ayah dan IbuPinterest

Banyak kejadian sewaktu kecil yang kita alami, termasuk kenangan di pasar tradisional. Bagi yang dulunya sering ke pasar tradisional, pasti tahu betul, kalau ada saja kejadian, baik enak untuk di kenang, atau bahkan memalukan. Seperti misalnya, bingung buang air kecil dimana, merengek minta dibelikan mainan, atau takut diculik oleh pedagang yang dianggap menyeramkan.

Di balik semua kejadian itu, terselip kasih sayang Ayah dan Ibu yang bisa kita ingat. Dalam kisahku, aku masih ingat saat merengek minta dibelikan mainan, Ayah selalu mengupayakan mainan yang ku-mau, tetapi Ibu tahu betul, ada kepentingan lain buatku. Bagaimana bisa aku mengukur kasih sayang mereka?

Melalui tulisan ini, dan dengan segala pembelajaran yang aku terima, Ayah, Ibu, pelindung  kokoh yang tidak tertandingi. Aku berencana suatu saat hal-hal baik yang diajarkan Ayah dan Ibu akan aku bukukan. Terima kasih Ayah, Ibu.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya