Eklin Amtor de Fretes, Mendongeng untuk Bangkitkan Perdamaian

Sosok inspiratif dari Ambon, Maluku

Terjadinya sebuah konflik dapat mengakibatkan putusnya tali perdamaian antara satu individu dengan yang lain. Tak jarang pula konflik dapat membuat terjadinya segregasi wilayah jika melibatkan banyak orang. Hal itulah yang terjadi di Maluku akibat konflik sosial dari tahun 1999 sampai 2002 yang merenggut banyak korban jiwa dan kerugian material.

Eklin Amtor de Fretes selaku warga lokal menyadari dan melihat sendiri konflik tersebut yang mengakibatkan segregasi wilayah dan kurangnya rasa toleransi antarwarga. Tak tinggal diam, pria kelahiran tahun 1991 ini pun mencoba membangkitkan kembali perdamaian di daerahnya dengan cara menceritakan dongeng bertema perdamaian dari satu tempat ke tempat yang lain.

Eklin Amtor de Fretes menjadi tokoh inspiratif asal Maluku hingga berhasil masuk daftar penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2020 di kategori pendidikan dari Astra. Berikut kisah Eklin dalam membangkitkan perdamaian dan menumbuhkan toleransi.

1. Konflik Maluku yang mengakibatkan segregasi wilayah menjadi awal Eklin terpanggil untuk melakukan aksi perdamaian

Eklin Amtor de Fretes, Mendongeng untuk Bangkitkan PerdamaianEklin Amtor de Fretes saat menjalankan aksinya mendongeng perdamaian (instagram.com/kak_eklin)

Menyaksikan sendiri perbedaan sebelum dan sesudah adanya konflik berdarah di Maluku pada tahun 1999, Eklin menyadari bahwa kini di tempat tinggalnya itu terjadi segregasi wilayah yang berdampak pada segregasi pemikiran. Banyak orang tua atau orang dewasa yang menceritakan kembali konflik tersebut kepada anak-anak yang tidak merasakan konflik di tahun 1999, tapi hanya dari satu sisi saja tanpa mendengarkan dari versi yang lain.

"Masalahnya karena kita tinggal di daerah yang homogen, cerita itu diceritakan dari satu sisi saja tidak dari sisi yang berbeda. Saudara muslim cerita dari versi saudara muslim, padahal bisa saja ceritanya berbeda dari saudara Kristen. Begitupun sebaliknya," ujar Eklin.

Melihat situasi sekarang membuat Eklin mengenang kembali masa kecilnya yang manis sebelum terjadi konflik Maluku, di mana ia bisa melihat indahnya persaudaraan dan tingginya toleransi tanpa praduga atau prasangka buruk, saling memahami dan juga saling menghargai. Oleh karena itu, Eklin pun bertekad untuk membangkitkan kembali perdamaian di daerahnya.

2. Alasan Eklin memilih mendongeng sebagai aksinya untuk merajut perdamaian

Eklin Amtor de Fretes, Mendongeng untuk Bangkitkan PerdamaianEklin Amtor de Fretes saat menjalankan aksinya mendongeng perdamaian (instagram.com/kak_eklin)

Dari banyaknya cara untuk menanamkan nilai perdamaian, Eklin memilih mendongeng sebagai aksinya. Bukan tanpa alasan, Eklin percaya bahwa mendongeng dapat disampaikan secara halus tanpa rasa menggurui sehingga pesannya dapat mudah diterima anak-anak.

"Bagi saya dongeng itu memiliki nilai-nilai yang baik yang dapat membuat perilaku atau budi pekerti anak-anak tumbuh lebih luhur. Anak-anak bisa belajar tentang damai, cinta kasih, dan menghargai tanpa kita harus menggurui mereka," ungkap Eklin.

Eklin berharap dengan dongeng perdamaian yang ia ceritakan bisa melawan cerita konflik yang hanya dari satu sisi saja sehingga dapat membangun kepribadian anak-anak dengan lebih baik. Untuk jenis dongengnya sendiri, Eklin memilih fabel karena disukai seluruh kalangan, baik itu anak-anak maupun orang dewasa.

3. Belajar mendongeng ventrilokuisme secara autodidak dan membeli peralatannya dengan biaya sendiri

Eklin Amtor de Fretes, Mendongeng untuk Bangkitkan PerdamaianEklin Amtor de Fretes bersama bonekanya, Dodi (instagram.com/kak_eklin)

Dalam menjalankan aksinya, Eklin ini mendongeng dengan metode ventrilokuisme, yaitu teknik mendongeng yang mengandalkan suara perut tanpa menggerakkan bibir. Saat mendongeng, ia ditemani bonekanya yang bernama Dodi–akronim dari Dongeng Damai–agar anak-anak dapat tetap fokus mendengarkan ceritanya dan pesannya dapat tersampaikan.

"Tidak semua gaya belajar anak sama, ada yang visual, auditori, dan kinestetik. Dengan metode ventrilokuisme ketiga metode belajar anak bisa digabungkan sehingga akan terasa sederhana dan pesannya dapat diterima," jelas Eklin.

Karena aksi menebarkan perdamaiannya merupakan inisiatif sendiri, Eklin ini belajar mendongeng secara otodidak lewat YouTube. Untuk melakukan aktivitas perdamaiannya itu, Eklin membeli peralatannya dengan dana pribadi dari hasil jualan cokelat, bunga, dan berbagai hal lainnya.

4. Tak berjalan mulus, niat baik Eklin sempat mendapat penolakan warga

Eklin Amtor de Fretes, Mendongeng untuk Bangkitkan PerdamaianEklin Amtor de Fretes bersama bonekanya, Dodi (instagram.com/kak_eklin)

Eklin pertama kali melakukan aktivitas mendongeng perdamaian pada 1 Januari 2018, tepat dua minggu setelah belajar mendongeng secara otodidak. Di hari pertamanya itu, ia mengunjungi sebuah daerah di Pulau Seram yang dihuni oleh penganut keyakinan Suku Nuaulu.

Sayangnya, niat baik tersebut tidak berjalan mulus. Eklin mendapatkan penolakan warga karena mereka menganggap dirinya yang saat itu belum menjadi pendeta tengah menjalankan aksi Kristenisasi.

"Saya diusir karena dianggap calon pendeta yang hendak melakukan proses Kristenisasi dengan menggunakan media mendongeng," ujar Eklin.

dm-player

Penolakan tidak mematahkan semangat Eklin untuk menebarkan perdamaian. Pada hari berikutnya, ia mengunjungi tempat yang berbeda dan diterima di tempat yang biasanya untuk upacara adat dan acara keagamaan.

Baca Juga: Bukan Desa Penuh Misteri, Desa Menari Tanon justru Beri Inspirasi

5. Ada cerita menarik yang menggetarkan hati saat mendongeng

Eklin Amtor de Fretes, Mendongeng untuk Bangkitkan PerdamaianEklin Amtor de Fretes saat menjalankan aksinya mendongeng perdamaian (instagram.com/kak_eklin)

Hal yang membuat Eklin menjadi lebih semangat untuk berkeliling mendongeng perdamaian adalah ketika melihat umat Islam dan Kristen di Saleman dan Horale yang merupakan daerah terjadinya beberapa kali konflik bisa bersatu berkat dongeng yang ia bawakan.

"Saya bisa membawa anak-anak Islam ke daerah Kristen, anak-anak Kristen ke daerah muslim. Mereka yang selama puluhan tahun atau belasan tahun tidak pernah bertemu, mereka bersatu dengan dongeng, berpelukan dengan dongeng, dan mereka bisa tertawa dengan dongeng. Hal itu menjadi kepuasan tersendiri bagi saya dan merasa bahagia," kenang Eklin.

Eklin percaya bahwa mendongeng bisa membuat ikatan antarindividu semakin dekat. Eklin mengingat kembali momen manis saat ia selesai khotbah di gereja dan akan turun dari mimbar, seorang anak kecil berusia 7 tahun yang duduk di kursi paling belakang tiba-tiba lari mendekatinya dan meminta untuk digendong. Hal tersebut membuktikan bahwa dongeng dapat menumbuhkan ikatan yang kuat, rasa bahagia dan juga damai.

6. Membentuk komunitas relawan bernama Jalan Merawat Perdamaian (JMP) dan membangun Rumah Dongeng Damai

Eklin Amtor de Fretes, Mendongeng untuk Bangkitkan PerdamaianEklin Amtor de Fretes di Rumah Dongeng Damai (instagram.com/kak_eklin)

Berbekal akreditasi sebagai trainer untuk Living Values Education atau pendidikan menghidupkan nilai dari Asosiasi Living Values Education pada tahun 2016. Pada tahun 2017, Eklin menginisiasi aktivitas Youth Interfaith Peace Camp (YIPC) atau Kemah Damai Pemuda Lintas-iman. Gerakan itu diikuti oleh para anak muda dari berbagai agama, mulai dari Kristen, Katolik, Hindu, Islam, dan agama suku di Maluku yang disebut Nuaulu.

Dalam aktivitas itu sebanyak 30 sampai 40 orang berkemah selama kurang lebih 3 hari untuk belajar tentang perdamaian. Berpikir bahwa menjalankan aktivitas tersebut butuh teman, Eklin kemudian membentuk komunitas Jalan Merawat Perdamaian (JMP) di mana para relawannya ikut membantu menebarkan aksi perdamaian.

Pada tahun 2019, Eklin membangun Rumah Dongeng Damai yang menjadi tempat perjumpaan bagi siapa pun yang ingin belajar mendongeng. Di dalam Rumah Dongeng Damai berisi boneka, peralatan mendongeng, dan buku-buku hasil donasi dari beberapa tempat yang ia kunjungi. Selain untuk belajar mendongeng, dalam Rumah Dongeng Damai juga ada kelas rutin bahasa Inggris dan Jerman yang dipandu oleh beberapa relawan JMP.

7. Gerakan inspiratif Eklin mengantarkannya meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2020

Eklin Amtor de Fretes, Mendongeng untuk Bangkitkan Perdamaianboneka Dodi bersama piala penghargaan dari SATU Indonesia Awards 2020 (instagram.com/kak_eklin)

Sebelum aktif di Instagram, pada awalnya Eklin ini sering membagikan aktivitas berkeliling untuk mendongeng perdamaian ke Facebook. Kegiatannya itu pun mendapat banyak respons positif hingga pada tahun 2020 seseorang mengirimnya pesan lewat WhatsApp untuk mendaftar di SATU Indonesia Awards 2020. Karena kisahnya begitu inspiratif, Eklin pun berhasil menjadi salah satu pemenang untuk bidang pendidikan. 

Selain mendapat penghargaan dari SATU Indonesia Awards 2020, Eklin juga meraih penghargaan sebagai 32 Wonderful People dari Guardian Indonesia 2022 berkat kontribusinya sebagai pendongeng perdamaian. Untuk menciptakan perdamaian, Eklin ini percaya bahwa hal itu harus di mulai dari diri sendiri.

"Damai itu di mulai dari beta, dari diri sendiri, ketika kita berharap damai yang besar itu bisa tumbuh, tapi kalau diri sendiri tidak mau berdamai dengan diri sendiri atau sesama di lingkungan kita, maka tidak akan pernah tercapai. Jadi mulailah berdamai dengan diri sendiri, mulailah ciptakan damai dengan orang lain dari diri sendiri supaya dari diri kita sendiri akan tetap terpancar kedamaian di sekitar kita dan damai itu bisa dirasakan oleh orang lain dan bisa tersebar lebih luas," tutur Eklin.

8. Dengan ketekunannya, kini Eklin telah menerbitkan buku dongeng yang ditulisnya sendiri

Eklin Amtor de Fretes, Mendongeng untuk Bangkitkan PerdamaianEklin Amtor de Fretes bersama bonekanya, Dodi (instagram.com/kak_eklin)

Selain dongeng dari buku-buku yang telah ada, Eklin juga mendongengkan kisah-kisah yang ditulisnya sendiri. Dongengnya itu tersimpan nilai-nilai yang terinspirasi dari daerah-daerah yang pernah ia kunjungi. Kini dongeng buatannya itu telah ia terbitkan lewat buku Mari Belajar Mendongeng Kisah-kisah Damai pada tahun 2021. Dalam bukunya itu, Eklin juga menuliskan cara dan tips-tips mendongeng.

Dalam menjalankan misinya mendongeng perdamaian, Eklin ini telah berkeliling dari pulau Maluku hingga pulau Jawa. Tempat yang ia kunjungi pun beragam, mulai dari tempat ibadah, rumah sakit, hingga tempat yang dilanda bencana. Selain itu, Eklin juga pernah mendapat undangan untuk mendongeng di sekolah atau kampus yang mana uangnya ia berikan kepada anak-anak yang tidak mampu di rumah sakit.

Eklin yang kini tengah bertugas sebagai pendeta di Pulau Damer, Desa Bebar Timur, Kecamatan Bulur, Kabupaten Maluku Barat Daya ini mempunyai mimpi untuk melihat anak-anak di Maluku dapat tumbuh dengan kepercayaan toleransi yang tinggi.

Baca Juga: Semangat Eklin Ajarkan Perdamaian pada Anak-Anak Maluku lewat Dongeng

Fitriani Sudrajat Photo Verified Writer Fitriani Sudrajat

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya