Salatiga Jadi Kota Paling Toleran Se-Indonesia, Bukankah Kota Lain Harusnya Demikian?

Cah Salatiga mana suaranya?

Kehidupan horizontal umat dengan berbagai latar belakang etnis, agama, dan budaya yang harmonis tercermin di sebuah kota kecil bagian tengah Pulau Jawa, Salatiga. Kota ini bak sebuah diorama Kepulauan Indonesia yang merepresentasikan leburnya ego-ego etnosentrisme.

Banyak yang gak tahu, ternyata Salatiga masuk jajaran sepuluh besar kota paling toleran se-Tanah Air.

Salatiga Jadi Kota Paling Toleran Se-Indonesia, Bukankah Kota Lain Harusnya Demikian? aktual.com

Dalam sebuah penelitian tentang indeks kota toleran yang dikeluarkan pada 2015 oleh Setara Institute, Salatiga tergolong kota yang masyarakatnya paling mampu bertenggang rasa.

Sebab, di kota ini, minim isu RAS yang menyebabkan konflik. Hampir tak pernah terdengar cekcok yang mempersoalkan kebebasan beragama di Kota Hati Beriman tersebut.

Kesimpulan terhadap penilaian ini ditarik dari sejumlah variabel pendukung, seperti peraturan daerah yang memuat unsur diskriminasi, regulasi sosial, demografi agama, dan respons pemerintah terhadap insiden.

Bela rasa untuk menghalau pertikaian.

Salatiga Jadi Kota Paling Toleran Se-Indonesia, Bukankah Kota Lain Harusnya Demikian? aktual.com

Ada banyak cara nyata dan tak muluk-muluk, yang membuat Salatiga dikukuhkan sebagai daerah paling toleran, bahkan se-Nusantara. Contohnya banyak event yang mengangkat isu-isu budaya. Selain itu, kulturlah yang membentuk warga, baik yang tinggal lama atau sementara, menjaga mandat persatuan yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Seorang mantan mahasiswa Universitas Satya Wacana—salah satu universitas ternama di daerah itu— yang bernama Diah Anggraeni, bercerita panjang lebar ihwal betapa damainya hidup di lingkungan berhawa sejuk tersebut. Diah, yang berstatus sebagai pendatang—dengan domisili Cirebon—mengaku cukup terkesima dengan kehidupan sosial masyarakat di kota tempat kampusnya bernaung.

“Tiap Paskah atau Natal, gereja se-Salatiga pasti mengadakan kebaktian bareng di Lapangan Pancasila. Menakjubkannnya, ibadah betul-betul dijaga sama ormas setempat, yang notabene anggotanya bukan orang nasrani."

Baca Juga: Uji Nyali, Kunjungi 10 Kota Paling Berbahaya di Bumi Kalau Kamu Berani!

Universitas Kristen Satya Wacana turut berkontribusi.

Salatiga Jadi Kota Paling Toleran Se-Indonesia, Bukankah Kota Lain Harusnya Demikian? hoteldekatkampus.com
dm-player

Anak muda dari segala penjuru Tanah Air datang ke Salatiga untuk berkuliah. Salah satu kampus yang terkenal menaungi mereka adalah Universitas Satya Wacana. Berkat kampus ini, Salatiga menjadi ramai pendatang. Namun, jangan dikira pendatang di kota yang terletak di lereng Gunung Merbabu ini gemar beradu paham dan bertikai lantaran masalah latar belakang.

Mereka justru merasa senasib sepenanggungan sebagai anak rantau yang membutuhkan satu sama lain. Hampir tak pernah terendus bau konflik SARA menerpa mahasiswa di Salatiga.

Salatiga Jadi Kota Paling Toleran Se-Indonesia, Bukankah Kota Lain Harusnya Demikian? actual-training.com

Diah, alumnus Satya Wacana angkatan 2005, berujar, kehidupan kampusnya tak jauh berbeda dengan suasana yang digambarkan Setara. Artinya, kampus tempatnya belajar mampu menanamkan wacana empati satu sama lain.

“Semuanya (mahasiswa dari semua daerah dengan berbagai latar belakang suku dan agama) membaur. Gak ada sirik-sirikan. Di kampus gue biasa aja kantin buka sewaktu bulan puasa, yang muslim pun gak merasa terganggu, malah ikut nongkrong sama kami di kantin.”

Begitulah perempuan yang kini jadi jurnalis di Ibu Kota itu menggambarkan kehidupan kampusnya, yang merepresentasikan kehidupan berdampingan yang senyatanya. Kabarnya, ada pula kegiatan kampus, Indonesian International Culture Festival (IICF), yang mendukung kota itu meleburkan ego-ego kedaerahannya lewat pesta budaya.

Menilik Salatiga secara historis.

Salatiga Jadi Kota Paling Toleran Se-Indonesia, Bukankah Kota Lain Harusnya Demikian? sigittanamanobat.blogspot.sg

Salatiga adalah lokasi penandatanganan perjanjian Sumbernyawa atau Raden Mas Said (kelak menjadi KGPAA Mangkunegara I) dan Kasunanan Surakarta serta VOC pada masa penjajahan. Perjanjian ini diteken sebagai landasan hukum berdirinya Kadipaten Mangkunegaran.

Kala masa penjajahan Belanda, cukup jelas disebutkan batas dan status Kota Salatiga. Berdasarkan Staatsblad 1917 Nomor 266 mulai 1 Juli 1917, didirikan Stadsgemeente Salatiga yang terdiri atas delapan desa. Kemudian pada masa kemerdekaan, Salatiga diubah statusnya menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II.

Salatiga pernah menyabet prestasi pujian sebagai kota terindah di Jawa Tengah di masa kolonial.

Tertarik punya rumah di Salatiga? Atau punya jodoh orang Salatiga? 

Baca Juga: 3 Kota Secantik Negeri Dongeng yang Layak jadi Lokasi Foto Prewedding Kamu!

Topik:

Berita Terkini Lainnya