Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Gak Boleh Sinis pada Pengunjung Toko yang Hanya Melihat-lihat

ilustrasi melayani pengunjung (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
Intinya sih...
  • Pengunjung melihat-lihat lebih mungkin membeli setelahnya
  • Barang belum dibutuhkan sekarang, hanya survei
  • Jangan takut harga dibandingkan dengan toko lain

Ada beberapa tipe pengunjung di tempat perbelanjaan. Pertama, orang yang datang dan pasti langsung membeli sesuatu. Pengunjung tipe ini sudah sangat tahu apa yang hendak dibelinya. Mereka tak akan memasuki toko apa pun sebelum jelas kebutuhan atau keinginannya. Sebagai penjual atau penjaga toko, kamu pasti sangat menyukai tipe pengunjung tersebut.

Transaksinya jelas dan cepat. Dirimu gak membuang-buang waktu buat melayani pengunjung yang belum tentu jadi berbelanja. Tipe kedua, pengunjung yang baru membeli setelah lama sekali melihat-lihat berbagai produk. Kehadirannya tetap berharga karena berujung pada belanja, tapi cukup menguji kesabaranmu dalam menunggu.

Tipe terakhir ialah pengunjung yang tampaknya cuma melihat-lihat. Baik dalam waktu singkat maupun lama, mereka kemudian meninggalkan toko dengan tangan kosong. Walau tipe yang seperti ini ada banyak, kamu gak boleh sinis pada pengunjung toko yang hanya melihat-lihat. Dirimu wajib tetap ramah karena lima alasan berikut. Jangan berpikiran pendek!

1. Setelah pengunjung melihat-lihat lebih mungkin membeli

ilustrasi showroom (pexels.com/Gustavo Fring)

Ketika orang melihat berbagai produk di toko atau showroom sedikit banyak muncul ketertarikan. Kalau mereka sejak awal sama sekali gak tertarik tentu tak akan masuk ke tokomu. Maka dapat dipastikan ketertarikan awal telah ada dan ditambah selepas mereka melihat langsung produknya.

Pengunjung yang sudah melihat-lihat isi toko bisa dibilang tinggal selangkah dari keputusan membeli. Kamu dapat memperbesar peluang dengan bersikap ramah sehingga mereka merasa nyaman. Jangan malah dirimu bersikap sinis seakan-akan keberadaan pengunjung yang melihat-lihat mengganggu proses jual beli.

Coba seandainya seseorang belum pernah melihat barang yang dijual di tokomu. Bagaimana mereka hendak membelinya? Tak cuma di toko offline. Di toko online pun orang tetap perlu melihat-lihat dulu. Bukan mereka membuka aplikasinya saja gak pernah, tapi diharapkan memesan sesuatu.

2. Mungkin barangnya belum dibutuhkan sekarang, baru survei

ilustrasi toko perabot (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Misalnya, kamu punya toko mebel. Banyak pengunjung melihat-lihat produkmu bahkan beberapa sampai mencobanya. Jangan berkecil hati apabila ketika itu mereka belum jadi membeli. Barang yang tampaknya menarik minat mereka sangat mungkin memang dibutuhkan. Hanya saja, waktunya belum tentu untuk saat ini.

Orang yang sedang membangun rumah sudah pasti butuh banyak perabot. Termasuk kursi, tempat tidur, lemari, dan sebagainya. Tapi jika rumahnya saja belum jadi, mereka belum bisa membeli perabot besar. Apabila mereka membelinya sekarang, semua perabot itu mau ditaruh di mana?

Belanja perabot besar terlalu cepat malah merepotkan mereka. Selain barangnya mesti dititipkan di rumah orang, nantinya perlu diangkut kembali dengan kendaraan besar setelah rumahnya jadi. Kalau perabot berukuran besar itu baru dibeli saat rumah siap ditempati, pengantaran langsung dari toko ke rumahnya. Praktis serta minim biaya.

3. Gak usah takut harga daganganmu dibandingkan dengan toko lain

ilustrasi melayani pengunjung (pexels.com/Tom Tillhub)

Sudah risiko pedagang apa pun mendapati harga dagangannya dibandingkan dengan produk serupa di toko yang berbeda. Selama di dunia ini kamu bukan satu-satunya penjual, perbandingan harga niscaya terjadi. Ini sebabnya sebagai pedagang, dirimu mesti kompetitif.

Jangan seakan-akan pengunjung dilarang melirik produk di toko lain yang lebih murah. Tokomu juga harus siap bersaing. Contohnya, dengan kamu memberikan diskon, bonus setiap pembelian produk tertentu, atau harga tetap tetapi kualitasnya di atas rata-rata. Harga yang lebih murah tidak selalu menjadi pilihan konsumen.

Mereka juga mempertimbangkan material, merek, pengalaman pengguna, sampai layanan di tokomu. Masih dengan contoh orang hendak belanja perabot besar. Sekalipun di toko yang lebih jauh harganya lebih miring, tokomu bisa tetap dipilih. Biaya pengantaran dari tokomu ke rumahnya lebih murah atau bahkan gratis.

4. Kalau kamu sinis justru mereka malas berbelanja

ilustrasi melayani pengunjung (pexels.com/Gustavo Fring)

Kamu pun pasti malas mengeluarkan uang buat orang yang bersikap buruk padamu. Demikian pula pengunjung toko. Mereka adalah raja. Walaupun dirimu gak mengatakan apa-apa, raut wajahmu yang tak bersahabat pasti terlihat oleh mereka. Biasanya, pengunjung yang menjadi tidak nyaman bakal bergegas keluar.

Bila itu terjadi, kamu jangan senang dulu seakan-akan pengganggu usahamu telah pergi. Setiap kepergian orang dari tokomu dengan perasaan negatif sama dengan lenyapnya peluang transaksi. Tidak hanya untuk hari ini, melainkan juga di masa depan. Kecil kemungkinan mereka mau kembali dan berbelanja di kesempatan lain.

Malah mereka dapat membagikan pengalamannya yang kurang menyenangkan ke orang lain. Bahkan sekalipun sebetulnya mereka sudah membawa daftar belanja, barangkali niat membeli diurungkan. Terlebih bila hampir semua pelayan toko tidak menunjukkan sikap baik selama mereka melihat-lihat. Pengunjung yang merasa kehadirannya tak diharapkan akan sekalian memilih pergi dan tak pernah kembali.

5. Sambil melihat-lihat, daftar belanjanya bertambah

ilustrasi melayani pengunjung (pexels.com/Kampus Production)

Kegiatan pengunjung yang asyik berjalan ke sana kemari dan melihat-lihat produk mungkin tampak gak penting buatmu. Kamu cuma mau secepatnya ada barang yang terjual. Tapi malah dari aktivitas melihat-lihat itulah, daftar belanja mereka dapat memanjang. Namun, ingat sekali lagi.

Daftar belanja itu memang belum tentu dieksekusi sekarang. Atau, cuma sebagian barang yang dibeli saat ini. Sisanya kapan-kapan kalau uangnya telah ada. Soal kapan pastinya mereka membeli sebaiknya gak usah terlampau dipikirkan olehmu.

Terpenting para pengunjung telah tahu dapat membeli sejumlah produk di tokomu. Misalnya, seseorang tadinya cuma ingin membeli lima barang. Namun, setelah ia mengelilingi toko ada lima barang lagi yang menarik. Dia akan memasukkannya ke daftar belanja sekalipun baru bakal dibeli bulan depan sehabis gajian.

Pengunjung yang datang untuk melihat isi tokomu tidak hanya berpeluang buat berbelanja. Kedatangan mereka juga mengesankan tokomu ramai. Ini akan menarik orang-orang di luar sana buat mampir dan mungkin membeli ini itu. Jika tokomu dari luar saja terlihat sepi sekali, orang yang sebetulnya butuh sesuatu pun dapat ragu untuk masuk. Mereka memilih toko lain yang lebih ramai. Oleh sebab itu, kamu gak boleh sinis pada pengunjung toko yang hanya melihat-lihat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us