Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi media sosial (pexels.com/Jeremy Levin)

Intinya sih...

  • Orang kaya lama cenderung tidak suka pamer kekayaan di media sosial
  • Kekayaan dipamerkan atau tidak, tidak berpengaruh pada kehidupan mereka yang sesungguhnya
  • Tingginya kesibukan di dunia nyata membuat mereka tak terlalu aktif di medsos dan tak memikirkan untuk pamer kekayaan

Kepastian seseorang berniat pamer atau tidak memang gak diketahui olehmu. Akan tetapi, umumnya terdapat ciri yang menonjol dari sikap sengaja pamer. Biasanya orang yang memang ingin pamer terlalu fokus mengunggah barang-barang mahal.

Seperti kendaraan atau barang-barang bermerek meski tidak berjualan atau menerima endorsement. Caranya mengunggah momen makan-makan pun lain. Ia tanpa ragu menunjukkan harga menunya yang mahal sekali. Dia liburan dan menginap di hotel pun begitu.

Bukan kebersamaannya dengan keluarga yang menjadi fokus, melainkan kemegahan kamar dan fasilitas hotelnya. Seolah-olah semua orang harus tahu bahwa ia mampu membayar hotel semewah itu. Namun, ada juga orang-orang yang tidak sekali pun memamerkan kekayaannya di medsos. Berikut enam alasan mereka yang bisa menjadi contoh positif buatmu karena gak pamer kekayaan di medsos.

1. Sudah kaya sebelum ada media sosial

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Mereka yang enggan pamer di medsos biasanya sudah kaya sejak lama atau sering disebut orang kaya lama. Ini berlawanan dengan orang kaya baru atau OKB yang kerap kali pamer melulu bahkan sampai merendahkan orang lain. Meski sebagian dari mereka tergolong milenial dan generasi Z sehingga belum lama bekerja, keluarganya mungkin cukup kaya.

Mereka lahir dan tumbuh dalam situasi ekonomi yang berkecukupan hingga berlebih. Mereka sudah terbiasa melihat bahkan merasakan langsung berbagai kenyamanan yang timbul akibat status sosial ekonomi keluarga. Saat media sosial banyak digunakan, mereka tidak lagi terlalu takjub dengan harta sendiri lalu ingin memamerkannya.

Kekayaan itu dipamerkan atau tidak, tak berpengaruh pada kehidupan mereka yang sesungguhnya. Usaha dan investasi yang menjaga bahkan menumbuhkan kekayaan mereka terus berjalan. Seiring maraknya penggunaan media sosial, mereka sudah terbiasa dengan prinsip memiliki tanpa harus memamerkannya.

2. Menjaga privasi dan keselamatan

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Mihman Duğanlı)

Orang yang sangat berhati-hati terhadap segala potensi bahaya juga gak sembarangan memakai media sosial. Mereka tahu ada ancaman yang mengintai jika suka pamer kekayaan. Siapa sih, yang tak tergiur dengan harta? Orang jahat ada di mana-mana, termasuk yang mengincar target dengan memata-matai media sosialnya.

Justru kekayaan semestinya disembunyikan sedemikian rupa dari pengetahuan orang lain. Dengan begitu, ancaman bahaya juga menurun. Mereka paham bahwa di lapangan korban dapat siapa saja yang dianggap paling lemah dalam keluarganya. Tidak selalu individu yang gemar pamer langsung menjadi sasarannya.

Contohnya, penculikan anak yang diikuti dengan permintaan tebusan. Perampokan rumah saat hanya ada orangtua yang renta atau ART dan sebagainya. Sedikit harta saja mesti dijaga baik-baik dari pantauan orang lain, apalagi seandainya mereka punya lebih dari itu.

3. Tak ingin menciptakan jarak dengan teman-teman

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/MART PRODUCTION)

Begitu kekayaan mereka diketahui, sedikit banyak akan terbentuk jarak dengan teman-temannya. Kawan-kawan yang merasa gak sekaya itu mungkin bakal menjauh karena merasa minder. Sementara itu, orang yang jauh lebih kaya juga ogah berteman dengan mereka.

Alasannya, kekayaan mereka belum seberapa tetapi sudah norak sekali. Tanpa mereka pernah memamerkan harta, lebih mudah buat siapa pun mendekati dan didekatinya. Andai pun ada orang yang mendesak ingin tahu apa saja yang dimilikinya, mereka mahir berkelit untuk tetap menjadikannya misteri.

Berapa dan apa pun bentuk kekayaan mereka bukan hal penting buat diketahui oleh orang lain. Mereka tidak mau ada sikap kikuk selepas orang-orang mengetahui hal tersebut. Mereka merasa lebih mudah membaur di lingkungan dengan beragam kemampuan ekonomi jika tak memamerkan apa-apa.

4. Terlalu sibuk buat main medsos

ilustrasi bekerja (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Tingginya kesibukan di dunia nyata tak menghalangi orang buat tetap punya akun media sosial. Namun, mereka gak terlalu aktif di medsos. Unggahannya terbatas. Pun hal-hal yang diunggah biasanya berkaitan dengan kesibukannya. Sebab itulah pusat perhatian mereka. 

Pamer kekayaan malah tak terpikirkan karena tidak menarik untuk mereka. Lebih penting buat mereka bekerja dan membangun kekayaan. Akun medsosnya kalau gak digunakan untuk  personal branding, mungkin cuma agar mereka tetap terhubung dengan teman-teman lama.

Atau, media sosial dipakai untuk mendapatkan informasi terkini dan hiburan di sela-sela kesibukan. Sementara itu, pamer kekayaan memerlukan banyak pemikiran agar orang lain sangat terkesan dengan sesuatu yang diunggah. Apabila aksi pamernya dicueki, orang yang pamer pasti kecewa. Mereka yang sibuk tak punya energi lebih buat semua itu.

5. Pribadi yang low profile dan sederhana

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Orang yang low profile konsisten menunjukkan sikap rendah hati. Sekaya apa pun mereka tidak akan pamer baik di dunia maya maupun nyata. Malah makin mereka kaya kerap makin memperlihatkan kesederhanaannya. Mereka tidak nyaman apabila kekayaannya diketahui.

Sebab itu hampir selalu diikuti dengan perlakuan yang berlebihan dari orang-orang di sekitarnya. Seperti mereka terlalu diistimewakan dengan didahulukan di segala pelayanan, disambut serta diantar dengan terlampau meriah, dan sebagainya. Bukannya mereka tak berterima kasih atas semua perlakuan spesial tersebut.

Hanya saja, kebanjiran perhatian di antara orang-orang yang tak mendapatkan perlakuan sama bikin mereka tidak enak hati. Rasanya dapat seperti mereka mengambil hak orang lain untuk diperlakukan setara. Sebab terlepas dari perbedaan kekayaan yang ada, mereka sama-sama manusia. Jangankan di dunia nyata, mereka mendapat lebih banyak tanda suka di medsos karena dikenal kaya pun bikin risi sendiri. 

6. Gak haus validasi

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ada orang yang sedikit-sedikit menginginkan pengakuan dari orang lain. Tanpa validasi tersebut, mereka merasa gak sah memiliki sesuatu. Ini yang membuat sebagian orang seperti tak ada capeknya memamerkan segala hal. Khususnya barang dan liburan mahal serta segala layanan VIP.

Tapi ada juga orang-orang yang menganggap pengakuan seperti di atas tidak penting. Mereka tipe orang yang tak mempersoalkan seandainya dikira gak punya apa-apa. Mereka juga bukan orang yang terlalu ingin dipuji. Mereka diakui cukup berada atau tidak tetap dapat menikmati hidupnya.

Tentu terkadang sikapnya yang tak pernah memamerkan apa pun malah jadi bahan cemoohan. Akan tetapi, mereka juga menanggapinya dengan santai. Biasanya cukup lama sampai orang yang pernah menghina tahu siapa mereka yang sesungguhnya. Orang yang mengejek itu bakal malu sendiri. 

Siapa pun yang ingin pamer di media sosial bisa dengan mudah melakukannya. Termasuk apabila sesuatu yang dipamerkan sebetulnya bukan milik sendiri. Namun, ada juga orang yang hampir punya segalanya, tetapi gak pamer kekayaan di medsos. Pastikan kamu mencontoh tipe terakhir ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team