Layaknya benteng yang kokoh berdiri untuk melindungi, setiap anak sejatinya berhak merasa aman di lingkungannya. Namun, kenyataan di lapangan tak seindah itu. Setiap hari, di berbagai daerah Indonesia, anak-anak menghadapi risiko kekerasan yang kerap tersembunyi dari pandangan publik. Angka kasus kekerasan pada anak, khususnya kekerasan seksual, terus meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan betapa pentingnya langkah pencegahan sejak dini.
Di tengah situasi yang memprihatinkan ini, muncul sosok perempuan muda dari Serang, Banten, yang memilih untuk tidak tinggal diam. Dialah Hana Maulida, pendiri Gerakan Kakak Aman Indonesia. Dengan kacamata khasnya, senyum menenangkan, dan ketenangan yang mengundang rasa percaya, Hana hadir bukan sebagai pahlawan super, melainkan sebagai “kakak” yang ingin memastikan anak-anak Indonesia tumbuh di ruang yang aman dan nyaman. Metode yang ia terapkan sederhana, tapi membawa dampak luar biasa: dongeng, lagu, permainan, dan kegiatan kreatif yang dirancang agar anak-anak bisa memahami tubuh mereka sendiri serta hak mereka untuk menolak perlakuan yang tidak pantas.
Kehadiran Hana bukan hanya membangun gerakan edukatif, tetapi juga menunjukkan keberanian seorang anak muda menghadapi realitas yang kerap disembunyikan masyarakat. Ia mengajarkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah-langkah kecil namun tulus. Seperti secercah cahaya di tengah gelap, Hana membuka jalan bagi anak-anak Indonesia untuk benar-benar merasa aman, belajar tentang hak mereka, dan berani bersuara.
