ilustrasi crowdfunding (pixabay.com/mohamed_hassan)
Karena belum adanya investor, dana memang masih menjadi kendala dalam proses pengembangan Godevi. Gian menggunakan dana pribadinya saat awal membentuk Godevi.
Untuk operasionalnya sendiri, karena kurangnya dana pendukung menyebabkan ruang gerak Godevi menjadi terbatas.
"Saat ini banyak sekali desa-desa wisata yang meminta kami sebagai pendamping, namun karena keterbatasan dana kami tidak bisa melaksanakannya. Namun kami bersyukur, mereka bisa mengakali dengan menjadikan kami sebagai narasumber sehingga ada sedikit dana operasional untuk turun ke desa," ungkap Gian.
Walaupun masih memiliki hambatan dalam hal dana, namun hal ini tidak membuat Gian dan tim Godevinya patah semangat. Gian mengadakan kerja sama-kerja sama dengan instansi terutama instansi pendidikan untuk membantu menyediakan sumber daya manusia dalam membantu pendampingan ke desa wisata.
"Dari Kemendikbud ada program Kedaireka di mana kami bekerja sama dengan kampus-kampus di Bali dengan mengajak mahasiswanya untuk magang di tempat kami dan para mahasiswa ini bisa turun langsung sebagai pendamping ke suatu desa wisata. Kami secara operasional sangat terbantu dan tentunya kami bisa memberikan pengalaman baru bagi rekan-rekan mahasiswa," tandas Gian.
Karena Godevi memiliki tujuan yang sangat baik, banyak pihak turut membantu untuk pengembangan Godevi ke depannya. Misalnya untuk pengembangan bisnis dan teknologi, Godevi dibantu oleh pihak BDI Tohpati dengan memberikan tempat sebagai kantor di Inbis Tohpati. Untuk data, Godevi dibantu oleh salah satu dosen pariwisata yang memang konsen untuk pengembangan desa wisata.
"Walaupun bantuan tersebut tidak dalam bentuk dana, namun memiliki nilai yang sangat besar bagi kami," tegas pria yang suka olahraga arung jeram ini.