Bukan Sekadar Toko Buku, Gramedia Jalma Jadi Third Place untuk Gen Z

- Gramedia Jalma hadir sebagai third place atau ruang pertemuan bagi anak muda di Blok M.
- Konsep toko ini mengusung pengalaman inklusif dan kekinian untuk generasi muda, terutama Gen Z.
- Nama 'Jalma' diambil dari bahasa Sunda yang berarti manusia, menegaskan esensi tempat ini sebagai ruang yang mengutamakan koneksi antarindividu.
Jakarta, IDN Times - Gramedia kembali menghadirkan gebrakan baru lewat hadirnya Gramedia Jalma, toko konsep terbaru yang berlokasi di kawasan blok M. Lebih dari sekadar toko buku, Gramedia Jalma hadir sebagai third place atau ruang pertemuan bagi anak muda yang datang ke blok M.
Sebelumnya, tempat yang dikenal sebagai Gramedia Melawai ini memang sudah hadir. Kemudian, direvitalisasi menjadi Gramedia Jalma dengan menghadirkan konsep baru. Konsep ini mengusung pengalaman yang lebih inklusif dan kekinian, sesuai dengan gaya hidup generasi muda saat ini.
Di Gramedia Jalma, pengunjung tidak hanya bisa menjelajahi koleksi buku, tetapi juga menikmati ruang-ruang tematik yang dirancang untuk kegiatan kreatif, diskusi, hingga ngopi santai di kedai Kopi Aloo. Lewat desain yang hangat dan suasana yang mengundang interaksi, tempat ini diharapkan bisa menjadi ruang aman dan menyenangkan bagi Gen Z untuk tumbuh bersama.
Pada Jumat (4/7/2025) di Gramedia Jalma, Blok M, pihak Gramedia memperkenalkan konsep toko buku ini secara resmi bertemakan Where Books, Blok M, and Culture Meet. Acara ini dihadiri oleh berbagai penulis lokal, penerbit, hingga partner dengan antusiasme yang besar. Ada juga beberapa pengunjung umum yang memenuhi Gramedia Jalma dan beberapa di antaranya antusias untuk melihat koleksi di Gramedia Jalma. Yuk, simak bagaimana latar belakang hingga ide hingga Gramedia Jalma ini dibangun!
1. Namanya ini terinspirasi dari diksi bahasa Sunda dengan makna mendalam

Gramedia Jalma diciptakan sebagai ruang pertemuan antarmanusia yang hangat dan inklusif. Nama 'Jalma' diambil dari bahasa Sunda yang berarti manusia. Ini menegaskan bahwa esensi dari tempat ini bukan hanya sebagai toko buku, melainkan sebagai ruang yang mengutamakan koneksi antarindividu.
Lebih dari sekadar tempat membeli dan membaca buku, Gramedia Jalma hadir dengan semangat membangun kedekatan emosional antara pengunjung, pengetahuan, dan sesama. Konsep ini menjadi representasi semangat baru Gramedia untuk menjadi lebih relevan dengan generasi muda, terutama Gen Z, yang mencari ruang aman dan menyenangkan untuk belajar, berkreasi, atau sekadar bertemu dan berbincang.
"Jalma itu dalam bahasa Sunda kan artinya manusia, di mana di sini buku itu diciptakan okeh dan untuk manusia. Kita menyadari, membaca itu bukan aktivitas yang soliter, tapi komunal," kata Immaculata Adhista, perwakilan dari Gramedia Jalma.
2. Mengangkat konsep untuk 'tumbuh bersama'

Gramedia Jalma berusaha menjadi space yang berbeda dengan gramedia lainnya. Di Gramedia Jalma ini, konsep utama yang ingin dibangun adalah 'tumbuh bersama'. Bagaimana Gramedia bukan hanya menyediakan buku sebagai komoditi, namun lebih luas, Gramedia bisa menjadi ruangan untuk tumbuh bersama.
"Kita akan mendengar lebih jeli lagi apa yang sebenarnya dicari dan apa yang bisa mengeratkan kita kembali. Kami bertumbuh karena kami mendengar, maka penting untuk ada third space, maka dari situ lah Gramedia Jalma lahir," lanjut Adhista.
Orang-orang yang datang ke Gramedia Jalma ini bukan hanya semata-semata ingin mencari buku. Namun, bisa juga melakukan aktivitas lainnya. Di Gramedia Jalma ada juga kedai kopi bernama Kopi Aloo, sehingga pengunjung bisa datang ke sini sekadar untuk nongkrong, diskusi, hingga work from cafe (WFC).
3. Gramedia Jalma juga menciptakan konsep ruangan seolah rak buku bisa 'berbincang' dengan pengunjung

Salah satu konsep yang unik di Gramedia Jalma adalah bagaimana konsep ruangannya ini benar-benar lebih dekat dengan pengunjung. Misalnya, rak-rak buku di Gramedia Jalma dirancang seolah bisa 'berbincang' dengan para pengunjung karena di setiap raknya ini ada keterangan genre dari setiap buku yang disusun.
Selain itu, ada juga keterangan atau deskripsi di dalamnya. Misalnya, di section self-development, terdapat keterangan 'buku ini untuk si para pejuang korporat'. Para pengunjung seolah diajak 'ngobrol' terlebih dahulu, sebelum memutuskan untuk membeli atau membaca buku yang mana.
"Kita mencoba untuk memperkenalkan buku kepada para pengunjung. Itulah kenapa, space-nya juga dibikin lebih friendly, sehingga orang-orang lebih mau untuk membaca," ucap Adhista.
Konsep ini juga semakin terasa ketika melihat banyak pengunjung Gramedia Jalma yang memilih untuk membaca 'obrolan' di rak bukunya terlebih dahulu. Tak jarang, beberapa di antara mereka pun akhirnya berhenti di rak-rak buku yang mungkin terasa paling relate dengan dirinya sendiri.
4. Dekorasi Gramedia Jalma berusaha membangun pesan yang 'less intimidating'

Sejalan dengan tujuan utama Gramedia Jalma, yaitu ingin menjadi ruang tumbuh bersama, dekorasi atau desain interior yang dihadirkan pun tampak lebih warm. Jacob Gatot Sura, Arsitek Gramedia Jalma dan Pendiri Kopi Aloo, menegaskan bahwa konsep dekorasi ini bertujuan menciptakan ambience yang less intimidating. Salah satu inspirasi Jacob adalah REXKL yang berada di Kuala Lumpur, Malayasia.
"Saya liat di luar juga ada REXKL (Kuala Lumpur), itu jadi impian saya. Terus juga saya baru tau ada Makarya (Gramedia Matraman), yang saya pelajari itu kalau di sana karakternya lebih maskulin dengan pilihan warna gelap. Sedangkan di sini, karakternya lebih feminin, karena memang mau less intimidating," lanjutnya.
Desain interior Gramedia Jalma dipenuhi dengan rak kayu warm dengan pencahayaan yang terang. Selain itu, di antara rak-rak kayu ini juga terdapat beberapa creative space. Ada juga ruangan untuk anak dengan nuansa pewarnaan dan dekorasi lebih playful. Di setiap raknya pun ada beberapa space untuk duduk, semacam ada bangku panjang yang juga dari kayu.
5. Gak hanya toko buku, di area Gramedia Jalma juga ada kedai Kopi Aloo

Seperti yang sudah disebutkan, Gramedia Jalma bukan hanya ingin dilihat sebagai 'toko buku' yang menjual buku. Masih di area Gramedia Jalma, terdapat Kopi Aloo dengan space yang cukup luas di bagian indoor dan outdoor. Minuman yang dibeli di Kopi Aloo pun bisa dibawa masuk ke dalam Gramedia Jalma, sehingga orang-orang yang mengunjungi gramedia ini tidak 'kaku'.
"Kedai kopi sudah menjadi third space buat anak-anak muda. Kedai kopi dan toko buku adalah satu lifestyle, makanya ada pintu connecting, saya rasa itu menjadi kebutuhan untuk gen Z," tambah Jacob.
Gramedia Jalma dibangun untuk menjadi space yang ramah bagi anak muda. Para pengunjung yang datang ke Blok M bisa mampir ke tempat ini tanpa harus selalu 'membeli buku'. Namun, bisa juga melakukan aktivitas lainnya.