7 Habit yang Bisa Merusak Energi Positif Diri, Yuk Perbaiki!

Energi positif merupakan kekuatan dalam diri yang mendorong kita untuk melakukan segala hal yang positif dan tentunya dengan cara-cara yang positif pula. Energi ini hampir sama dengan motivasi baik yang akan merubah hidup kita lebih baik di masa mendatang. Energi positif sama halnya seperti baterai yang perlu di-charge agar tetap menyala mengeluarkan tindakan yang positif.
Namun, ada kalanya diri kita lalai dan berada di zona nyaman yang kurang baik. Sehingga energi positif yang kita punya jadi redup bahkan musnah, berubah menjadi energi negatif yang dapat merusak batin dan kesehatan mental kita.
Kembali lagi kepada pola hidup dan kebiasaan yang sering kamu lakukan, apakah habit ini memberikan efek baik atau buruk dalam perjalanan hidup kamu? Ada beberapa hal yang bisa merusak energi positif dalam diri kamu, yuk disimak penjelasannya berikut!
1. Merasa hampa

Jika kamu pernah mengalami kejadian traumatis, maka diri kamu cenderung merasa terasingkan, diliputi rasa malu, dan merasa hampa. Masalah kesehatan mental ini disebut sebagai emotional numbness. Mati rasa secara emosional ini bisa diartikan sebagai proses mental dan emosional untuk menutup perasaan dan tidak ingin mengekspresikan emosi. Mati rasa emosional yang tidak terkendali dapat menyebabkan rusaknya hubungan dengan orang lain karena kamu lebih cenderung menyembunyikan emosi sendirian.
Orang yang selalu merasa dirinya hampa dan tidak ada gairah hidup akan mengalami kesulitan untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosialnya. Kemudian kamu akan sulit mengekspresikan perasaan, selalu merasa jauh atau terisolasi dari orang lain, kehilangan minat pada kegiatan yang biasanya disukai, lebih menyendiri, dan sulit mendapatkan perasaan positif seperti merasa bahagia dan nyaman.
Terlepas dari gejala perasaan hampa tersebut, kondisi ini masih bisa diperbaiki. Kamu masih bisa meminta bantuan orang terdekat, mau membuka diri dan konsultasi kepada ahli psikologi atau psikiater. Lalu setidaknya mau bergerak di pagi hari, melakukan berbagai peregangan kecil, tidur dan makan yang cukup, kamu bisa me time beberapa saat untuk mengembalikan mood kamu supaya energi positif bisa terisi lagi.
2. Tindakan dengan rasa berbeda

Tindakan seseorang bisa dilakukan secara pribadi maupun interaksi sosial, namun efeknya akan kembali memengaruhi energi positif yang ada dalam diri kita. Tindakan berupa interaksi sosial menunjukkan adanya aksi atau perilaku yang dilakukan seseorang karena dipengaruhi kondisi tertentu.
Jadi, situasi saat interaksi sosial sangat menentukan tindakan sosial yang akan dilakukan. Sebagai contoh saat kamu menghadiri pesta keluarga, padahal kamu memiliki kebiasaan yang tidak suka dengan keramaian, namun kamu terpaksa harus menunjukkan rasa happy dalam acara tersebut. Sehingga seolah-olah tindakan kamu itu memang tidak sesuai dengan apa yang kamu rasakan.
Tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan perasaan alamiah kamu merupakan tindakan afektif, karena tindakan ini dilakukan atas dasar dorongan perasaan atau emosi. Tindakan afektif dianggap kurang logis atau irasional dan tidak masuk akal karena sangat melibatkan emosi dan perasaan.
Misalnya saat kamu mendengarkan lagu-lagu galau atau lagu yang mengandung lirik kesedihan, kamu akan merespons aktivitas tersebut secara spontan, dengan menghayati lirik lagu hingga menangis atau melamun untuk merenungkan liriknya.
3. Bergaul dengan orang toxic

Asalkan kamu tahu bawa tidak ada satu pun hal baik dari pergaulan toxic, apalagi jika kamu sampai stay di sana. Terlalu asyik bergaul dengan orang-orang tersebut, pemahamanmu tentang pertemanan malah bisa jadi salah faham terus.
Bisa saja kamu menganggap perilaku saling menjatuhkan, memanfaatkan, bahkan memanipulasi adalah suatu hal yang wajar. Hal tersebut merupakan cara pertemanan yang salah, hubungan pertemanan seharusnya didasari dengan sikap saling peduli dan mendukung satu sama lain, bukan malah memanfaatkan.
Akibatnya, kamu jadi tidak tahu bagaimana cara memerlakukan orang lain dengan benar, karena terbiasa dengan perlakuan toxic yang ada dalam pergaulanmu. Kebiasaan tersebut akan membuat pembawaan dirimu jadi buruk. Kalau dibiarkan, kamu bisa dijauhi saat memasuki dunia kerja dan menjalin hubungan sosial dengan lebih banyak orang.
Sudah terbiasa maupun tidak, yang namanya menerima perlakuan tidak baik tentu membuat batin siapa saja akan tertekan. Gak mungkin rasa nyaman didapatkan dari perlakuan buruk dan toxic. Inilah yang membuat energi positif kamu kian meredup jika memiliki sifat toxic.
4. Tidak mampu mengelola energi dan kekuatan diri

Mengelola energi artinya menjadi keharusan dalam lingkungan kerja dan bisa mendorong orang lain untuk melakukan hal sama. Mulai dari menemukan kekuatan diri, lalu buka ruang dan kesempatan orang lain untuk menunjukkan kemampuannya. Hasilnya akan terlihat dari performa tim dan pencapaian kinerja yang baik.
Saat kamu ingin meraih performa terbaik dalam sebuah proyek jangka panjang, banyak orang melakukannya seperti sedang marathon, bukan lari cepat. Dengan kata lain, kamu harus mengurangi kecepatan agar tidak kelelahan dalam perjalanan karena jarak yang ditempuh masih cukup jauh.
Akan tetapi, pada realitanya kamu terkadang tidak sanggup mengelola energi dengan baik dan mengabaikan kekuatan diri yang kamu punya. Kamu harus menjadi diri kamu sendiri, jangan terobsesi untuk menjadi orang lain, sebab batin kamu akan tersiksa.
Hidup dalam kepura-puraan karena ingin terlihat baik seperti orang lain, akan menguras energi dan lama kelamaan kamu akan merasa lelah. Padahal tanpa kamu sadari, sebenarnya kamu memiliki kemampuan positif yang bisa kamu kelola dan dikembangkan menjadi energi positif yang akan memengaruhi lingkungan sekitar kamu.
5. Menahan kepedihan dan beban terlalu lama

Beberapa diantara kamu mungkin merasa tidak nyaman menunjukkan emosi di depan orang lain atau merasa sulit untuk mengatasi perasaan sendiri. Dan mungkin merasa bahwa kamu harus kuat dan merasa stabil di lingkungan kamu sendiri. Sehingga hal ini akan mendorong kamu untuk menahan tangis, kepedihan, dan beban supaya tidak membebani orang lain dengan masalah kamu.
Menahan kepedihan dan beban terlalu lama akan berdampak buruk pada diri kamu sendiri yaitu stres emosional bisa terakumulasi dan menyebabkan kecemasan, depresi, atau bahkan ledakan emosi yang lebih kuat di kemudian hari. Kemudian munculnya masalah kesehatan mental seperti merasa terisolasi dengan perasaan-perasaan tidak nyaman tanpa melepaskannya akan memperburuk kondisi mental kamu di masa mendatang.
Dampak pada hubungan sosial juga akan kurang baik, kamu akan merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan. Lalu, gangguan fisik akan mulai timbul seperti sakit kepala, susah tidur sampai gangguan pencernaan. Dan tentu saja karena kamu menahan beban yang terlalu berat dan menyakitkan, emosi dan energi positif yang ada dalam diri kamu jadi hilang, kamu sulit menemukan kelapangan dan kebahagiaan.
6. Adanya entitas negatif yang menempel

Entitas negatif biasanya dianggap sebagai makhluk atau kekuatan non-fisik yang mungkin menempel pada seseorang, tempat, atau objek hidup. Sifat dan karakteristik mereka sangat bervariasi tergantung pada konteks budaya atau agama. Misalnya setan dalam agama Kristen, jin dalam Islam, hantu kelaparan dalam beberapa tradisi Buddhis, makhluk bayangan atau entitas gelap dalam berbagai kepercayaan metafisik dan paranormal modern.
Jika kamu percaya bahwa diri kamu terikat pada entitas negatif ada kemungkinan mengalami gangguan emosional, ketakutan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan kronis, dan gejala lainnya. Beberapa diantara kamu bahkan ada yang percaya bahwa entitas ini dapat memengaruhi pikiran, perilaku, atau bahkan kesehatan. Penting untuk dicatat bahwa keberadaan entitas negatif merupakan keyakinan pribadi dan tidak didukung oleh bukti ilmiah.
Banyak gejala yang dikaitkan dengan keterikatan entitas negatif bisa menjadi tanda kondisi psikologis atau medis. Oleh karena itu, penting juga untuk menangani masalah tersebut dengan meminta nasihat medis atau psikologis jika kamu ragu. Yang jelas segala makhluk ghaib itu memang ada, namun kamu harus lebih mendekatkan diri pada Tuhan untuk meminta perlindungan darei segala macam gangguan.
7. Seks bebas dengan banyak orang

Tak hanya meningkatkan risiko penyakit menular seksual, perilaku seks bebas juga bisa memengaruhi kesehatan mental dan rusaknya energi positif dalam diri kamu. Yang pertama, kamu akan merasa harga diri kamu turun, karena sex bebas ini dilakukan tanpa ikatan yang sah yang akan membuat batin kamu dilanda kegelisahan. Kebanyakan seseorang akan dicampakkan setelah melakukan seks bebas, sehingga merasa rendah diri, tidak berharga, yang bisa berlanjut menjadi depresi.
Yang kedua, seks bebas yang dilakukan tanpa menggunakan alat kontrasepsi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan kecemasan, seperti takut akan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan atau kemungkinan tertular penyakit menular seksual. Yang ketiga, mungkin kamu akan merasa malu dan menyesal seumur hidup karena sudah menempuh jalan yang salah, melampiaskan emosi negatif lewat perbuatan yang tidak baik.
Tentu saja energi positif yang sudah ada dalam diri kamu bisa saja sekejap sirna, karena kamu melakukan hal negatif dalam keadaan was-was dan penuh ketakutan. Bahkan mungkin bisa jadi mendapatkan kekerasan dan paksaan dari pasangan sex bebas kamu yang tidak bisa mengerti keadaan dan kondisi fisik serta batin kamu saat melakukan hal tersebut.
Jadi, jika kamu sudah tahu dengan berbagai risiko yang akan terjadi dalam pergaulan seks bebas ini, seharusnya kamu mulai menjauh dan menghindar dari lingkungan tersebut. Mulailah perbaiki diri, kembali pada lingkungan orang-orang yang positif dan peduli dengan kehidupan kamu.
Energi positif perlu dipelihara supaya tetap menyala dalam hati dan pikiran kamu. Karena melalui kekuatan energi positif inilah yang akan membawa diri kamu agar bisa melakukan hal-hal positif dan bermanfaat untuk kehidupan kamu sekarang dan mendatang.
Jangan sampai energi positif ini kamu rusak secara perlahan atau sekaligus, sebab jika sudah hilang, kamu akan sulit berjalan untuk menggapai masa depan yang cerah. Seolah-olah kamu berada dalam kegelapan dan kekhawatiran karena tidak menemukan cahaya kehidupan yang akan menggiring kamu pada puncak kebahagiaan.