Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pemenang kompetisi public speaking “Jadi Juara Lingkungan” mengikuti mengikuti Pelatihan Penyusunan Rencana Aksi Iklim. (dok. Eupop)
Pemenang kompetisi public speaking “Jadi Juara Lingkungan” mengikuti mengikuti Pelatihan Penyusunan Rencana Aksi Iklim. (dok. Eupop)

Pangkalpinang, IDN Times - Tiga pemenang kompetisi public speaking  “Jadi Juara Lingkungan” yang diinisiasi oleh Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia bekerja sama dengan Jaringan Gusdurian, Teens Go Green, IDN Times, LPBI NU, Kongres Ulama Perempuan Indonesia, Hutan Itu Indonesia dan SEA Today melakukan kunjungan pembelajaran tentang mitigasi krisis iklim.

Kali ini, kunjungan dilakukan di Pangkalpinang, pada Rabu, (22/11) untuk mengikuti Pelatihan Penyusunan Rencana Aksi Iklim yang diadakan Proyek Kota Berketahanan Iklim dan Inklusif atau Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC). Kota-kota yang masuk dalam CRIC dipilih dan diimplementasikan oleh United Cities and Local Goverment Asia Pacific (UCLG ASPAC) dengan pendanaan dari Uni Eropa

Adapun anggota kelompok kerja CRIC turut menyambut ketiga tamu istimewa pemenang kompetisi tersebut. Ketiganya adalah Alya Zahra Sabira asal Jakarta, Afifah asal Jawa Timur, dan Devan Ahmad Pramudia asal Lampung.

1. Tentang Kompetisi "Jadi Juara Lingkungan"

ilustrasi kompetisi public speaking (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

“Jadi Juara Lingkungan” sendiri adalah kompetisi public speaking Delegasi Uni Eropa atau EU Delegation (EUD) untuk Indonesia yang diselenggarakan oleh EUPOP, sebuah institusi yang berupaya memberdayakan generasi muda untuk mengadvokasi iklim dan lingkungan yang lebih baik.

Adapun pihak CRIC membantu tiga pemenang tersebut untuk mempelajari lebih lanjut konteks aksi iklim lokal, nasional, dan global. “Target saya adalah agar mereka setidaknya memiliki perspektif yang lebih komprehensif ketika membahas masalah iklim dan lingkungan,” ujar Manajer Proyek Regional CRIC Hizbullah Arief pada keterangannya, (22/11). 

Menurutnya, pemahaman para pemenang mengenai konteks perubahan iklim lokal, nasional, dan bahkan internasional, termasuk negosiasi iklim berdasarkan Perjanjian Paris, saat ini telah melebihi harapan.

2. Prestasi para pemenang

ilustrasi prestasi para pemenang (freepik.com/freepik)

Kemudian, ketiga pemenang kompetisi tersebut semuanya berusia 18-19 tahun dengan rekam jejak penghargaan dari banyak kompetisi dan pengalaman mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri.

Ketiganya masing-masing memiliki prestasi yang membanggakan. Alya misalnya yang memperoleh Ashoka Youngchangemaker Award pada tahun 2023, pernah mengikuti pertukaran pelajar di Texas, Amerika Serikat. Afifah yang baru saja lulus dari Gontor tahun ini, juga pernah mengikuti pertukaran pelajar di Jepang. 

Devan merupakan pemimpin organisasi dan gerakan pemuda lokal bernama GreenZInitiative di Bandar Lampung. Ia pun telah memenangkan banyak penghargaan dalam kompetisi storytelling dan newscasting.

3. Alasan Pangkalpinang jadi kota percontohan

ilustrasi eksploitasi alam (freepik.com/freepik)

Ada alasan mengapa Pangkalpinang menjadi salah satu kota percontohan CRIC. Terletak di provinsi Bangka Belitung yang kaya akan sumber daya, Pangkalpinang hingga saat ini bergulat dengan paradoks kekayaan alam.

“Sayangnya, serupa dengan daerah kaya sumber daya lainnya, Kota Pangkalpinang juga menanggung risiko degradasi lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang melimpah di Provinsi Bangka Belitung,” kata Hizbullah.

Eksploitasi-eksploitasi yang dimaksud seperti, mengadopsi praktik penambangan timah terbuka, merusak daerah aliran sungai Bangka Belitung, dan menimbulkan kerusakan pada lingkungan provinsi. Beberapa tambang timah terbuka pun tampak terbengkalai atau pada beberapa lainnya terlihat jelas masih aktif. Tambang ini menciptakan lubang-lubang besar yang di permukaan tanah dan merusak lingkungan.

4. Kerusakan lingkungan timbulkan bencana alam

ilustrasi bencana alam banjir (freepik.com/ninjason1)

Adapun degradasi lingkungan yang terjadi di Pangkalpinang sangat berdampak pada kota tersebut yang berada pesisir dataran rendah. Salah satu contoh tersebut adalah bencana alam terburuk pada tahun 2016 ketika sumber air menggenangi wilayahnya.

“Berbagai aspek berkontribusi terhadap bencana ini. Misalnya, praktik penambangan terbuka di sepanjang sungai, melintasi dan mengelilingi kota telah meningkatkan sedimentasi di sungai-sungai kota, sehingga mengurangi kapasitas sungai untuk menyalurkan dan menampung air, terutama pada musim hujan,” kata Hizbullah.

Proyek CRIC bekerja sama dengan pemerintah kota untuk meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan dalam melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap krisis iklim. Hal ini dilakukan melalui penyelenggaraan pelatihan yang bertujuan membantu kota mengembangkan rencana aksi iklim lokal bekerja sama dengan pusat penelitian perubahan iklim IPB, CCROM.

5. Aktivitas para pemenang "Jadi Juara Lingkungan"

Pemenang kompetisi public speaking “Jadi Juara Lingkungan” mengunjungi kota percontohan, Pangkalpinang. (dok. Eupop)

Selain mengikuti Pelatihan Penyusunan Rencana Aksi Iklim, para pemenang kompetisi public speaking EUD “Jadi Juara Lingkungan” juga mengunjungi lokasi “titik nol” di Kampung Bintang, kawasan terendah di Kota Pangkalpinang pada Rabu malam untuk menyaksikan dampak banjir. 

Keesokan harinya, Alya, Afifah dan Devan menikmati Kebun Raya Bangka yang dibangun di atas bekas tambang timah terbuka yang sudah terbengkalai. Aktivitas ini memberikan pembelajaran dalam menangani kawasan pertambangan yang terbengkalai. (WEB)

Editorial Team