Webinar 'Work-life Balance di Tengah Pandemi oleh Yayasan Pulih'. (17/3/22) (IDN Times/Dina Fadillah Salma)
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh komunitas Rumah KitaB (Rumah Kita Bersama), ditemukan bahwa perempuan memilih untuk tidak bekerja salah satunya karena adanya pengaruh pandangan agama. Misalnya perempuan dianggap tidak pantas menjadi pencari nafkah utama.
Tak hanya itu, beban ganda yang dialami perempuan juga membuat ia memilih untuk berhenti bekerja. Narasi keagamaan yang didapatkan perempuan melalui berbagai kanal ini pada akhirnya mendorong perempuan untuk kembali ke rumah atau memilih untuk tidak bekerja.
Nuraismi Jamil selaku perwakilan Rumah KitaB mendorong masyarakat untuk mendukung perempuan bekerja dan kembali terlibat di ranah publik dengan beberapa cara. Ia menyampaikan, "Untuk menciptakan masyarakat yang mendukung perempuan bekerja, kami memiliki beberapa masukan, yang pertama perlunya memberikan akses lebih luas dan terbuka terhadap pandangan agama yang mendukung perempuan bekerja. Lalu ada pengakuan sosial dan politik bahwa perempuan bekerja mengalami beban rangkap jadi itu harus diakui adanya hal tersebut."
Selain itu, Nuraismi juga memberi masukan kepada pemangku kuasa di tempat kerja atau perusahaan agar memudahkan perempuan dan laki-laki untuk melakukan tugas pengasuhan ketika bekerja. Artinya memberi toleransi dan pengertian terhadap multiperan karyawannya.
Selain itu, Nuraismi juga mengimbau agar lebih banyak keterlibatan tokoh publik dalam hal ini, seperti yang telah Ia jelaskan, "Yang selanjutnya adalah adanya lebih banyak tokoh agama dan publik figur baik laki-laki atau pun perempuan yang bersuara mendukung perempuan bekerja dan narasi positif terhadap perempuan bekerja baik laki-laki maupun perempuan. Mendukung perempuan bekerja dan berbagi pengasuhan ini ditayangkan dalam bentuk berbagai media, sinetron, iklan layanan sosial, dan kisah bernuansa keagaman."