5 Tips Mengajarkan Anak tentang Kesetaraan Gender, Bisa Dicoba!

Kesetaraan gender menjadi isu penting yang akhir-akhir banyak berkembang di masyarakat. Kesetaraan gender artinya membebaskan segala gender untuk berekspresi dalam memberikan pendapat, memperoleh posisi di pekerjaan, dan mendapatkan perlakuan yang setara tanpa ada diskriminasi.
Baik perempuan dan laki-laki tentunya memperoleh tempat yang sama dalam tata sosial di masyarakat. Hal penting semacam ini juga perlu dibiasakan pada anak bahkan sejak masih kecil. Kamu dapat mencoba mendidik anak dengan beberapa cara berikut ini agar nantinya terbiasa dan saling menghormati terhadap kesetaraan gender.
1. Memahami bahwa anak laki-laki dan perempuan sama spesialnya

Poin pertama yang perlu dipahami oleh orangtua adalah dengan memperlakukan semua anak-anaknya secara sama dan adil. Tidak ada yang dibedakan antara perempuan dan laki-laki, sebab semua anak sama spesialnya.
Memperlakukan anak berbeda-beda hanya akan menimbulkan kecemburuan, apalagi bila orangtua merasa bangga memiliki anak dengan gender tertentu. Oleh sebab itu, pastikan untuk adil dalam memperlakukan anak-anak secara seimbang.
2. Hilangkan kebiasaan toxic masculinity pada anak

Toxic masculinity adalah salah satu hal yang sudah sangat umum dilakukan banyak orangtua, namun jarang disadari. Istilah toxic masculinity ini merujuk pada prinsip-prinsip keliru yang digunakan dalam mendidik anak laki-laki, seperti tidak boleh menangis, tidak boleh mengeluh, tidak boleh mendukung hak perempuan, hingga dilarang mengerjakan pekerjaan rumah, sebab dianggap sebagai kewajiban perempuan.
Hal semacam ini sangat berkembang di masyarakat dan membuat setiap anak memiliki pemikiran yang keliru mengenai toxic masculinity. Oleh sebab itu, istilah seperti ini patut diputus mata rantainya agar tidak terus terbawa ke generasi selanjutnya.
3. Biarkan dan awasi anak untuk bersama dengan lawan jenisnya

Terkadang banyak orangtua yang terlalu mengekang anak untuk bersosialisasi, bahkan sejak anak kecil. Anak hanya dibolehkan bermain dengan sesama jenis, meskipun di usianya yang masih kecil.
Padahal orangtua tidak boleh bertindak seperti itu sebab akan membuat anak kesulitan dalam bersosialisasi nantinya. Biarkan anak bermain dengan teman-temannya, baik perempuan atau laki-laki. Orangtua hanya perlu mengawasi anak dan menasehati bagaimana cara memperlakukan teman dengan baik berdasarkan gendernya.
4. Membiasakan anak laki-laki dan perempuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah

Salah satu contoh toxic masculinity yang banyak berkembang pada anak laki-laki adalah rasa enggan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Biasanya pekerjaan rumah dianggap sebagai pekerjaan perempuan, sehingga hanya melimpahkannya pada anak perempuan saja.
Sebagai orangtua, kamu dapat membiasakan anak perempuan atau laki-laki untuk terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini dapat dimulai minimal dari kamar tidurnya sendiri atau membereskan mainannya.
5. Tidak membedakan mainan atau warna untuk anak

Untuk anak-anak kecil, perbedaan gender sangat jelas terlihat dari pemilihan mainan atau warna. Biasanya terdapat stigma bahwa perempuan erat dengan warna merah muda, sementara laki-laki dengan warna biru.
Anggapan ini hanya akan membuat anak kesulitan dalam berekspresi dan takut dianggap buruk jika tidak sesuai dengan stigma yang ada. Oleh sebab itu, jangan membatasi anak mengenai mainan atau warna kesukaannya hanya berdasarkan gender.
Membiasakan hal ini sejak anak masih kecil akan membantunya dalam menghormati perbedaan gender, serta mendukung kesetaraan yang ada tanpa tindak diskriminasi. Biasakan sejak anak masih kecil, ya!