Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi orang cemas (pexels.com/Nathan Cowley)
Ilustrasi orang cemas (pexels.com/Nathan Cowley)

Semua orang pasti ingin menjadi orang sukses. Sukses dari segi ekonomi, kesehatan, mental, dan dari segi lainnya. Juga, bisa diraih dengan cara apapun, menyesuaikan kemampuan diri sendiri dan aturan yang berlaku. 

Namun, tidak semua orang tahu hal yang menghambat kesuksesan itu terjadi. Mungkin, kamu harus tahu beberapa hambatan ini yang bisa menghalangi kesuksesan. 

1. Terlalu fokus pada kekurangan diri sendiri

Ilustrasi orang cemas (pexels.com/Alex Green)

Ketika ingin mencoba sesuatu, coba untuk fokus pada atur strategi bagaimana mencapainya. Dalam mengatur strategi, pasti termasuk melihat kemampuan diri sendiri. Apakah dengan yang sudah dimiliki, bisa mencapai tujuan tersebut atau tidak? 

Tak jarang, kekurangan menjadi perhatian dalam hal ini. Namun, terlalu memperhatikan pada kekurangan, juga bisa menghambat diri dalam menggapai tujuan. Kenapa? Karena ketika terlalu fokus pada kekurangan diri, bisa menyebabkan kita enggan untuk mengembangkan diri. 

Padahal, kekurangan itu, apalagi soal skill, bisa diatasi dengan mencari ilmu atau belajar terkait hal tersebut. Bagaimana melakukannya dan apa yang harus dipersiapkan agar diri kita bisa berkembang.

Contohnya, kamu ingin ke luar negeri, tetapi terbatas dengan kemampuan bahasa Inggris. Nah, kamu bisa mengikuti kursus bahasa Inggris atau meminta bantuan kepada teman kamu untuk mengajari. Atau, kamu bisa mengunduh aplikasi online yang bisa menunjang kemampuan bahasa Inggris.

2. Memaksa diri menyenangkan semua orang

Ilustrasi orang tertawa (pexels.com/Helena Lopes)

Menyenangkan orang lain memang termasuk hal yang menyenangkan atau lebih tepatnya kebanggaan bagi diri sendiri. Dari situ, kita juga tahu bahwa diri ini bisa memberikan senyuman kepada orang lain. Atau, kita merasa bangga bahwa ternyata diri ini juga bisa menyenangkan orang lain.

Namun, menyenangkan semua orang adalah hal yang mustahil dilakukan. Hal ini dikarenakan di dunia ini sudah lazim kalau di luar sana akan ada yang senang dan tidak senang dengan apa yang kita lakukan. Akan tetapi, bukan berarti mengabaikan intropeksi diri. 

Jadi, jika menurut kamu sudah melakukan semaksimal mungkin yang kamu bisa, namun masih saja ada orang yang tidak menghargai usaha kamu. Orang tersebut sudah seharusnya disingkirkan dari lingkaran sosial kamu.

3. Pesimis dengan tujuan yang ingin dicapai

Ilustrasi gagal meraih pencapaian (pexels.com/RDNE Stock project)

Kalau sudah memiliki tujuan yang ingin dikejar, maka selanjutnya hanya perlu mempersiapkan apa saja yang harus dilakukan dalam mencapainya. Jika kamu merasa pesimis atau tidak yakin bahwa itu akan terwujud, maka sudah bisa dipastikan tujuan akan gagal diraih. Bagaimana bisa meraih sesuatu, kalau diri sendiri saja ragu untuk meraih tujuan tersebut? 

Tidak perlu takut gagal karena dari kegagalan tersebut kamu bisa belajar kesalahan apa yang seharusnya dihindari kedepannya. Ingatlah, bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Maka dari itu, lebih baik kamu mencoba sekarang, daripada menyesal di kemudian hari karena tidak pernah mencoba. Try it now or never?

4. Terlalu membandingkan diri dengan orang lain

Ilustrasi orang depresi (pexels.com/Daniel Reche)

Dalam mempersiapkan diri, kita perlu belajar dari orang lain. Namun, dengan catatan, tidak perlu terlalu membandingkan diri sendiri dengan orang tersebut. 

Hal ini karena, biasanya, seseorang membandingkan diri dengan orang lain hanya melihat ketika orang tersebut sudah berhasil. Bukan bagaimana jatuh-bangun orang tersebut dalam mencapainya. Maka dari itu, terlalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain, dirasa tidak perlu dilakukan.

Kalau berbicara tentang kemampuan, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ini bisa diatasi dengan diasah. Mengikuti kursus yang berkaitan dengan tujuan kamu. Dengan terlalu membandingkan kemampuan diri kamu dengan orang lain, hanya akan membuang waktu. 

Juga, dapat menghilangkan semangat meraih impian. Jadi, cukup fokus pada tujuan dan persiapkan amunisi untuk mengejarnya.

5. Menunggu keajaiban datang

Ilustrasi menunggu keajaiban (pexels.com/Pixabay)

Ini biasanya hanya dilakukan oleh orang-orang yang malas. Alih-alih menunggu keajaiban tanpa progres yang diberikan, malah berujung kesuksesan semakin tidak terlihat di ujung sana. 

Yang katanya Tuhan Maha Pemberi, tapi kamu hanya rebahan di kasur sambil scrolling handphone. Apakah iya kamu bisa menggapai kesuksesan yang diinginkan?

Keajaiban akan datang seiring dengan usaha dan doa yang dilantunkan. Mungkin bisa lebih, jika kamu memberikan usaha yang maksimal. Tuhan tidak tidur, usaha kamu pasti dilihat setiap hari dan doa pasti didengar. 

Jika kamu mengalami kegagalan setelah berusaha dan berdoa, bisa jadi disana ada pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh-Nya. Mungkin strateginya kurang tepat atau ada perlindungan yang diberikan.

6. Merasa tidak butuh bantuan orang lain

Ilustrasi mengerjakan projek (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dalam mengejar kesuksesan, memang biasanya kita tidak ingin merepotkan orang lain. Namun, jika ada yang datang dan menawarkan bantuan, kenapa tidak ditolak? 

Ini salah satu kesalahan yang sering terjadi ketika sedang mengejar kesuksesan. Mungkin saja, melalui bantuan orang lain, justru akan mempercepat meraih apa yang menjadi tujuan kamu. Atau, ini adalah bentuk pertolongan dari Tuhan kepada kamu dengan bisa meraih kesuksesan melalui orang lain.

Ditambah lagi, manusia ini adalah makhluk sosial. Tidak akan pernah bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Tidak akan pernah bisa menggapai sesuatu tanpa adanya keterlibatan dengan orang lain. 

Contohnya, kalau kamu ingin membeli rumah, pasti dong butuh survey terlebih dahulu. Nah, di sini sangat baik jika melibatkan bantuan orang lain, terutama yang ahli dalam bidang tersebut. 

Kalau mau menjadi orang sukses, memang perlu tahu beberapa hambatan yang menghalanginya. Agar bisa meraih kesuksesan lebih cepat. Info tentang hambatan kesuksesan di atas sudah harus kamu hindari mulai sekarang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team