Hindari Melakukan 6 Hal Ini saat Sedang Marah agar Tidak Menyesal

Bermain media sosial memang sudah jadi aktivitas yang dilakukan layaknya sebuah rutinitas. Namun, saat sedang marah, sebaiknya kita menahan diri sejenak untuk tidak berselancar di media sosial. Meski ada yang menganggapnya sebagai pengalihan untuk meredam emosi, muncul kekhawatiran bahwa emosi yang belum surut malah mudah tersulut kembali.

Misalnya, saat ada komentar miring atau justru melihat orang yang membuat kita marah sedang menyindir di medsos, emosi yang diharapkan tenang justru jadi meledak. Akhirnya kita terpancing untuk menanggapi tapi tidak dengan pikiran yang jernih dan tenang. Kondisi ini dikhawatirkan bisa memicu pertikaian yang berkepanjangan atau malah memuculkan masalah baru.

Saat marah, orang cenderung enggan bicara atau malah berbicara seadanya lewat pesan singkat. Meski minim ekspresi, justru kondisi inilah yang berpotensi menimbulkan kesalahpahaman baru. Lawan bicara di pesan singkat yang belum tentu paham kalau kita sedang marah bisa saja melontarkan candaan yang terasa sensitif.

Alih-alih diam atau menyamaikan rasa tidak suka dengan baik, kita bisa saja jadi makin emosi dan melampiaskannya pada orang yang salah. Akan jauh lebih baik jika kita menghindari obrolan lewat pesan singkat lebih dulu jika masih belum bisa mengendalikan amarah demi menghindari perdebatan yang sebenarnya gak perlu terjadi.

Menahan ucapan hampir sama sulitnya dengan menahan rasa marah. Oleh karenanya, jangan pernah membiarkan mulut bergerak lebih cepat dibanding pikiran saat sedang dikuasai emosi negatif, terutama rasa marah yang cenderung sulit dikendalikan kalau sedang tinggi-tingginya.

Bukannya lega karena bisa melampiaskan perasaan, rasa marah justru akan lebih mengarahkan kita pada kalimat serampangan yang cenderung kasar. Jadi, kunci mulut agar tidak kelepasan menyampaikan kata-kata kasar yang berpotensi menyakitkan hati lawan bicara, ya!

Membuat keputusan idealnya memang harus dalam kondisi yang tidak sedang tertekan. Pasalnya, tekanan yang ada, baik waktu yang terbatas atau malah kondisi emosi yang labil, hanya akan membuat keputusan yang diambil cenderung tidak maksimal dan seringnya juga kurang objektif.

Terlebih saat sedang marah, kondisi pikiran dipastikan sedang tidak tenang dan jernih. Jika dipaksa untuk memikirkan pengambilan keputusan, hasilnya hanya akan membuat kita menyesal dan mempertanyakan keputusan yang telah diambil di kemudian hari.

Kondisi jalan saat berkendara gak pernah bisa diprediksi dengan tepat. Dalam keadaan emosi yang normal saja, berkendara tetap membutuhkan fokus untuk memperhatikan kondisi jalanan dan pengendara lain agar perjalanan kita tetap aman dan nyaman.

Oleh karena itu, jangan sampai kita berkendara sendirian saat sedang marah, ya. Inginnya mungkin pergi sejenak ke tempat tertentu untuk menenangkan diri, tapi risiko berkendara saat marah justru berpotensi membahayakan diri sendiri dan pengendara lain saat kita mulai kehilangan fokus.

Orang kerap beranggapan bahwa semua emosi negatif harus dilampiaskan agar tidak meninggalkan beban atau luka di hati terlalu lama dan dalam. Namun, sebenarnya gak semua emosi negatif seperti rasa marah harus segera dilampiaskan sesegera mungkin.

Jika gak mampu menahan diri, pelampiasan yang ada malah dapat mengarah pada hal-hal negatif yang merugikan diri sendiri. Misalnya adalah minum alkohol, narkoba, atau pergi ke tempat yang dilabeli negatif oleh masyarakat. Bukannya dapat lega dan tenang, kita justru bisa terjebak dalam kebiasaan negatif tersebut.

Rasa marah seharusnya gak boleh mengambil kendali pikiran hingga membuat kita melakukan hal-hal negatif yang berujung pada penyesalan. Jika rasa marah terasa sulit dikendalikan, lebih baik diam, menyendiri, atau minta bantuan orang lain untuk menenangkan diri agar kontrol emosi bisa kita pegang kembali.