Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi fokus (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi fokus (pexels.com/MART PRODUCTION)

Intinya sih...

  • Hadiah yang relevan akan meningkatkan motivasi

  • Sistem "carrot and stick" bisa memicu semangat dan konsistensi

  • Rutin evaluasi insentif untuk menjaga keefektifan motivasi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah merasa semangat menurun, malas bergerak, atau sulit fokus pada target yang sudah kamu tetapkan? Itu hal wajar, tapi bukan berarti kamu harus terus-terusan terjebak dalam rasa malas, lho.

Ada strategi psikologi bernama incentive motivation yang bisa bantu kamu kembali termotivasi. Intinya, strategi ini menggunakan hadiah atau konsekuensi tertentu untuk mendorong kamu lebih konsisten dalam mencapai tujuan.

Menariknya, strategi ini sudah banyak digunakan oleh pakar motivasi dan terbukti efektif kalau dijalankan dengan benar. Jadi, kalau kamu merasa butuh dorongan ekstra, yuk kenali cara penerapan incentive motivation berikut ini.

1. Tentukan hadiah yang benar-benar kamu inginkan

ilustrasi makan di restoran (pexels.com/Kaboompics.com)

Incentive motivation bekerja maksimal kalau hadiah yang dipilih memang punya nilai penting buat kamu. Misalnya, kalau targetmu berhasil olahraga tiga kali seminggu, kamu bisa menghadiahi diri sendiri dengan makan di restoran favorit atau beli barang kecil yang sudah lama diincar. Hadiah yang relevan akan bikin otak lebih semangat karena ada sesuatu yang ditunggu setelah usaha keras.

Menurut pengalaman pakar manajemen berat badan Dr. Holly Wyatt, keberhasilan programnya banyak didorong oleh insentif sederhana yang benar-benar disukai klien. Jadi, jangan pilih hadiah asal-asalan, tapi pastikan itu punya arti buatmu.

2. Gunakan sistem “carrot and stick”

ilustrasi olahraga push-up (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Selain hadiah, konsekuensi juga bisa jadi pemicu semangat. Sistem ini sering disebut “carrot and stick”, di mana kamu memberi diri sendiri hadiah jika berhasil, atau hukuman kecil kalau gagal.

Contohnya, kalau kamu berhasil menabung sesuai target, kamu boleh nonton film favorit. Tapi kalau gagal, mungkin kamu harus push-up 20 kali atau mengurangi waktu hiburan.

Kuncinya adalah konsistensi. Konsekuensi harus terasa cukup berpengaruh supaya memicu aksi, tapi tetap realistis sehingga gak bikin kamu menyerah di tengah jalan.

3. Rutin evaluasi dan sesuaikan insentif

ilustrasi menulis (pexels.com/John Diez)

Insentif yang efektif buatmu saat ini bisa jadi terasa kurang menarik beberapa bulan ke depan. Menurut ahli psikologi sosial Stephen L. Franzoi, nilai sebuah insentif bisa berubah tergantung waktu dan situasi. Itu sebabnya penting banget untuk rutin mengevaluasi.

Kalau kamu merasa hadiah sudah tidak terlalu memotivasi, ganti dengan sesuatu yang lebih fresh. Misalnya, awalnya kamu semangat karena dapat voucher belanja, tapi lama-lama terasa biasa. Coba ubah ke bentuk pengalaman, seperti traveling singkat atau coba kelas baru yang bikin penasaran.

4. Gabungkan motivasi eksternal dan internal

ilustrasi olahraga di gym (pexels.com/Ivan Samkov)

Hadiah dan hukuman memang bisa jadi pemicu kuat, tapi sifatnya sering kali jangka pendek. Supaya lebih tahan lama, coba gabungkan dengan motivasi internal, yaitu alasan pribadi yang lebih dalam. Dr. Wyatt sering menyebut ini sebagai proses “peeling back the onion” untuk menemukan alasan utama kenapa seseorang ingin mencapai tujuan.

Contoh sederhana, kalau tujuanmu olahraga hanya demi dapat hadiah makan enak, mungkin semangat akan cepat hilang. Tapi kalau alasan utamanya adalah menjaga kesehatan biar bisa lebih produktif dan bahagia, insentif jadi penguat tambahan yang bikin motivasi lebih stabil.

5. Jadikan insentif sebagai bagian dari rutinitas

ilustrasi mendengarkan musik (pixabay.com/sweetlouise)

Motivasi gampang naik-turun kalau hanya mengandalkan mood. Karena itu, insentif sebaiknya dibangun dalam bentuk rutinitas. Dengan begitu, kamu gak perlu mikir panjang setiap kali mau bertindak.

Contohnya, setiap kali menyelesaikan pekerjaan besar, kamu selalu memberi jeda istirahat dengan aktivitas yang menyenangkan, seperti mendengarkan musik atau jalan santai. Kalau dilakukan terus-menerus, otak akan terbiasa mengaitkan kerja keras dengan pengalaman positif. Hasilnya, kamu jadi lebih mudah konsisten tanpa harus merasa terpaksa.

Rasa malas bukan berarti kamu gagal, tapi hanya tanda kalau otakmu butuh pemicu baru. Incentive motivation bisa jadi solusi praktis karena memberi alasan nyata untuk bertindak.

Dengan memilih hadiah yang tepat, menerapkan sistem reward dan konsekuensi, mengevaluasi secara rutin, menggabungkan motivasi internal, serta menjadikannya bagian dari rutinitas, kamu bisa lebih konsisten mengejar tujuan. Jadi, jangan tunggu sampai semangat benar-benar habis, ya. Mulailah pakai cara ini, dan biarkan insentif kecil membawamu selangkah lebih dekat ke impian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team