Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Unsplash/Kelly Sikkema

Siapa pun kita mungkin berpikir bahwa hampir pasti kita menghabiskan sepanjang tahun ini untuk bertahan dari pandemik COVID-19. Meski lebih banyak menghabiskan aktivitas di dalam rumah sekalipun, ketidakpastian kapan berakhirnya wabah ini tetap bisa membuat siapa pun merasa lelah.

Dalam buku Viktor Frankl yang berjudul Man's Search from Meaning, disiratkan bahwa ada banyak makna yang dapat diambil dalam keadaan sesulit apapun, seperti saat ini contohnya. Jika merujuk dari kerangka ide tersebut, ada lima hikmah yang dapat kita ambil dari pandemik ini untuk pendewasaan kita. Ini mereka!

1. Lebih akrab dengan kesederhanaan

Unsplash/Annie Spratt

Awalnya kita hanya mau tak mau harus di rumah saja demi menghindari penyebaran wabah. Tak lama kemudian, dampak ekonomi dari pandemik COVID-19 juga memaksa kita untuk mengatur ulang strategi pemasukan dan pengeluaran.

Dari yang awalnya hanya dipaksa untuk tidak nongkrong atau berjalan-jalan, kini kita jadi benar-benar dapat beradaptasi untuk hidup lebih sederhana. Membeli dengan lebih berhati-hati, menyenangkan diri sendiri dengan cara secukupnya, dan tidak menumpuk apa yang tak benar-benar perlu demi berhemat.

2. Mengasah altruisme

Unsplash/Joel Muniz

Di saat-saat tersulit seperti sekarang, tentu saja yang paling mendapat kesulitan adalah saudara-saudara kita yang perekonomiannya lemah. Untungnya, banyak juga orang yang cukup responsif dengan keadaan ini dan mengajak yang lain untuk saling memperhatikan.

Meski banyak orang yang bantu-membantu di saat bukan pandemik sekalipun, nuansa altruisme yang dihadirkan di saat sulit selalu terasa lebih kuat. Karena itu pula, saat ini naluri kita untuk membantu yang lain juga bisa semakin terasah.

3. Mendorong diri lebih berserah dan bersandar pada Tuhan

Unsplash/Ümit Bulut

Semakin hari, pandemik semakin memperlihatkan ketidakpastian, kita tidak tahu kapan wabah COVID-19 akan betul-betul berakhir. Kita yang awalnya mengira tidak akan lama, kemudian cemas karena ternyata ekspektasi meleset dan ada banyak hal dalam hidup kita yang terdampak ketidakpastian. 

Karena merasa cemas begitu melelahkan, kenapa tidak coba untuk berserah saja? Percaya saja bahwa Tuhan akan menanggung nasib kita, yang penting sekarang ini kita sudah mengusahakan yang terbaik. 

4. Belajar tidak berkompetisi dan melambat

Unsplash/Katie Barrett

Terbiasa beraktivitas di luar rumah dan mengejar jadwal membuat kita lebih paham caranya terburu-buru, daripada melambat. Bertemu orang sepantaran yang telah melakukan ini itu membuat kita lebih tertarik untuk beradu cepat, daripada benar-benar fokus pada apa yang sebetulnya kita butuhkan.

Kini, saat kita semua harus memindah sebagian besar aktivitas di rumah, kita sebetulnya diajak untuk lebih perlahan-lahan dan menikmati melakukan berbagai kegiatan. Kita juga diajak untuk lebih fokus melihat diri sendiri, dibanding orang lain atau bahkan mengejar yang tak perlu.

5. Menjadikan prioritas paling mendasar dalam hidup sebagai yang pertama

Unsplash/William Farlow

Keadaan yang sulit memang seringkali membuat kita belajar melihat prioritas. Seperti saat ini, kita seakan diajak untuk berpikir ulang apa hal terpenting dalam hidup masing-masing dan bagaimana mempertahankannya.

Secara umum, kesehatan dan hubungan yang erat dengan orang terkasih adalah dua hal terpenting di samping mempertahankan kelangsungan finansial untuk bertahan hidup. Jika tidak begini, mungkin kita akan terus menunda urgensi kesehatan fisik dan mental serta betapa berharganya orang terkasih yang selama ini mendukung.

Jangan biarkan segala upaya bertahanmu selama ini sia-sia ya. Semoga kita bisa memetik makna dari pandemik ini. Makna non material juga berharga, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team