IWF 2020: 5 Kiat Tangguh Hadapi Pandemi ala Ignasius Jonan

Hal pertama yang harus diterapkan oleh semua orang terutama generasi Millennial dan Z adalah mengubah pola pikir. Kita semua tahu, sebagai dua generasi muda tersebut sedang semangat dalam menggapai berbagai mimpi dan cita-cita seperti menyelesaikan pendidikan atau membangun karir.

Saking semangatnya, terkadang membuat kita lupa dengan lingkungan sekitar, mulai dari keluarga dan lingkup sosial yang lebih besar. Namun, mimpi dan cita-cita tersebut musnah dihantam pandemi. Menyalahkan kondisi menjadi hal pertama yang dilakukan oleh kebanyakan orang.

Sifat dasar manusia wajar melakukan hal itu. Tapi, ubahlah pola pikir kita menjadi lebih positif. Kondisi ini menjadi waktu istirahat kita dalam mempersiapkan langkah yang lebih matang. Ia menjadi teguran agar kita lebih memperhatikan sekitar, dekat dengan keluarga, dan membantu sesama.

Ketika kita tidak bisa mengontrol apa yang terjadi, tantanglah diri untuk mengontrol cara pandang terhadap apa yang sedang terjadi.

Ya, kita tidak bisa mengontrol virus ini untuk segera berhenti atau angkat kaki dari dunia. Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana menanggapinya secara positif, salah satunya berhenti mengeluh. Bukan hanya dengan pandemi, namun segala hal yang terjadi dalam hidup.

Tidak ada hal baik dalam mengeluh. Ia hanya akan mematikan kreatifias dan cara pandang kita. Hal terpenting untuk dilakukan adalah tetap bekerja keras dan cerdas meski banyak menghadapi tantangan kehidupan. Dengan tantangan, kualitas diri justru lebih terasah.

Kiat terpenting untuk tetap tangguh dalam menghadapi tentunya harus tetap sehat. Pandemi bukan halangan untuk melakukan hal biasa sehari-hari. Namun tetap dibarengi menjaga diri agar tetap sehat dengan olahraga, makan makanan bergizi, istirahat teratur, dan berpegang teguh pada protokol kesehatan.

Di masa menantang ini, sehat raga saja tidak cukup. Jiwa pun harus tetap sehat serta waras. Dengan raga serta jiwa sehat, kita akan tetap tangguh dalam menghadapi dan melewatinya. Salah satu yang dapat dihindari adalah menghindari berita bohong tentang virus COVID-19.

Ketika termakan berita bohong dengan isi berlebihan, kita merasa risau bahkan takut. Dari hal tersebut, imunitas akan berkurang dimana dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit baik berasal dari virus maupun bakteri.

Harus menghentikan beberapa aktifitas rutin luar dan berdiam di rumah saja, membuat kita bisa belajar banyak hal baru. Salah satu yang sedang marak dilakukan oleh banyak orang adalah bercocok tanam dan keahlian lain yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

Hobi lama yang sempat terhenti dapat dilakukan kembali. Belajar bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga belajar untuk memberi manfaat kepada orang lain.

Kesehatan diri sendiri memang penting untuk diperhatikan. Namun di saat seperti ini, belajarlah untuk peduli pada orang lain. Dengan situasi serba sulit, kita harus saling bahu-membahu agar tetap bertahan dan melaluinya dengan sukses bersama-sama.

Selain bertahan dengan situasi pandemi, hal wajib yang dapat dipersiapkan adalah apa yang akan dilakukan setelah pandemi berakhir. Mengalami guncangan hebat dan jatuh ke dasar, segala lini kehidupan pastinya membutuhkan waktu untuk sembuh dan berjalan normal kembali meski dengan banyak perubahan.

Untuk menghadapi kehidupan setelah pandemi, setidaknya kita membutuhkan jangka waktu 6-12 bulan untuk kembali normal seperti sebelumnya. Maka dari itu, selain strategi bertahan, kita juga harus mempunyai agenda serta langkah yang akan dilakukan setelah pandemi usai. Dengan rencana dan kegiatan terstruktur, kita pun akan cepat bangkit.

Itu dia beberapa kita tangguh dalam menghadapi pandemi alaIgnasius Jonan, dalam sesi bincang Indonesia Writers Festival 2020. Tidak perlu risau namun tetap waspada, pandemi COVID-19 pasti berakhir, kok!