Orang baik ada banyak ukurannya. Kadang, kamu sudah merasa baik, orang lain dapat melihatnya berbeda. Sebaliknya ketika kamu merasa gagal menjadi orang baik, belum tentu demikianlah adanya.
Boleh jadi kamu hanya terlalu mengecilkan usahamu untuk menjadi orang baik. Bisa pula kamu menghukum diri terlalu keras atas hal-hal yang sejatinya bukan kesalahanmu. Wajib diketahui bahwa seharusnya kamu tidak usah merasa bersalah oleh enam hal di bawah ini.
Terkadang, kamu tak cuma membutuhkan niat yang kuat untuk bisa membantu orang lain. Dalam kondisi-kondisi khusus, kamu juga harus menguasai suatu keahlian atau skill tertentu.
Apabila kemampuan tersebut tidak kamu miliki, bisa-bisa niatmu membantu justru berujung masalah bagi orang lain. Kehadiran dan upaya bantuanmu memperburuk kondisinya. Jadi, sudah tepat apabila kamu menyerahkan urusan tersebut pada ahlinya.
Janji memang harus ditepati. Oleh karena itu, janji disebut juga sebagai utang yang wajib dibayar. Namun, biasanya kamu berjanji ketika kehidupanmu terasa lapang.
Sekejap kemudian, tanpa diduga kehidupanmu berubah drastis sehingga kamu kesulitan buat memenuhi janji. Dalam situasi seperti ini, bila dirimu khawatir tidak akan pernah mampu menepatinya, cobalah bicarakan dengan orang yang pernah kamu janjikan sesuatu.
Katakan saja bahwa kamu meminta maaf sebab tak kunjung mampu mewujudkan janjimu padanya. Kamu akan tetap mencoba memenuhinya suatu saat nanti, tetapi minta pula maaf serta keikhlasannya kalau-kalau kamu benar-benar gak bisa.
Perubahan diri memang tidak semudah yang kerap dinasihatkan. Meski di awal tekadmu sudah kuat, di tengah perjalanan akan ada banyak godaan dan ujian yang mampu membuatmu goyah.
Hal begini bukan cuma kamu yang mengalaminya, kok. Orang lain pun memerlukan proses dalam perubahan diri ke arah yang lebih positif. Satu yang pasti, kamu punya kesadaran untuk berubah saja sudah baik.
Begitu pula menyadari usahamu belum berhasil. Namun, kamu tidak perlu sampai merasa gagal menjadi orang baik. Kamu tidak gagal, hanya masih terus berproses.
Seseorang serta lingkungan pergaulan yang toksik atau menghambat kemajuan diri, misalnya. Sebab kamu telah cukup lama dekat bahkan berada di tengah-tengah mereka, keputusanmu buat pergi dapat terasa sangat egois.
Kamu merasa tidak setia kawan dan khawatir suatu saat dirimu bakal menyesali keputusan tersebut. Percayalah, bahwa keputusanmu sudah tepat. Bagaimanapun, tak pantas bagimu mempertaruhkan keselamatan diri dan hidup dengan berada dalam lingkaran orang yang berbahaya atau berpengaruh negatif untuk kamu.
Namun, kamu telah memaafkannya, kan? Tugasmu cukup sampai di situ. Jangan mendendam pada siapa pun. Berikanlah maaf seperti halnya kamu juga ingin dimaafkan oleh orang lain ketika bersalah.
Perihal melupakan, tentu saja kamu atau siapa pun tidak bisa sesuka hati menghapus ingatan. Makin serius kesalahannya padamu, makin lumrah jika kamu terus mengingatnya. Ingatan ini malah penting buat kamu bersikap lebih waspada di kemudian hari.
Dengan siapa pun kamu berinteraksi, ketegasan memang diperlukan. Apalagi ketika sikapmu yang terlalu lunak berpotensi mendorong orang lain untuk berbuat keterlaluan. Hanya ketegasanmu yang akan mampu menghentikannya.
Bahkan pada orang terdekat sekalipun, jangan ragu buat bersikap tegas apabila dibutuhkan. Jangan samakan sikap tegas ini dengan keras apalagi kasar. Ketegasanmu tak melukai siapa pun. Kamu cuma membangun batasan dan meminta orang lain tidak sesuka hati menerobosnya.
Kalau enam hal di atas bikin kamu merasa gagal menjadi orang baik, dirimu dikhawatirkan justru kehilangan motivasi untuk terus menjadi orang baik. Baik atau tidaknya kamu dinilai dari apa yang dikatakan hatimu dan tak diketahui orang-orang.
Saat kata hati coba diwujudkan dalam perbuatan, inilah yang kadang tidak mudah. Kerap terjadi ketidaksesuaian antara apa yang sebenarnya kamu inginkan dengan perbuatanmu yang belum sepenuhnya tertuju ke sana. Walau demikian, tetap hargai apa-apa yang sudah kamu niatkan, ya.