ilustrasi merasa tertinggal (pexels.com/mikoto.raw Photographer)
Perasaan tertinggal tidak selalu muncul ketika hidup sedang berantakan. Justru sering datang saat hidup terasa stabil dan berjalan biasa. Tidak ada masalah besar, tetapi juga tidak ada lonjakan yang mencolok. Dari situ muncul pertanyaan apakah hidup yang dijalani sudah cukup atau belum.
Fase hidup yang tenang sering disalahartikan sebagai tanda ketinggalan. Padahal, hidup yang baik-baik saja tidak selalu harus penuh pencapaian. Merasa tertinggal dalam fase ini bisa jadi bukan tanda kegagalan, melainkan momen untuk berhenti membandingkan dan mulai menilai hidup sendiri dengan lebih jujur.
Merasa tertinggal tidak selalu berarti hidup berjalan terlalu lambat. Terkadang, perasaan itu muncul karena terlalu sering melihat ke luar tanpa sempat melihat ke dalam. Saat perbandingan mulai dikurangi dan hidup dinilai berdasarkan proses yang benar-benar dijalani, rasa tertinggal biasanya kehilangan banyak maknanya. Bukan karena hidup tiba-tiba berubah, tetapi karena cara memandangnya menjadi lebih adil pada diri sendiri.