ilustrasi sejarah perayaan Cap Go Meh (pexels.com/Min An)
Cap Go Meh memiliki akar sejarah yang kuat dalam budaya Tionghoa dan telah dirayakan selama berabad-abad. Menurut catatan, perayaan ini bermula pada masa Dinasti Han sekitar abad ke-17, sebagai ritual sakral untuk menghormati Dewa Thai Yi. Awalnya, Cap Go Meh dirayakan secara tertutup di lingkungan istana dan kalangan raja-raja saja.
Namun, setelah masa Dinasti Han berakhir, tradisi ini mulai dikenal lebih luas oleh masyarakat umum. Perayaan Cap Go Meh pun berkembang menjadi momen yang dirayakan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, Cap Go Meh mengalami akulturasi budaya, dipengaruhi oleh interaksi antara masyarakat Tionghoa dan budaya lokal. Hal ini terlihat dalam berbagai tradisi yang unik, seperti festival lampion warna-warni, atraksi barongsai, serta kuliner khas hasil perpaduan budaya.
Hidangan populer yang disajikan saat Cap Go Meh di Indonesia adalah mie panjang umur yang melambangkan harapan akan umur panjang. Ada pula lontong Cap Go Meh. Lontong ini merupakan adaptasi dari yuan xiao, hidangan berbahan dasar tepung beras yang diubah jadi sajian khas Indonesia dengan lontong, opor ayam, sambal, dan telur rebus.
Cap Go Meh bukan hanya menjadi tradisi, tetapi juga simbol akulturasi budaya yang memperkaya warisan kuliner dan seni di Indonesia.