Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan bersembunyi (pexels.com/Adrienn)

Berbohong adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk menutupi kebenaran. Secara umum, berbohong dinilai sebagai perbuatan negatif, sebab berpotensi merugikan orang lain dan cenderung merusak hubungan atau menghilangkan rasa percaya orang lain terhadap pelaku.

Namun ternyata, tak semua kebohongan berujung buruk, lho. Beberapa kebohongan yang dilakukan dalam situasi yang tepat bahkan bisa membawa banyak dampak positif atau disebut juga prosocial lies.

Jenis kebohongan tersebut sering dilakukan hingga melekat dalam diri manusia. Penasaran, apa saja yang termasuk dalam prosocial lies? Simak ulasannya sampai akhir, yuk!

1.Berbohong untuk kepentingan sebagai makhluk sosial

ilustrasi menjalin hubungan baik (pexels.com/fauxels)

Sebagai makhluk sosial, kita tentu perlu menjalin hubungan baik dengan sesama. Sekacau apa pun perasaan dan isi kepala, tidak seharusnya itu dilampiaskan pada orang lain yang gak ada hubungannya dengan hal tersebut.

Oleh karenanya, kita pun berbohong mengenai hal ini. Dalam artian, sekalipun sedang marah atau merasa kesal, kita tetap perlu tersenyum dan tidak terang-terangan mengungkapkan perasaan itu pada rekan atau teman. Dengan begitu, emosi kita tidak merusak pekerjaan atau kepentingan bersama.

2.Berbohong untuk menenangkan perasaan orang lain

ilustrasi menelepon orangtua (unsplash.com/Magnet.me)

Hal ini berkorelasi dengan poin sebelumnya. Berpura-pura baik-baik saja saat sedang merasakan emosi negatif juga bisa dilakukan untuk menenangkan perasaan orang lain.

Misalnya, ada seorang anak rantau yang dihubungi oleh orangtuanya. Meskipun sedang memikul banyak beban, ia mengaku tidak punya masalah apa pun. Hal tersebut ia lakukan semata-mata agar orangtuanya tidak bersedih.

Contoh lainnya adalah saat kita mencoba menenangkan perasaan seorang teman yang baru saja melakukan presentasi atau berpidato di depan banyak orang. Karena itu adalah hal yang jarang dilakukannya, ia pun terlihat grogi dan kurang maksimal. Namun, kita bisa mengatakan bahwa penampilannya bagus sehingga ia tetap percaya diri untuk ke depannya.

3.Berbohong saat memberi masukan

ilustrasi memberi masukan (unsplash.com/Amy Hirschi)

Saat diminta memberi feedback berupa kritik dan saran terhadap karya seseorang, kita kadang tidak bisa terlalu jujur. Sebaliknya, kita menggunakan pilihan kata yang lebih halus supaya lebih nyaman didengar.

Alih-alih berkata “sangat buruk”, akan lebih baik jika diganti menjadi “kurang bagus”. Dengan begitu, pihak yang dikritik tidak merasa begitu terpuruk atau patah semangat.

4.Berbohong pada orang yang bukan teman akrab

ilustrasi teman biasa (pexel.com/Andrea Piacquadio)

Berbicara blak-blakan pada sahabat mungkin menjadi hal lumrah. Namun, lain cerita jika itu dilakukan pada teman biasa. Bisa-bisa, terjadi kesalahpahaman yang berujung pada keretakan hubungan.

Kita cenderung mengucapkan perkataan yang bagus-bagus saja, sekalipun ada suatu hal mengganggu yang ingin dikomentari. Bukan munafik, tapi ini penting demi menghindari konflik yang tidak diinginkan.

5.Berbohong pada orang asing

ilustrasi mengobrol dengan orang asing (pexels.com/Niño Piamonte)

Saat sedang menggunakan kendaraan atau fasilitas umum, tak jarang kita diajak ngobrol oleh orang asing. Obrolan tersebut pun lama-kelamaan ada yang mengarah ke ranah pribadi.

Karena merasa tak nyaman, kita pun memasukkan sedikit kebohongan pada jawaban tersebut. Hal ini juga sebagai bentuk proteksi diri agar informasi pribadi tersebut tidak disalahgunakan.

Segala sesuatu memiliki sisi negatif dan positif, sama halnya dengan berbohong. Meskipun terkesan negatif, ia juga bisa mendatangkan kebaikan, jika dilakukan dalam konteks yang tepat. Asalkan, kebohongan itu tidak membawa dampak yang signifikan baik dalam jangka panjang maupun pendek. Bagaimana menurutmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team