ilustrasi memulai karir (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Tren penggunaan media sosial di kalangan muda tampaknya tengah mengalami pergesaran. Instagram dianggap terlalu fokus pada estetika dan konten visual yang mengutamakan kesempurnaan.
Kehadiran fitur yang sedemikian rupa di Instagram, seperti filter, highlights, dan lain-lain, semakin menguatkan pengguna untuk mengunggah konten yang dianggap 'sempurna'. Belum lagi kolom komentar yang memungkinkan seseorang untuk langsung mendapatkan respons terhadap unggahannya.
Berdasar ulasan Indonesia Gen Z Report 2024 by IDN Research Institute, fenomena ini menjadi reaksi atas tekanan untuk selalu menampilkan konten yang tampak sempurna di feed Instagram. Akibatnya, muncul istilah finsta atau "fake instagram", yakni akun Instagram kedua (berbeda dari akun Instagram utama) yang digunakan bagi generasi Z mengunggah konten yang tidak estetik dan lebih fokus membagikan konten yang dia inginkan.
Finsta dianggap menjadi ruang aman untuk berbagi dengan teman yang telah dikurasi. Mengabaikan konten yang dituntut untuk selalu tampak bagus dan melepaskan tekanan dari akun utama di Instagram.
Masih dari sumber serupa, keterikatan gen Z terhadap estetika menjadi ciri khas dalam pembentukan citra dan identitas. Oleh karenanya, kelompok muda ini melakukan kurasi terhadap profil media sosial, merancang minat, gaya, selera dan kepribadian mereka di dunia digital hingga menciptakan 'profil yang ideal'.