ilustrasi belanja daring (Pexels/Kaboompics.com)
Di tengah ekonomi lesu dan masa depan yang tak pasti, tak sedikit anak muda, terutama Gen Z yang memilih bersikap YOLO (you only live once, diartikan: hidup hanya sekali). Ini mendorong seseorang untuk masa bodoh dengan jumlah uang di rekening. Alasannya tak jauh-jauh dari keterbatasan lapangan kerja, kelangkaan sumber daya, inflasi harga kebutuhan primer seperti rumah yang gila-gilaan, dan kenaikan gaji yang tak seberapa.
Namun, mentalitas ini cukup berisiko, terutama untuk penduduk negara berkembang yang minim jaminan sosial dari pemerintah. Bayangkan bila kita jatuh sakit atau kehilangan pekerjaan mendadak tanpa dana darurat dan asuransi. Penduduk negara maju mungkin bisa mengandalkan bantuan pemerintah, tetapi jangan harap kamu yang tinggal di negara seperti Indonesia bisa mendapatkannya dengan mudah.
Keputusan-keputusan finansial adalah sesuatu yang personal dan beragam bentuknya untuk setiap orang. Namun, bisa dibilang pembelian impulsif di tengah krisis adalah masalah umum semua orang. Sifat naluriah manusia yang ingin kabur atau menyelamatkan diri dari masalah dengan cara tercepat memang sulit untuk dilawan. Namun, kebiasaan yang terbentuk sejak kecil sampai literasi finansial yang kamu pelajari seiring bertambahnya usia bisa jadi kuncinya. Bisakah kamu melawan impuls untuk dapat gratifikasi instan dari belanja atau tidak?