ilustrasi sedang menulis (pexels.com/George Milton)
The fresh start effect melahirkan tradisi resolusi tahun baru di tengah masyarakat. Setiap menjelang pergantian tahun, orang-orang berlomba membuat resolusi dengan harapan bisa menjadi lebih baik di tahun depan. Tujuannya bisa apa saja, seperti ingin lebih sehat, lebih produktif, atau mengejar target finansial.
Tradisi membuat resolusi tahun baru bermula dari bangsa Babilonia kuno. Seperti dilansir Britannica, kebiasaan ini telah ada sejak 4.000 tahun lalu. Sejak dahulu, perayaan besar-besaran pun telah dilakukan, tetapi lebih kepada perayaan keagamaan. Laman History sendiri memaparkan bahwa perayaan tahun baru di Babilonia digelar selama 12 hari yang disebut dengan pestival Akitu.
Pada tahun 46 SM, bangsa Romawi Kuno mulai ikut mengadopsi tradisi ini. Mereka menetapkan 1 Januari sebagai tahun baru yang digunakan hingga sekarang. Nama Januari diambil dari dewa Janus yang memiliki dua wajah, yang mana secara simbolis melihat ke masa lalu dan masa depan. Kini, tahun baru tidak lagi dipresentasikan sebagai perayaan agama, karena hampir semua orang ikut merayakannya.
Meskipun menurut para peneliti hanya sebagian kecil orang yang berhasil mewujudkan resolusinya, euforia ini tetap menguatkan harapan setiap tahunnya. Awal tahun selalu dipenuhi dengan semangat dan ambisi. Harapan-harapan kecil maupun besar menjadi bahan bakar optimisme walau jarang bertahan lama.