6 Kenyataan yang Sering Sulit Diterima, Terlalu Jauh dari Bayangan

Tidak semua kenyataan mudah diterima. Realitas yang menyesakkan dan jauh dari harapan paling sulit diterima dengan lapang dada. Meski menerimanya adalah langkah terbijak dan penolakan tak mengubah keadaan, prosesnya gak gampang.
Sering kali kenyataan yang buruk serta menyakitkan hati juga bikin kamu terlalu gengsi buat mengakuinya. Orang lain berusaha menasihati demi kebaikanmu pun tetap sulit untukmu mempraktikkannya. Tidak jarang masukan orang cuma menambah keras penyangkalanmu.
Kamu mungkin perlu waktu untuk mencerna semua yang sudah terjadi. Pergolakan batin lumrah terjadi saat dirimu mengalami enam hal berikut. Beri waktu buat diri sendiri lebih tenang, tapi jangan lari terus dari kenyataan.
1. Meninggalnya orang tersayang secara mendadak

Semua berita kematian membawa kesedihan. Akan tetapi, berpulangnya orang terdekat secara mendadak lebih terasa sebagai pukulan keras. Pasti ada rasa tidak percaya yang begitu kuat. Bahkan hingga jenazah tiba di rumah lalu dimakamkan, seluruhnya terasa seperti mimpi.
Sulitnya menerima kenyataan tidak hanya bertahan beberapa hari atau minggu. Banyak orang melalui masa duka yang panjang. Seperti hingga beberapa tahun. Makin dekat dan baik hubungannya, makin berliku perjuangan seseorang untuk menerima serta mengikhlaskan kepergiannya.
Kalau kamu juga mengalami hal ini, dekatkan diri pada Tuhan agar lebih tenang. Hindari mengunci diri terlalu lama. Bicarakan rasa gak percayamu dengan orang-orang di sekitar agar perasaan lebih lega. Kalau seiring waktu kebenaran itu tetap terlalu sulit diterima, temui psikolog.
2. Kamu tak sehebat bayanganmu

Suka membayangkan dirimu sebagai sosok yang hebat bukan tidak boleh. Perasaan itu bisa muncul karena ada beberapa hal yang menurutmu dapat menjadi buktinya. Seperti kemampuanmu menghadapi berbagai persoalan.
Dirimu tangguh, tidak suka mengeluh, dan dalam banyak hal berhasil melakukannya dengan baik. Bisa juga bukti nyatanya hampir gak ada. Akan tetapi, menganggap diri sendiri hebat sengaja dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Apa pun latar belakang dari konsep dirimu, kamu dapat terguncang ketika menyadari fakta yang berkebalikan. Misalnya, ketika dirimu dihadapkan pada persoalan yang sulit. Ternyata kamu gak bisa berbuat apa-apa. Perasaan kompeten langsung berubah menjadi insecure. Kelemahan-kelemahanmu terkuak dengan sendirinya tanpa dapat dicegah.
3. Orang yang dicintai sepenuh hati gak pernah mencintaimu

Seandainya cintamu cuma setengah-setengah, mungkin kamu juga sadar akan konsekuensinya. Seperti seseorang gak percaya terhadap perasaanmu. Ia pun memilih untuk mengabaikanmu. Namun, bagaimana bila kamu sudah mencurahkan seluruh perhatianmu untuknya?
Itu dilakukan bukan hanya baru-baru ini, melainkan sudah sejak lama. Tentu ada harapan kuat dia bakal jatuh hati juga padamu. Bahkan rasanya mustahil kalau ia sampai cuek saja. Seperti perumpamaan batu pun bisa lapuk oleh air, apalagi hati manusia.
Malangnya, perumpamaan batu di atas gak berlaku dalam situasimu. Seseorang tetap tak punya perasaan apa-apa padamu. Kamu yang berjuang setengah mati, tapi orang lain yang lebih mudah memperoleh cintanya. Dirimu benci buat menerima kenyataan yang tidak berpihak padamu.
4. Gagal di hal-hal yang seharusnya mudah bagimu

Gagal tidak selalu karena tantangan lebih besar daripada kemampuan. Kadang-kadang kemampuannya ada, tetapi terjadi kesalahan yang tak terduga. Sedikit kesalahan itu bisa seakan-akan meniadakan seluruh kemampuanmu yang sesungguhnya.
Human error tidak senantiasa sempat dicegah. Contou simpel, ketika kamu mengisi lembar jawaban ujian pilihan ganda. Seharusnya, dirimu mengisinya menurun 5 nomor, kemudian baru pindah ke kolom nomor 6 sampai 10 di sebelahnya dan seterusnya.
Soalnya juga gak ada yang terlalu sulit. Dirimu optimis bisa menjawabnya dengan benar. Namun, kurangnya konsentrasi bikin kamu keliru mengisi di lembar jawaban 5 nomor mendatar, lalu pindah ke bawahnya dan mendatar lagi dari 6 sampai 10.
Kamu tidak memperhatikan susunan nomor urut jawaban. Itu membuat banyak sekali jawabanmu salah. Ketika ini terjadi, rasanya sangat menyakitkan untukmu. Jauh lebih memalukan daripada dirimu gagal lantaran memang tak bisa mengerjakan soal.
5. Kalah dari orang yang hendak dikalahkan olehmu

Kamu bertekad buat mengalahkan seseorang dalam hal apa pun. Dirimu sudah berusaha mengukur kemampuannya dalam melawanmu. Kamu juga meningkatkan kemampuan diri agar bisa mengalahkannya dengan mudah.
Namun, hasil akhirnya malah mengejutkanmu. Bukan dia yang kalah olehmu, justru dirimu. Seandainya kamu tidak ada rencana untuk mengunggulinya, kekalahanmu terasa biasa-biasa saja.
Akan tetapi, kuatnya rasa persaingan dalam diri membuatmu sukar menerima kemenangannya. Jika rasa sakit hati akibat kegagalan tidak segera diobati, kamu bakal dengki padanya. Seolah-olah dia gak pantas menang dan harus dirimu yang lebih unggul.
6. Keterpurukan finansial

Rasanya kemarin masih mudah untukmu jalan-jalan dan belanja nyaris setiap hari. Barang-barang yang dibeli juga tak murahan. Malah semuanya bermerek ternama.
Makanan pun selalu yang harganya di atas rata-rata dan tempatnya mesti fancy. Akan tetapi, sekarang kehidupanmu berubah drastis. Boleh jadi sikap tidak bijaksana selama kamu memegang banyak uang yang menjadi penyebabnya.
Kini boro-boro dirimu jalan-jalan dan makan makanan mewah. Sekadar untukmu bertahan hidup pun rasanya sudah pusing. Seluruh kenikmatan hidup yang lalu masih terekam jelas dalam ingatan.
Hanya saja tidak sedikit pun jejak nyatanya masih tersisa. Barang-barang mahal yang dulu dibeli dan dibanggakan telah ludes dijual buat menyambung hidup. Kamu seperti bermimpi indah kemudian terjaga di dunia yang begitu keras.
Meski tidak mudah, dirimu mesti tetap berusaha untuk menerima kenyataan terpahit sekalipun. Tak perlu tergesa-gesa. Akan tetapi, jangan pula terus menyangkalnya. Itu dapat membuatmu makin terlepas dari realitas serta hidup dalam angan-angan kosong.