Objektifikasi seksual bukan sekadar isu etika, tapi juga bagian dari persoalan sosial yang lebih luas. Ketika tubuh seseorang terus-menerus dipandang sebagai komoditas atau alat hiburan semata, batas antara rasa hormat dan eksploitasi perlahan-lahan mengabur. Di ruang digital maupun ruang publik, fenomena ini semakin sering terjadi, tapi justru dianggap biasa, seolah wajar karena sudah jadi bagian dari budaya populer.
Ironisnya, banyak perilaku yang tanpa sadar mendukung normalisasi objektifikasi seksual. Sikap-sikap yang terlihat sepele, komentar ringan, hingga pengaruh media massa sering kali ikut memperkuat persepsi keliru ini. Padahal, efeknya tidak bisa diremehkan, mulai dari gangguan kesehatan mental, krisis kepercayaan diri, sampai penurunan rasa aman. Berikut lima kesalahan yang bikin objektifikasi seksual dianggap wajar dalam kehidupan sehari-hari.