Ilustrasi khutbah Jumat. (Pexels.com/Alena Darmel)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan semesta alam, yang telah memberi kita nikmat iman, Islam, dan kesempatan untuk berkumpul di rumah-Nya pada hari yang penuh berkah ini. Selawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Salah satu amanah terbesar yang Allah titipkan kepada manusia adalah lisan. Dari lisanlah bisa lahir kebaikan besar, namun dari lisan pula dapat muncul keburukan yang menghancurkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap ucapan memiliki konsekuensi. Satu kata bisa menjadi sebab datangnya rahmat, tapi satu kata juga bisa menjerumuskan seseorang ke dalam murka Allah. Maka, menjaga lisan bukan hanya tentang sopan santun, tapi juga tentang tanggung jawab spiritual seorang muslim.
Jamaah rahimakumullah,
Di zaman yang serba cepat dan terbuka ini, lisan tidak hanya berbentuk kata yang diucapkan, tetapi juga tulisan yang kita sebarkan melalui media sosial. Saat jari-jari kita mengetik, pada hakikatnya itu juga bagian dari lisan kita. Karena itu, berhati-hatilah dalam menulis komentar, menyebarkan berita, atau menilai seseorang tanpa dasar yang jelas.
Allah berfirman dalam Surah Qaf ayat 18:
"Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)."
Ayat ini menegaskan bahwa setiap ucapan akan dicatat dan dipertanggungjawabkan. Maka, mari kita biasakan untuk berkata baik, menyebarkan kebaikan, dan menahan diri dari ucapan yang bisa menyakiti hati orang lain.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Menjaga lisan adalah cermin dari kehormatan diri dan kedewasaan iman. Orang yang mampu menahan lidahnya dari ghibah, fitnah, dan kata-kata kasar adalah orang yang memahami betul makna sabar dan kasih sayang. Maka, mari kita jadikan khotbah ini sebagai pengingat untuk terus memperbaiki diri. Biasakan berkata dengan lembut, jujur, dan bermanfaat. Bila tidak ada kebaikan dalam ucapan kita, diam lebih mulia di sisi Allah.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang pandai menjaga lisan, memperbanyak zikir daripada gosip, dan menebar kedamaian lewat kata-kata yang baik.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.