Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Inspirasi khutbah (freepik.com/freepik)
Inspirasi khutbah (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Khotbah Jumat 24 Oktober 2025, Penuh Makna dan Pesan Baik!

    • Judul: Menjaga Lisan, Menjaga Kehormatan Diri

  • Menjaga lisan sebagai cermin dari kehormatan diri dan kedewasaan iman.

  • Keikhlasan dalam Setiap Amal

  • Ikhlas adalah ruh dari setiap perbuatan baik yang kita lakukan.

  • Bersyukur di Tengah Ujian

  • Bersyukur di tengah ujian bukan berarti menolak rasa sedih, tapi menyadari bahwa Allah masih memberi kita kesempatan untuk belajar.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Khotbah Jumat selalu menjadi momen refleksi bagi umat Muslim untuk menata kembali hati, niat, dan langkah dalam menjalani kehidupan. Setiap pekan, khotbah tidak hanya berisi nasihat spiritual, tetapi juga menjadi pengingat tentang nilai-nilai kebaikan yang sering terlupakan di tengah kesibukan dunia. Melalui pesan yang disampaikan khatib, umat diajak untuk merenungi makna ibadah, memperbaiki akhlak, serta memperkuat hubungan dengan Allah dan sesama manusia.

Khotbah Jumat, 24 Oktober 2025 kali ini pun hadir dengan tema yang sarat makna dan pesan moral yang relevan dengan kehidupan masa kini. Mari simak rangkuman khotbah kali ini yang penuh hikmah dan inspirasi.

1. Menjaga Lisan, Menjaga Kehormatan Diri

Ilustrasi khutbah Jumat. (Pexels.com/Alena Darmel)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan semesta alam, yang telah memberi kita nikmat iman, Islam, dan kesempatan untuk berkumpul di rumah-Nya pada hari yang penuh berkah ini. Selawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Salah satu amanah terbesar yang Allah titipkan kepada manusia adalah lisan. Dari lisanlah bisa lahir kebaikan besar, namun dari lisan pula dapat muncul keburukan yang menghancurkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap ucapan memiliki konsekuensi. Satu kata bisa menjadi sebab datangnya rahmat, tapi satu kata juga bisa menjerumuskan seseorang ke dalam murka Allah. Maka, menjaga lisan bukan hanya tentang sopan santun, tapi juga tentang tanggung jawab spiritual seorang muslim.

Jamaah rahimakumullah,
Di zaman yang serba cepat dan terbuka ini, lisan tidak hanya berbentuk kata yang diucapkan, tetapi juga tulisan yang kita sebarkan melalui media sosial. Saat jari-jari kita mengetik, pada hakikatnya itu juga bagian dari lisan kita. Karena itu, berhati-hatilah dalam menulis komentar, menyebarkan berita, atau menilai seseorang tanpa dasar yang jelas.

Allah berfirman dalam Surah Qaf ayat 18:

"Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)."

Ayat ini menegaskan bahwa setiap ucapan akan dicatat dan dipertanggungjawabkan. Maka, mari kita biasakan untuk berkata baik, menyebarkan kebaikan, dan menahan diri dari ucapan yang bisa menyakiti hati orang lain.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Menjaga lisan adalah cermin dari kehormatan diri dan kedewasaan iman. Orang yang mampu menahan lidahnya dari ghibah, fitnah, dan kata-kata kasar adalah orang yang memahami betul makna sabar dan kasih sayang. Maka, mari kita jadikan khotbah ini sebagai pengingat untuk terus memperbaiki diri. Biasakan berkata dengan lembut, jujur, dan bermanfaat. Bila tidak ada kebaikan dalam ucapan kita, diam lebih mulia di sisi Allah.

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang pandai menjaga lisan, memperbanyak zikir daripada gosip, dan menebar kedamaian lewat kata-kata yang baik.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2. Keikhlasan dalam Setiap Amal

Illustrasi orang sedang khutbah di mimbar masjid (pexels.com/Alena Darmel)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, suri teladan terbaik bagi umat manusia, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Tema khotbah kita hari ini adalah "Keikhlasan dalam Setiap Amal."
Ikhlas adalah ruh dari setiap perbuatan baik yang kita lakukan. Tanpa keikhlasan, amal sebesar apa pun tidak akan memiliki nilai di sisi Allah. Ikhlas berarti melakukan sesuatu semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji, dihargai, atau dilihat orang lain.

Jamaah rahimakumullah,
Ikhlas bukan berarti kita tidak boleh mendapatkan manfaat dari amal yang kita lakukan, tapi hati kita harus tetap tertambat kepada ridha Allah semata. Keikhlasan adalah ujian yang halus, tak terlihat oleh mata, tapi sangat menentukan nilai amal di hadapan Allah. Maka, biasakanlah diri untuk selalu bertanya sebelum berbuat: “Untuk siapa aku melakukan ini?”

Ikhlas adalah kunci diterimanya amal. Seseorang yang ikhlas tidak akan mudah kecewa meski usahanya tidak dilihat manusia. Ia tahu, cukup Allah yang Maha Mengetahui setiap tetes keringat dan setiap doa yang tak bersuara.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5:

“Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).”

Mari kita jadikan ayat ini sebagai pengingat agar setiap amal, sekecil apa pun, dilandasi dengan keikhlasan. Baik saat kita membantu sesama, bekerja mencari nafkah, maupun beribadah, lakukanlah karena Allah. Karena hanya amal yang ikhlaslah yang akan bertahan hingga akhirat.

Semoga Allah menanamkan keikhlasan dalam hati kita, menjauhkan dari sifat riya, dan menjadikan setiap amal kita sebagai jalan menuju ridha dan rahmat-Nya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3. Bersyukur di Tengah Ujian

ilustrasi khutbah (freepik.com/Wirestock)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya kepada-Nya kita berserah diri, dan hanya kepada-Nya pula kita memohon pertolongan. Selawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah mengajarkan makna sabar dan syukur dalam setiap keadaan.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Setiap manusia pasti diuji. Ada yang diuji dengan kesulitan, ada pula yang diuji dengan kelapangan. Namun, sejatinya ujian bukanlah hukuman, melainkan sarana agar kita lebih dekat kepada Allah. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 155, Allah berfirman:

"Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar."

Ayat ini mengajarkan bahwa setiap ujian selalu membawa peluang untuk memperoleh pahala dan kedekatan dengan Allah. Maka, janganlah kita mengeluh berlebihan ketika ditimpa musibah, karena di balik kesulitan, pasti ada kebaikan yang Allah sembunyikan.

Jamaah rahimakumullah,
Bersyukur di tengah ujian bukan berarti menolak rasa sedih, tapi menyadari bahwa Allah masih memberi kita kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan memperbaiki diri. Syukur bukan hanya ketika kita diberi nikmat, tapi juga saat kita diuji, karena ujian adalah tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang ingin ditinggikan derajatnya.

Jamaah Jumat yang berbahagia,

Mari kita biasakan bersyukur meski dalam keadaan sulit. Ucapkan Alhamdulillah bukan hanya saat bahagia, tapi juga ketika hati diuji. Karena dari rasa syukur, lahir ketenangan. Dan dari ketenangan, tumbuh kekuatan untuk terus melangkah.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Itu dia beberapa khotbah Jumat 24 Oktober 2025. Semoga bisa menjadi referensi kamu, ya!

Editorial Team