5 Kiat Atasi Overthinking ala Henry Manampiring dan Adjie Santoso

Rasa overthinking atau sedih biasanya dikategorikan sebagai perasaan negatif. Ketika perasaan negatif itu datang, gak jarang biasanya kita menghindari atau bahkan mengusir perasaan itu. Namun, ternyata ini bukanlah langkah yang tepat. Karena sebenarnya perasaan-perasaan semacam itu perlu kita temui dan temani.

"Kalau ada perasaan seperti itu sebaiknya ditemani. Bicara soal perasaan, ada pleasant dan unpleasant, perasaan positif dan negatif. Ambil contoh perasaan negatif, yaitu sedih, ketika muncul rasa sedih, sebenarnya rasa sedihnya bukan masalah. Menjadi masalah kalau kita ingin menggusur rasa sedih itu, ketika kita mendorong dan melawan rasa sedih dengan penuh kebencian, kita juga judge bawa sedih itu hal yang negatif," jelas Adjie Santosoputro, seorang Mindfulness Practitioner.

Adjie menambahkan, dalam pendekatan mindfulness, ketika muncul rasa sedih itu kita harus berlatih menyadari perasaan tersebut. Kita perlu memaklumi perasaan itu muncul, tanpa harus mengklaimnya sebagai sesuatu yang negatif. Karena dengan kita mengategorikan sedih atau overthinking sebagai perasaan negatif, hal tersebut bisa menjadi awal mula masalah terjadi. 

Hal yang perlu kita lakukan adalah menyadari perasaan tersebut dan mengakui kehadirannya. Begitu juga dengan perasaan dan emosi positif. Ketika hadir, kita hanya perlu menyadarinya, jangan sampai menggenggam atau mempertahankannya. Karena penerimaan semua emosi pun sebenarnya harus ada kapasitas atau kadarnya.

Salah satu penyebab utama overthinking adalah ketika kita memikirkan sesuatu yang sudah jelas berada di luar kendali kita. Terkadang, kita merasa bahwa semua hal bisa kita kontrol. Padahal, ada beberapa hal yang memang ada di luar kendali dan sudah seharusnya dibiarkan begitu saja.

"Overthinking itu biasanya memikirkan sesuatu di luar kendali. Namanya juga di luar kendali, jadi meskipun dipikirkan mendalam, tetap gak akan mengubah apa pun. Masa lalu jelas ada di masa lalu, ketika dipikirkan pun gak akan mengubah apa-apa," kata Henry Manampiring, penulis buku Filosofi Teras.

Jadi, sebenarnya overthinking itu memang merupakan pemikiran-pemikiran yang ada di luar kendali. Ketika kita terlalu memikirkannya, sebenarnya gak bisa mengubah apa pun. Itulah kenapa, sebaiknya kita perlu mengurangi intensitas dalam memikirkan sesuatu yang di luar kendali secara berlebihan.

Ketika kita overthinking, biasanya kita juga cenderung membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Untuk mengatasi hal ini, sebenarnya kita hanya perlu berpikir rasional. Di zaman modern ini, biasanya kita membandingkan diri sendiri ketika melihat media sosial. Padahal, apa yang dilihat di media sosial sebenarnya bukan sebuah realita.

"Mari menyikapi sesuatu dengan lebih rasional. Media sosial itu bukan realita, kita sering lupa kalau media sosial itu kayak display toko, jadi yang dipajang ya yang bagusnya aja," ucap Henry.

Menurut Henry, kita juga perlu berpikir rasional ketika melihat pencapaian orang lain di media sosial. Henry memberikan satu statement, bahwa orang-orang yang kita pikir lebih hebat itu ada 'harga' yang harus 'dibayar'. Misalnya, ketika kita melihat ada orang yang kariernya lebih cemerlang.

Mungkin, di balik itu semua, mereka melewati proses dan perjuangan yang sangat panjang. Mungkin juga, ketika kita berusaha melewati proses itu, kita gak cukup mampu. Oleh sebab itu, apa yang kita lihat di media sosial itu gak perlu selalu dipikirkan terlalu mendalam. Semua orang memiliki proses dan hasilnya masing-masing, fokuslah pada proses dan hasil kita sendiri.

Tahap selanjutnya dari mengatasi overthinking adalah dengan belajar memaafkan dan jangan menyimpan dendam. Tentu saja, perkara memaafkan memang bukan suatu hal yang mudah. Terkadang, kita juga malah menyimpan dendam terhadap seseorang.

"Sebenarnya, memaafkan orang lain itu untuk diri sendiri, bukan orang lain. Karena saat menyimpan dendam, itu ibaratnya kita meminum racun, tetapi mengharapkan orang lain yang mati," pungkas Henry.

Proses memaafkan tentunya gak mudah. Ada banyak proses yang harus dijalankan dan rasa ikhlas yang harus ditanamkan. Menurut Adjie, cara memaafkan itu adalah mengendalikan perasaan dan emosi diri sendiri. Karena biasanya yang membuat kita sulit memaafkan adalah memori dan pikiran dalam diri.

"Kita harus memahami first arrow dan second arrow. First arrow itu misalnya ketika ada orang berbicara yang menyakiti diri kita. First arrow akan berhenti ketika dia juga berhenti berbicara. Namun, secara psikologis, prosesnya gak semudah itu. Kita juga akan melewati second arrow yang berupa memori atau ingatan. Kita akan terus membawa kenyataan itu sampai titik sekarang. Meskipun kejadian itu sudah berhenti, kita akan terus membawanya dalam bentuk memori," ujar Adjie.

Adjie menambahkan, second arrow adalah ingatan atau memori. Second arrow ini bentuknya kompleks dan semacam pergulatan batin. Jadi, persoalan memaafkan itu sebenarnya melibatkan kita dan diri kita sendiri. Untuk bisa memaafkan, kita harus berlatih menyikapi pemikiran dan ingatan tersebut.

Hal lainnya yang menyebabkan kita sering overthinking adalah terpenjara dalam kata 'harus'. Mungkin banyak orang yang selalu dituntut dengan kata harus. Misalnya, harus sukses, harus bahagia, harus berhasil, dan sebagainya.

"Manusia itu selalu punya 3 believe, harus sukses, orang lain harus memperlakukan dirinya dengan baik, dan hidup itu harus lancar. Banyak orang yang memegang teguh pada keharusan ini. Ketika kita melepaskan mindset itu, mungkin kita akan lebih damai dalam menjalankan hidup ini," tutup Henry.

Nah, itu dia beberapa kiat dan tips yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi overthinking. Intinya, kamu harus mulai bersikap rasional dan mengontrol perasaan dan emosi diri sendiri.