Ilustrasi tertembaknya Ade Irma Suryani di Museum AH Nasution (IDN Times/Febriyanti Revitasari)
AH Nasution jadi salah satu jenderal (dari 7 nama jenderal) yang masuk dalam daftar penculikan oleh pasukan Cakrabirawa. Para jenderal dianggap sebagai musuh Partai Komunis Indonesia (PKI) serta dicurigai akan melakukan kudeta Presiden Soekarno pada 5 Oktober 1965.
Pasukan Cakrabirawa melakukan operasi penculikan Jenderal AH Nasution pada 1 Oktober 1965. Pada hari itu, tepatnya dini hari, para penjaga rumah AH Nasution dibekuk oleh pasukan Cakrabirawa yang memaksa masuk ke area tempat tinggal AH Nasution.
Saat itu, Ade Irma tengah tertidur bersama ayah dan ibunya atau istri AH Nasution, Johanna Sunarti. Malam itu, Johanna yang tak bisa tidur, mendengar suara tembakan dan pendobrakan. Ia kemudian menyadari pasukan Cakrabirawa berhasil memaksa masuk rumahnya sambil menodongkan senjata.
AH Nasution dan Ade Irma ikut terbangun sebab mendengar kegaduhan di luar kamar. Tembakan mulai dilepaskan oleh pasukan Cakrabirawa yang dilengkapi senjata ke arah AH Nasution saat ia membuka pintu. Johanna fokus untuk melindungi sang suami.
Sementara adik AH Nasution, Mardiah, berinisiatif menyelamatkan Ade Irma dengan menggendongnya ke kamar. Naas, dalam aksi penyelamatan tersebut, Ade Irma justru tertembak oleh pasukan Cakrabirawa. Kopral pasukan tersebut membombardir Ade Irma dengan tembakan melalui pintu.
Dalam posisi digendong, tembakan tersebut mengenai punggung Ade Irma. Johanna kemudian menutup pintu dan menggedong putrinya yang telah bersimbah darah.