Amilia Agustin, Harapan Lingkungan Sehat di Tangan Generasi Muda

Lingkungan sehat merupakan salah satu kunci dalam mencapai kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera. Oleh karena itu, generasi muda sangat diharapkan dapat menjadi penggerak atau pelopor guna menumbuhkan rasa peduli lingkungan terhadap masyarakat luas di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu penerima penghargaan Satu Indonesia Awards 2010, Amilia Agustin, merupakan contoh generasi muda yang layak menjadi panutan. Bukan tanpa alasan, perempuan berusia 26 tahun itu berhasil menciptakan sebuah gerakan yang bernama "Mengubah Sampah Menjadi Berkah".
Amilia sukses meraih penghargaan fantastis dari #AstraIndonesia tersebut kala dirinya masih berusia 14 tahun atau baru duduk di bangku sekolah SMP. Hebatnya lagi, ia menjadi satu-satunya kandidat termuda sebagai calon penerima penghargaan Satu Indonesia Awards yang telah digelar sejak 12 tahun lalu.
Amilia selalu berpesan bahwa menumbuhkan rasa peduli lingkungan dapat dimulai dari lingkungan terdekat. Ia juga beranggapan, kita dapat melakukan aksi peduli lingkungan itu dengan upaya memanfaatkan beragam sampah menjadi barang yang berguna. Dengan upaya itu, "Setidaknya kita dapat mengurangi jumlah timbunan sampah yang ada" tuturnya.
1. Tumbuhkan rasa peduli dengan melihat lingkungan sekitar

Amilia Agustin merupakan perempuan muda asal Bandung yang sukses menciptakan sebuah gerakan peduli lingkungan. Berkat upayanya itu, ia kini dijuluki sebagai "Ratu Sampah" Indonesia. Ia menciptakan gerakan ini bukan serta-merta mencari sensasi. Melainkan, hatinyalah yang menggerakkan demi mewujudkan lingkungan yang lebih sehat.
Amilia bahkan selalu mengupayakan bagaimana cara agar mengolah sampah menjadi sesuatu barang yang berguna. Lantas, ilmu pengelolaan sampah yang diperoleh itu ia kampanyekan kepada masyarakat luas. Ia ingin banyak orang tahu bahwa sampah juga bisa dijadikan sebagai barang yang bernilai.
Dalam setiap pesannya, Amilia selalu berkata bahwa menumbuhkan rasa peduli lingkungan bisa melalui lingkungan terdekat. Kita dapat mencari suatu sampah untuk dikelola, salah satunya sampah organik yang diolah jadi pupuk tanaman. Dengan upaya sederhana seperti itu, setidaknya kita dapat mengurangi jumlah timbunan sampah yang ada di sekitar.
2. Menciptakan Go To Zero Waste School

Amilia Agustin mulai menciptakan gerakan peduli lingkungan ini sejak tahun 2009. Ia masih duduk di kelas 2 SMP. Kala itu, ia beserta teman-teman sekolahnya menciptakan sebuah gerakan yang diberi nama Go To Zero Waste School.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi mengapa Amilia dan kawan-kawan menciptakan gerakan tersebut. Beberapa di antaranya karena rasa miris kala melihat timbunan sampah yang begitu banyak di Tempat Pembuangan Sampah Sementara Terpadu (TPST) Tegallega, Bandung. TPST itu cukup dekat dengan sekolah mereka.
Lantas, seperti apa sih program Go To Zero Waste School? Program tersebut pada intinya memiliki tujuan utama bagaimana mengolah berbagai limbah yang ada menjadi barang berguna. Diketahui, Go To Zero Waste School dibagi dalam empat bidang pengelolaan sampah, yaitu pengelolaan sampah anorganik, pengelolaan sampah organik, pengelolaan sampah tetrapak, dan pengelolaan sampah kertas.
Untuk pengelolaan sampah anorganik, Amilia dan kawan-kawan bisa menghasilkan karya bernilai berupa tas dari sampah plastik atau pun pot bunga dari karet ban bekas. Mereka juga membuat pupuk tanaman dari berbagai olahan sampah organik, mengolah sampah tetrapak menjadi papan, furniture, hingga atap gelombang. Sedangkan, sampah kertas diolah jadi buku atau kertas poster.
3. Berdampak positif pada sanitasi lingkungan

Program Go To Zero Waste Schoolyang Amilia Agustin dan kawan-kawannya buat berdampak baik pada aspek sanitasi lingkungan. Hal itu lantaran berbagai upaya yang telah mereka lakukan tersebut tentunya dapat mengurangi jumlah timbunan sampah yang ada.
Bahkan, program yang dipelopori oleh Amilia itu juga berpotensi menjadi ladang berkah bagi masyarakat luas. Mereka dapat membukakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang berupa wirausaha ekonomi kreatif. Masyarakat diharapkan dapat menjual ragam produk bernilai dari hasil olahan limbah yang ada.
Kita tahu bahwa sampah anorganik mengandung material yang tahan lama dan sukar membusuk, layaknya plastik, karet, kaleng, kaca, dan bahan logam. Dengan begitu, jika kita mengolah suatu barang dari sampah anorganik tentunya memberikan manfaat kepada lingkungan sekitar. Berkurangnya jumlah timbunan sampah anorganik membuat lingkungan makin sehat.
Sedangkan, untuk sampah organik sebenarnya memiliki sifat yang mudah membusuk. Meski begitu, sampah organik akan sia-sia jika tak dimanfaatkan. Sampah organik yang meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, bangkai hewan tersebut dapat diolah menjadi pupuk tanaman. Pupuk tanaman berguna bagi kesuburan tanah yang membuat tanaman makin subur. Dengan begitu, polusi udara yang sehat pun akan terbentuk.
4. Menanamkan rasa peduli lingkungan sejak dini

Selain menerapkan prinsip peduli dengan melihat lingkungan terdekat, Amilia Agustin juga selalu berpesan bahwa menanamkan rasa peduli lingkungan sejak usia dini merupakan salah satu langkah yang tepat. Hal ini lantaran anak-anak yang dibimbing sejak dini, tentunya berpotensi menyerap ilmu dengan baik sampai kelak tumbuh dewasa.
Peran lingkungan menjadi salah satu faktor penting dalam mengoptimalkan karakter baik pada anak-anak. Apabila menilik dalam pembahasan kali ini, jelas saja ada sangkut pautnya. Gerakan positif Amilia ini bakal menjadi peranan dari faktor lingkungan itu. Jadi, penanaman rasa peduli lingkungan sejak usia dini amat sangat penting dilakukan.
Sejak duduk di bangku sekolah SMP, Amilia sudah aktif dalam berbagai penyuluhan kepada anak-anak sekolah mengenai betapa pentingnya kesadaran dalam peduli lingkungan. Ia biasanya mendidik dengan upaya yang disukai oleh anak-anak. Amilia melakukannya dengan bercerita yang didukung dengan gambar poster (wayang kadut) mengenai lingkungan.
5. Program berlanjut hingga jenjang kuliah

Amilia Agustin tampak melanjutkan belajar ke jenjang kuliah pada tahun 2014 hingga 2018 di Universitas Udayana, Bali. Menariknya, Ia membawa program yang ditekuni selama ini ke dalam kampusnya itu. Ia membentuk sebuah komunitas yang bernama "Udayana Green Community" di sana.
Ia dan komunitas tersebut sangat tekun dalam mengembangkan gerakan di kampusnya tersebut. Mereka semua selalu berupaya menyosialisasikan dalam kegiatan belajar-mengajar terkait pentingnya lingkungan hidup di banjar serta beberapa SD dan SMP di Kota Denpasar, Bali.
Di sisi lain, Amilia beserta kawan-kawan komunitasnya juga mengupayakan pemberdayaan masyarakat. Mereka terbukti melakukan pelatihan kepada warga sekitar guna mengolah sampah secara terpadu di sejumlah desa. Mereka turut mengamalkan nilai Tri Hita Karana (ajaran agama Hindu), menghormati Tuhan, manusia, dan alam.
6. Bekerja pada bidang sosial (CSR)

Amilia Agustin memiliki suatu mimpi apabila hendak masuk dalam dunia kerja. Ia sangat ingin berkarier dalam suatu perusahaan pada bidang yang berhubungan dengan sosial masyarakat. Ia mempunyai tujuan dalam hidupnya guna membantu memberdayakan masyarakat luas.
Pada tahun 2020, mimpi Amilia tersebut tampaknya terwujud. Ia resmi direkrut dan bekerja pada bidang Corporate Social Responsibility (CSR) di PT Pamapersada Nusantara yang dinaungi Astra Grup. CSR sendiri dapat diartikan sebagai bentuk tanggung jawab suatu perusahaan terhadap kebaikan di lingkungan sekitar. Menariknya, ia bekerja pada bidang itu hingga tahun 2022 ini.
Memahami arti CSR tersebut tentunya sangat berhubungan langsung dengan bidang yang ditekuni Amilia selama ini. Bidang peduli lingkungan dan pemberdayaan masyarakat adalah bidang utamanya. Pastinya, Amilia bekerja tak jauh mengurusi soal tanggung jawab perusahaan bagaimana agar mendapat penerimaan baik dari warga sekitar.
7. Berkarya demi pemberdayaan masyarakat

Secara tidak langsung, sebenarnya gerakan rasa peduli terhadap lingkungan yang dipelopori oleh Amilia Agustin sangat berdampak baik bagi banyak orang. Hal ini lantaran dirinya dapat memberi pengetahuan bagi masyarakat bahwa berbagai macam sampah yang ada dapat diolah menjadi barang yang berguna.
Dengan begitu, masyarakat pun akan jauh lebih mengetahui soal pemberdayaan limbah. Mereka tanpa disadari juga berpotensi bakal turut memperjuangkan program yang telah diciptakan oleh Amilia itu. Pasalnya, gerakan rasa peduli lingkungan ini bakal memberikan dampak baik bagi kehidupan bersama. Hal itu akan tercapai apabila #KitaSatuIndonesia turut mengupayakannya.
8. Upaya meningkatkan nilai SDM Indonesia

Amilia Agustin dengan gerakan peduli lingkungannya berpotensi bakal meningkatkan nilai Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Hal itu dapat terjadi karena berbagai program yang ia buat tentunya bakal memberi dampak positif bagi banyak orang.
Kita dapat mengambil salah satu contoh dalam program miliknya, Go To Zero Waste School, bahwa didapati adanya pemberdayaan SDM. Kita bisa mengatakan itu karena masyarakat diajarkan bagaimana cara mengolah beragam limbah menjadi barang yang berguna hingga bernilai.
Tanpa disadari, masyarakat pun berpotensi bakal terjun dalam bisnis ekonomi kreatif. Jika hal itu terjadi, tak mustahil apabila mereka dapat menambah penghasilan lain dari mengolah beragam limbah yang ada. Dengan begitu, nilai SDM melalui aspek ekonomi diprediksi bakal meningkat.
Di sisi lain, peningkatan juga berpotensi terjadi pada nilai SDM dalam aspek sanitasi lingkungan. Dengan adanya gerakan yang diciptakan Amilia ini, tentunya dapat memberi pemahaman lebih kepada masyarakat betapa pentingnya menjaga kondisi lingkungan yang ada saat ini.
Amilia Agustin bisa dibilang sangat pantas menyandang gelar sebagai "ratu sampah" di Indonesia. Sebab, dengan berbagai upaya yang ia lakukan dapat berpotensi menciptakan sebuah gerakan yang lebih baik pada negeri ini, yaitu #TersenyumlahIndonesia.