Kisah Rischa Sebayang, Bukti Pendidikan Mengubah Kehidupan

- Rischa Agitta Sebayang meraih beasiswa Tanoto Foundation untuk kuliah di ITB, membuktikan pendidikan dapat mengubah hidup.
- Pengalaman Rischa bekerja sebagai Data Analyst selama 13 tahun menunjukkan pentingnya peran data dalam pengambilan keputusan perusahaan.
- Data menjadi kunci pengambilan keputusan yang akurat bagi perusahaan, dan permintaan profesi Data Analyst semakin meningkat di era digital ini.
Rischa Agitta Sebayang, seorang Marketing Analytic and Research, membagikan kisah suksesnya dalam mengubah hidup melalui pendidikan. Dimulai dari kecintaannya pada bidang data, meraih beasiswa dari Tanoto Foundation, hingga bekerja di perusahaan data terkemuka, Nielsen.
Tidak hanya sampai di situ saja, kesuksesannya tidak membuat Rischa lupa diri. Ia pun menyalurkan ilmunya kepada anak-anak kurang mampu di komunitas Sahabat Anak Grogol, Jakarta. Hal ini ia lakukan sebagai bentuk rasa syukurnya atas semua pencapaian yang telah ia capai selama ini. Kisah inspiratif Rischa akan dikupas secara detail di sini.
Buat kamu yang juga penasaran dengan profesi Data Analyst, Rischa juga mengungkapkan pandangannya terhadap pekerjaan ini secara rinci, serta pentingnya peran data di perusahaan. So, tanpa berlama lagi, scroll down!
1. Kisah Rischa Sebayang dalam meraih beasiswa Tanoto Foundation

Rischa Agitta Sebayang, seorang Marketing Analytic and Research, bercerita seputar masa lalunya yang bukan dari keluarga berada. Perempuan asal Sumatra Utara ini bercerita, anak-anak sekolah di kampung halamannya selalu memiliki impian untuk masuk kampus-kampus terbaik di Indonesia.
“Sebagai anak rantau, ada semacam mimpi bisa berkuliah di Jawa apalagi di ITB. Namun, karena kondisi ekonomi tak sebagus teman-teman, tidak memadai dan tidak memungkinkan, ada kemungkinan saya pulang ke Medan tidak melanjutkan kuliah,” kenangnya, dikutip rilis yang diterima IDN Times.
Agar berhasil diterima dan menjalani kuliah di ITB, Rischa tak lantas bisa bernapas lega. Di masa awal kuliah, ia sempat khawatir kuliahnya berhenti di tengah jalan karena faktor ekonomi.
Beasiswa pendidikan Tanoto Foundation pun menjadi jawaban. Setelah gigih mengikuti serangkaian seleksi dan dinyatakan lolos, Rischa menjadi salah satu peraih beasiswa program Tanoto Foundation selama menempuh studi S1 di ITB pada 2008-2012. Berkat beasiswa tersebut, Rischa mampu meraih gelar sarjana dan langsung diterima di lembaga riset bergengsi, Nielsen satu bulan dari prosesi wisuda.
“Beasiswa Tanoto Foundation ini membuka kesempatan luas, bahkan menghasilkan SDM first jobber yang cepat diterima di tempat kerja yang bagus. Pendidikan yang baik mampu mengubah hidup kita,” ujarnya.
Sejak itu, kariernya sebagai Data Analyst terus meranjak. Dengan gaji relatif tinggi di bidang tersebut, ia mampu melanjutkan studi master di Universitas Indonesia dan membiayai kuliah adiknya.
2. Pengalaman Rischa bekerja di bidang data selama 13 tahun

Rischa yang kini berprofesi sebagai Marketing Analytic and Research, tertarik pada data dan angka mulai tumbuh sejak mengambil studi Teknik Industri di Institut Teknologi Bandung (ITB). Di sana, ia menjadi Asisten Laboratorium Sistem Produksi yang membutuhkan lebih banyak kemampuan logika dan numerik. Dengan pengalaman mengelola data selama 13 tahun, Rischa mengungkapkan pentingnya peran Data Analyst di perusahaan.
“Di tempat saya bekerja, semuanya data driven (berbasis data). Terutama untuk marketing, karena ketika kita menjual sesuatu kita melihatnya dari lensa customer, sehingga data itu menjadi hal yang penting,” ujarnya.
Sebagai Data Analyst, ia bertugas menggali dan menganalisis berbagai data internal dan eksternal yang penting bagi suatu perusahaan. Data tersebut meliputi, transaksi, perilaku konsumen, hingga data demografi dan geospasial. Dari anaslisisnya atas data-data tersebut, ia memberikan rekomendasi langkah-langkah yang dapat diambil perusahaan.
“Data is everywhere. Ke mana pun kita berjalan dan melangkah itu pasti ada data. Tinggal datanya itu penting dan berguna buat kita atau tidak,” tandasnya.
3. Data menjadi kunci pengambilan keputusan yang akurat

Rischa menyatakan, pemanfaatan data membuat pengambilan keputusan suatu perusahaan lebih akurat.
“Perusahaan yang data driven dalam marketing atau untuk keputusan-keputusan strategis itu lebih bisa bertahan atau bisa membuat strategi yang lebih nendang, sehingga bisa membuat keputusan yang lebih tepat,” tandasnya.
Ketika ingin meningkatkan penjualan, melakukan ekspansi, atau bertahan di situasi krisis, perusahaan itu bergantung pada data. Sebagai ilustrasi, saat mengalami penurunan penjualan, data dari kondisi tersebut dapat dielaborasi terkait penyebabnya, jumlah penurunan, hingga di wilayah mana saja produk itu mengalami penurunan penjualan.
“Sekian banyak data itu berguna untuk dijadikan sebuah action,” ujar Rischa.
Aksi korporasi berbasis data tersebut berguna untuk meningkatkan performa perusahaan, misalnya melalui penerapan strategi promosi baru, promosi yang lebih gencar di daerah tertentu, hingga penambahan varian produk. Namun, Rischa tak memungkiri ada kalanya perusahaan belum mampu mengelaborasi temuan data secara lebih jauh. Karena itu, Data Analyst harus mampu meyakinkan perusahaan untuk tetap berpedoman pada data dan tak berhenti menggali berbagai makna di balik data tersebut.
“Data itu mengungkapkan sebuah fakta. Misal ada sebuah hipotesis, data itu benar-benar kita cari, di-breakdown lagi, dan diuji kebenarannya. Kalau pun ada intuisi, itu menjadi pembuka jalan untuk menganalisis,” paparnya.
4. Fakta permintaan profesi Data Analyst semakin meningkat

Data menjadi sesuatu yang vital dan tak terelakkan di era digital ini, baik bagi individu apalagi bagi suatu perusahaan. Bagi korporasi, data sangat berguna untuk kebutuhan marketing, peningkatan penjualan, hingga ekspansi dan aksi korporasi lainnya.
Karena itu, profesi Data Analyst yang mampu membaca, mengolah, menganalisis data, serta menyajikannya ke dalam laporan sebagai basis pengambilan keputusan, kini sangat dicari dan menjadi kebutuhan utama bagi perusahaan. Secara global, permintaan profesi ini terus meningkat.
Lembaga statistik pekerja di Amerika Serikat, US Bureau of Labour Statistics, merilis laporan bahwa permintaan terhadap profesi ini diproyeksikan mengalami pertumbuhan hingga 23 persen sepanjang 2022-2032. Besarnya persentase itu bahkan nyaris lima kali lipat daripada kebutuhan pekerjaan lainnya yang hanya di angka lima persen.
Di Indonesia, Data Analyst juga semakin dicari. Korporasi terkemuka mulai menempatkan Data Analyst sebagai posisi penting dengan gaji mentereng. Berbagai situs pencari kerja juga menempatkan profesi tersebut sebagai “buruan” utama. Kampus-kampus dan lembaga pendidikan mulai membuka program studi ini. Hal itu seiring kesadaran bahwa data merupakan aset penting dan menjadi dasar pengambilan keputusan untuk menentukan kelangsungan sebuah perusahaan atau lembaga.
5. Tren bootcamp dan soft skill yang dibutuhkan Data Analyst

Dengan pentingnya peran Data Analyst, tak heran saat ini profesi tersebut mulai digemari dan menjadi tren bagi generasi muda. Berbagai pelatihan atau bootcamp, kursus, bahkan program studi dibuka untuk mengajarkan kemampuan sebagai analis data.
Apalagi saat ini bukan hanya perusahaan yang memerlukan keterampilan itu, melainkan juga bagi individu yang tengah melakukan personal branding dan pengelolaan keuangan. Rischa pun menyaksikan sendiri menggeliatnya fenomena ini saat ia dipercaya sebagai mentor sejumlah pelatihan analisis data.
“Belakangan peminat bootcamp untuk data analisis ini memang cukup banyak. Saya pernah mengajar di satu kelas online pesertanya sampai 60 orang,” tuturnya.
Hanya saja, Rischa mengingatkan bahwa profesi ini tidak semata-mata menguasai tools dan kemampuan teknis dalam analisis data. Berkaca dari pengalamannya, ia mengatakan, selain menguasai berbagai perangkat analisis data, seorang Data Analyst juga harus mampu mempelajari proses bisnis industri di mana ia bekerja.
“Untuk Marketing Analytic and Research, harus tahu dulu masalah yang dialami oleh perusahaan. Jadi harus pahami konteks dan business case-nya, step by step, jangan langsung loncat ke teknis,” jelasnya.
Tidak kalah penting, Data Analyst harus memiliki kecakapan komunikasi yang mumpuni. Ini meliputi kemampuan menyajikan visualisasi olahan data hingga story telling.
“Kita tidak mungkin menyampaikan tabel atau coding yang rumit. Jadi harus punya skill komunikasi agar perusahaan mudah memahami dan percaya bahwa data yang dihasilkan itu benar-benar akan membantu mereka,” paparnya.
6. Rischa wujudkan 'Pay It Forward', yaitu dampak positif secara langsung

Di samping kisah hidup suksesnya, sejak 2014, Rischa juga aktif di komunitas Sahabat Anak Grogol, Jakarta. Di komunitas itu, ia turut mendampingi pembelajaran ratusan anak-anak kurang mampu dan anak jalanan. Setiap akhir pekan, selama 11 tahun ini, ia memberi bimbingan belajar secara cuma-cuma.
“Kami juga membantu mencari donatur untuk kelanjutan pendidikan mereka karena ini bisa mengubah mereka. Saya percaya bahwa kebaikan yang saya terima harus saya teruskan kembali ke orang lain,” kata Rischa.
Semangat pay it forward atau membalas kebaikan dengan kebaikan menjadi wujud syukur Rischa bisa menyelesaikan kuliah dengan beasiswa penuh.
“Karena benar-benar jika tidak ada beasiswa Tanoto Foundation saat itu, mungkin saya sudah pulang ke kampung halaman karena memang biayanya tidak cukup. Jadi ketika saya membantu yang lain, seperti flashback ke yang dulu saya alami. Pendidikan mampu memperbaiki ekonomi dan kehidupan seseorang,” tandasnya.
7. Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation

Saat ini, Tanoto Foundation sedang membuka pendaftaran Beasiswa TELADAN angkatan 2026 di 10 perguruan tinggi negeri Indonesia. Mahasiswa yang lolos seleksi program TELADAN akan mendapatkan bantuan biaya kuliah secara penuh dan tunjangan biaya hidup bulanan, serta mendapat pelatihan pengembangan kepemimpinan terstruktur selama 3.5 tahun dari semester 2-8.
Tanoto Scholars (penerima beasiswa TELADAN) mendapat berbagai dukungan pengembangan kepemimpinan dan soft skills, termasuk bantuan finansial tambahan untuk mengikuti kompetisi, konferensi, sertifikasi, serta program pembelajaran jangka pendek di dalam dan luar negeri, seperti summer course, exchange, dan volunteering.
Mereka juga berkesempatan magang di industri mitra Tanoto Foundation, serta memperoleh pembiayaan untuk penelitian kolaboratif. Tanoto Scholars akan tergabung dalam komunitas Tanoto Scholars Association di kampus masing-masing, sebagai wadah kolaborasi dan kontribusi sosial melalui semangat Pay It Forward. Setelah lulus, mereka menjadi bagian dari jaringan alumni Tanoto Foundation yang tersebar di Indonesia dan dunia.
Program TELADAN juga terbuka bagi mahasiswa penerima KIP-K yang sedang menempuh semester pertama di 10 perguruan tinggi mitra. Keterangan lebih lanjut klik di sini: bit.ly/JadiTELADAN2026
Nah, itulah kisah lengkap dari Rischa Agitta Sebayang, peraih beasiswa Tanoto Foundation yang kini sukses mengejar mimpinya, namun tetap berbuat kebaikan yang berdampak. Kisah Rischa ini semoga menginspirasi kamu, ya!